Sabtu, 27 Desember 2014

Mentari Senja

Waktu itu, di hadapan cahaya merah mentari senja pantai selatan, seorang perempuan berkata padaku," hei, akhirnya aku bisa lari dari semua orang, terimakasih telah mengajakku ke tempat sesunyi ini. Sudah lama aku tak merasakan bagaimana rasanya dalam kesunyian, kesendirian, kehampaan, yang hanya bertemankan derau ombak yg berbisik, kicauan burung camar yang seakan bersenandung, dan gesekan daun kelapa yang menambah indah suasana sepi sunyi sendiri ini. Terimakasih, Rey."
Aku tersenyum," apa yang tiba2 membuatmu merasa sangat ingin sendiri, sampai-sampai meminta tolong pada seorang penyendiri seperti ku ini?" tanyaku padanya.
"Kau tahu, Rey, belakangan ini banyak lelaki mendatangiku." Jawab wanita itu singkat.
"Maksudmu, untuk menjadikanmu pendamping hidup mereka?" lanjutku, ingin tahu.
"Tidak, Rey, tidak sejauh itu." jawabnya sambil sedikit tersenyum. "Mereka memintaku untuk menjadi kekasih mereka." sambungnya.
"Mereka?" tanyaku, semakin tertarik untuk tahu kisah temanku wanita ku ini.
"Ya, banyak sekali yang akhir-akhir ini datang dan mengutarakan perasaannya padaku seperti itu, Rey. Mungkin jika hanya satu dua orang, aku akan merasa senang, tapi kalau 4 orang, aku harus bagaimana, Rey?" jelasnya, lantas bertanya padaku.
"Entahlah, aku tak begitu mengerti masalah ini. Kau tahu, kan, aku ini cuma seorang yang suka menyendiri di semesta ini, aku lebih memilih untuk bersama alam ketimbang bersama orang yang tak terlalu ku kenal. Aku hanya terbuka dengan orang-orang yang sudah lama ku kenal dekat seperimu. Mana mungkin aku bisa memberi solusi padamu, hehe, maafkan aku." balasku.
Sambil tersenyum, ia berkata "benar juga kau, Rey. Kalau begitu, jika kau adalah ayahku, lelaki seperti apa yang akan kau pilihkan untuk anakmu ini, Rey?"
"Hmm, yang pasti bukan seperti yang berempat itu, yang sampai membuatmu risih dan ingin mengasingkan diri seperti sekarang ini." jawabku.
"Haha, kau tipe ayah seperti itu ya, Rey. Kalau begitu, jika anakmu lelaki, wanita yang mana yang akan kau pilihkan untuk anakmu itu?" ia kembali bertanya.
"Hmmm.." Aku menimbang,"Wanita yang sampai dikejar oleh 4 lelaki sekaligus." jawabku.
Wanita itu tersipu, tersenyum syahdu, menatap pada cahaya merah mentari senja pantai selatan.

Rabu, 17 Desember 2014

Cinta..? Ah, Mungkin Aku Mulai Mengerti..

halo semua, perkenalkan, namaku Andi.

(gambar disadur dari sini)
jika kau orang yang peka dan setia membaca tulisan-tulisan di blog ini, mungkin kau ingat padaku. ya, aku adalah orang yang sama dengan orang yang pernah bercerita tentang cinta di sini. tapi jangan salah! jika ditulisan itu aku bercerita tentang bagaimana aku sangat tak mengerti akan cinta, jika pada saat aku menulis tulisan itu buatku cinta adalah suatu hal yang rumit, abstrak, dan membingungkan, tidak demikian sekarang, tidak demikian ditulisan ku yang satu ini! setelah sekian tahun aku lalui tanpa sedikitpun tertarik untuk membicarakan tentang cinta, karena kerumitan, keabstrakan, dan kebingunanku akan cinta itu sendiri, kini aku sangat bersemangat jika berbicara tentang cinta. mengapa? semua karena dia.

ya, karena dia. dan kisahku tentang dialah yang kini ingin aku tuliskan disini. dia, dia yang bernama cahaya. aku berani menyebut namanya? tenang saja, ia takkan pernah membaca tulisanku ini. biarkan ini menjadi rahasia ku, yang ku titipkan pada kalian, yang ku yakin tak satupun mengenal cahaya. aku tak ingin, sedikitpun tak ingin ia tahu, apa yang ku rasakan terhadapnya. aku mencintaiya dan ia tak perlu tahu.

cahaya tak perlu tahu tentang apa yang aku rasakan padanya. sedikitpun ia tak perlu tahu. banyak teman dekat yang mulai berbisik padaku, agar aku segera mengutarakan pada cahaya tentang perasaanku terhadapnya. benar memang, cahaya adalah seorang gadis berparas manis, yang jika tersenyum pasti membuat hati seorang lelaki luluh. itu benar. cahaya memang sangat cerah bagai cahaya mentari dikala siang, dan indah bagai gemerlap lampu perkotaan ketika malam tiba. bahkan, diantara kedua waktu itu pun cahaya sangat indah, bagai lembayun sunrise di ufuk timur dan kilauan sunset di ufuk barat. cahaya memang selalu memancarkan keindahannya. maka kalian tahukan, jika aku mengungkapkan perasaanku padanya, akan banyak hal yang akan hancur.

"lalu, bagaimana jika lelaki lain ternyata terlebih dahulu mendekatinya?" ah, jangan fikir aku disini hanya berdiam diri. aku selalu mendekatinya. aku mendekatinya dengan doa. aku tahu, suatu saat disuatu ketika yang telah lama kita ketahui, tuhan sendiri yang akan memberi tahu perasaan ini padanya dan kemudian mendekatkan kami. pun saat ini aku yakin dia juga mencintaiku. bagaimana aku bisa seyakin itu? ah,
bukan cinta namanya kalau kau tak yakin, sobat!


Minggu, 14 Desember 2014

Rasakan Saja

Awal tahun lalu, seorang teman pernah berkata,

"galaulah! karna dengannya kau akan berkarya., kara dengannya kau akan berfikir, karna dengannya kau akan bertindak.berapa banyak lagu yang dapat kau tulis di kala terluka, berapa bait sajak yang terlintas saat gelisah, dan galau tak melulu soal cinta"

mungkin, satu semester ke belakang sudah terlalu lelah dengan semua beban jurusan yang tiada henti-hentinya, yang ternyata jurusan teknik tenaga listrik bukan hanya tentang keseruannya yang pernah dituliskan di sini tapi juga menyimpan lima ratusan lembar laporan yang harus ditulis tangan. ya, mungkin salah satu faktor ini sudah cukup membuat, bahkan lelah untuk sekadar galau. alhasil, seperti kutipa kalimat teman di atas, satu semester ke belakang sangat tidak produktif. berapa tulisan yang dihasilkan? hanya dua, dan tulisan ini yang kedua. dan memang, kedua tulisan itu dihasilkan setelah melewati masa-masa kelam semester ini, yang artinya sudah memiliki cukup tenaga untuk kembali sedikit produktif. tidak lagi berada di bawah tekanan dan kejenuhan selama satu semester terakhir, masa yang bisa dibilang cukup melelahkan dalam hidup.

tapi, hal ini jugalah yang kemudian terfikirkan belakangan ini. terisnpirasi dari salah satu tulisannya mas kurniawan gunadi, bukankah hidup memang harus begitu? bukankah dalam hidup kita tak bisa selalu bahagia? bukankah kita mendapat dan mengalami masa-masa sulit? kisah dalam hidup kita kadang harus pernah mengalami fasa di titik terendah, jatuh, terpuruk dalam lubang yang dalam. kita harus tahu, bagaimana rasanya terluka, disakiti, dijauhi, dikhianati, dibenci, dilupakan, diasingkan, tak dianggap, diremehkan. terkadang, kita harus mengalami itu semua, hamya untuk membuat kita lebih dewasa dalam menyikapi kehidupan kedepannya. begitu pula dalam cinta. terkadang, untuk bisa memaknai apa itu cinta, yang katanya bisa menembus dimensi ruang dan waktu, kita harus merasakan berbagai hal tentangnya. terkadang, kita harus tahu bagaimana rasanya tak terbalas, menunggu, ditunggu, berharap, cemas, ditikung, bertepuk sebelah tangan, diduakan, digantung, diterima, bersatu, berpisah. kadang itu semua harus kita rasakan, hanya untuk kita bisa menjadi lebih memahami dan tahu bagaimana menyikapi cinta dengan lebih dewasa.

"Hidup kita kadang harus seperti itu. Hanya agar kita tahu bagaimana rasanya. Agar kita belajar dan menjadi lebih bijaksana"
@kurniawangunadi

ya, mungkin memang kita hanya harus mengalami semua itu, hanya supaya kita bisa menyikapi dan menafsirkan hidup dengan lebih bijaksana. dan, mungkin semua itu akan meninggalkan bekas luka. tapi..
(gambar disadur dari sini)
dan kutipan terakhir, yang selama ini selalu menjadi pegangan saat merasa berada dititik terendah,

"In the end, everything will be allright. if it's not allright, it's not the end"

Selasa, 02 Desember 2014

Rahasia

Akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. Kembali menulis! Ah, banyak hal sebetulnya yang ingin ditumpah ruahkan ke dalam tulisan, setelah sekian lama tidak menyentuh blog ini. Kehidupan tingkat tiga jurusan sangat memakan banyak waktu, atau mungkin kurang bisa membagi waktu. Dan jadilah menulis hal yang terlewatkan. Sayangnya!

Ah, menulis ternyata memang hal yang membutuhkan repetisi, pengulangan. Setelah sekian lama tak dilakukan, menulis bukan lagi hal yang segampang menjatuhkan jari ke atas keyboard, dan bisa berjalan sendiri. Banyak yang ingin dituangkan hanya menjadi draft, karena sepertinya tak layak publikasi. Jadi, mungkin ditulisan ini cuma mencoba memulai menulis kembali, dengan sedikit menyelipkan lantunan bait lagu yang syahdu, teman kala mata tak kunjung terpejam di malam hari, atau kala pikiran sedang ingin terbang melayang melanglang buana. Lagu dengan alunan nada membuai, mendayu, syahdu. Rahasia, payung teduh.

Tak ada sore, dan udara menjadi segar
Tak ada gelap, lalu mata enggan menatap
Tak ada bintang mati, butiran pasir terbang ke langit
Tak ada fajar, hanya remang malam, semua t'lah hilang terserap matahari
Harum mawar membunuh bulan, rahasia tetap diam tak terucap
Untuk itu semua aku mencarimu
Berikan tanganmu jabat jemariku
Yang kau tinggalkan hanya harum tubuhmu
Berikan suaramu balas semua bisikanku, memanggil namamu
Atau kau ingin aku berteriak sekencang-kencangnya
Agar seluruh ruangan ini bergetar oleh suaraku

Yah, entah kenapa, kalau dengar lagu ini serasa diatas gunung, sendiri, cuma ditemani sepi. Melupakan semua persoalan, melayang pelan diatas awan. Alunan kontra bass, okulele, sama gitar klasiknya sangat membuai. Silakan dicoba dengarkan! Enjoy the sound of this song!