Selasa, 30 Juli 2013

Catatan Seorang Bunda


Liburan di rumah, lagi rehat osjur rehat diklat (cerita diklat pankapan deh di posting). Gak ada kerjaan, yaudah blog jadi pelarian kegiatanlah, biar kegiatannya tetap positiflah. Tulisan kali ini sebenarnya bukan tulisan ane, tapi tulisan tentang ane (sok dikit bolehlah). Jadi ini tulisan yang dibikin sama bunda ane, waktu ane masih bocah gendut (katanya sih) yang masih berumur 2 tahunan. Jadi, waktu itu ternyata ane pernah hampir hilang dan tak kembali ke pangkuan mereka (lebai sih). Yaudah langsung aja nih, ane tulisin tulisan bunda.

“Maret 1996

Mengikuti suami yang terpanggil training ke ibu kota, Jakarta, kami (ayah bunda ane) yang memang belum pernah mengunjungi kota metropolitan itu sangat senang sekali. Dimana kesempatan ini bisa kami gunakan untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang selama ini hanya kami saksikan lewat TV.

Namun disini, di kota yang benar-benar sibuk ini, kelalaian hampir saja membuat kami kehilangan si sulung kami, Ibnu Ganda Raditya. Kebiasaan jelek di kota kami yang kecil dan tidak terlalu ramai, terbawa-bawa ke kota yang hampir menjadi kota megapolitan itu.

Biasanya bila kami berkunjung ke super market atau plaza, ibnu jug bisa bebas memilih barang-barang yang dia inginkan walau tidak semua juga yang kmai belikan, dengan tetap menomorsatukan manfaat bagi si kecil kami itu. Atau setidaknya ibnu bisa bebas berjalan-jalan sesukanya. Soalnya, ibnu paling suka bersembunyi di balik tumpukan barang-barang pajangan, lalu tiba-tiba mengagetkan saya atau ayahnya. Dengan pura-pura terkejut saja, si kecil kami sudah terkekeh-kekeh kegirangan.

Tapi di sini, di Blok M Plaza ini, yang benar-benar membuat kami terkagum-kagum ini, kami kembali lupa memperhatikan si ibnu. Si dua tahun itu dengan leluasa dan santai berjalan sendiri, sementara saya dan suami asyik memilih alat-alat tulis di gunung agung.

Saya baru tersadar saat akan ke kassa, ya Allah di mana ibnu? Saya mencoba memanggil namanya beberapa kali, tetapi ibnu tidak menyahut. Di mana dia?

Saya benar-benar panik. Suami saya mencoba menenangkan saya, katanya kalau saya histeris bisa menarik perhatian orang dan kesempatan ini bisa saja membuat orang yang berniat jahat untuk menculik anak yang luput dari perhatian kami. Jadi saya diminta untuk berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

Tapi mana saya bisa berpura-pura begitu. Alat pendingin di ruangan ini mendadak saya rasakan tidak berfungsi. Keringat membasahi wajah dan tubuh saya. Dengan doa di hati kami mengelilingi kembali gunung agung. Duami kea rah luar sementara saya ke arah dalam. Namun si kecil tetap tidak bisa kami temukan.

Saya tersandar beberapa saat, sambil berdoa,’ya Allah, di mana ibnu? Tunjukkan kebesaran-Mu ya Allah, kembalikan ibnu padaku.’

Setelah itu saya menyusul suami yang terus mengelilingi toko ini. Alhamdulillah, tuhan benar-benar mendengarkan doa hamba-Nya. Dengan keluguannya, ibnu memanggilku,’Bunda, temana, nunu cali? Nunu beli ini ya, Nda?’ katanya sambil memperlihatkan mainan huruf-huruf balok berbungkus plastik serta sebuah penggaris.

Air mata tak tertahankan lagi. Sambil menangis saya segera memeluk ibnu tanpa sempat menjawab pertanyaan lugunya. Suami tampak berkomat-kamit yang belakangan diakuinya bahwa dia benar-benar bersyukur atas kebesaran Allah ini.

Di dalam bis kota, dalam perjalanan pulang ke depok, ibnu tertidur. Saat itu saya membatin, andai saja ibnu benar-benar lenyap dari kami atau diculik, siapa dan apa yang harus kami salahkan? Atau haruskah kami kehilangan anak kami satu-satunya (pada saat itu ibun belum punya adik) di kota yang hiruk pikuk ini hanya karena kelalaian kami? Entahlah! Yang pasti ini pelajaran yang sangat berharga bagi kami sebagai orang tua.

Terima kasih atas teguran dan kebesaran-Mu ya Allah. Engkau telah memperingatkan kami yang secara tak sengaja telah melalaikan anugerah terindah dari-Mu.”

Yah, itulah tulisan bunda, sila diambil hikmahnya, apapun yang kalian anggap bisa dibilang pelajaran. Tapi satu hal yang pasti, gak ada orang tua yang mau kehilangan anaknya, semua orang tua pasti sayang sama anaknya. Jadi, bahagiakanlah mereka karena telah menyayangi kita sob.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar