Kamis, 25 Juni 2015

Kalau Ada

Kalau ada yang selalu bercahaya, maka itu bintang

Kalau ada yang selalu panas, maka itu api

Kalau ada yang selalu dingin, maka itu salju

Kalau ada yang selalu menemani bumi, maka itu bulan

Kalau ada yang selalu berhembus, maka itu angin

Kalau ada yang selalu bergemuruh, maka itu guntur

Kalau ada yang selalu tinggi, maka itu langit

Kalau ada yang selalu luas, maka itu samudra

Kalau ada yang selalu gagah, maka itu gunung

Kalau ada yang selalu berguguran, maka itu daun

Kalau ada yang selalu menarik, maka itu gravitasi

Kalau ada yang selalu indah, maka itu pelangi

Kalau ada yang selalu merindukanmu, maka itu aku

Indonesia, Negeri Kaya yang Import Sumber Daya

Indonesia, negara yang kaya akan sumber daya alam tapi masih belum berhasil menjadi salah satu negara yang bisa dibilang kaya di dunia. Ada beberapa sebenarnya faktor yang membuat negara ini menjadi tidak bisa kaya walaupun memiliki sumber daya dan kekayaan alam yang melimpah. Minyak mentah berserakan di mana-mana di bawah permukaan bumi Indonesia, beribu aneka bahan tambang menunggu untuk segera digali dan diambil dari tempatnya. Tidak tanggung-tanggung jumlahnya. Ada yang menurut ahlinya tidak akan habis hingga puluhan tahun, bahkan ada yang bisa bertahan hingga ratusan tahun ke depan jika. Bagaimana Indonesia bisa tidak kaya jika seumber daya alam terutama tambangnya sebanyak itu. Bukankah harga komoditas tambang saat ini bisa dibilang sangat mahal?

Salah satu alasan kenapa Indonesia masih belum bisa menjadi kaya dengan potensi kekayaan alam yang sangat besar itu adalah karena selama ini bangsa kita masih ‘menjual tanah’. Ya, negara kita selama ini masih dan hanya bisa menjual tanah, bukan menjual manfaat yang telah didapat dari tanah. Selama ini Indonesia hanya menjual barang tambang mentah yang baru saja dikeruk dan diambil dari bumi tanpa diolah terlebih dahulu, entah itu menjadi barang yang siap pakai ataupun barang yang masih setengah jadi sekalipun. Contohnya adalah minyak. Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi minyak bumi terbesar di dunia. Bahkan dulu Indonesia pernah menjadi bagian dari OPEC, persatuan negara penghasil minyak bumi dunia, meski sekarang kita sudah tidak menjadi bagian dari mereka lagi. Tapi sampai sekarang kita masih harus import minyak dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan minyak di negeri ini. Seperti ayam yang mati kelaparan di lumbung padi.

Lalu apa penyebabnya? Salah satu faktor utama penyebabnya adalah tidak adanya pabrik pengolahan bahan mentah di negeri ini. Mungkin ada, tapi jumlahnya masih sangat sedikit. Bisa dihitung jari bahkan. Padahal pabrik-pabrik seperti itulah yang dibutuhkan untuk menaikkan nilai jual hasil tambang, bahkan hingga menjadi ratusan kali lipatnya. Misal saja bauksit, bahan alam penghasil utama alumunium yang belum diolah sama sekali, harganya hanya sekitar 40 dolar pertonnya. Padahal harga alumina, barang setengah jadi dari bauksit sebelum menjadi alumunium murni adalah sekitar 4000 dolar pertonnya. Tapi Indonesia sama sekali belum ada pabrik penghasil alumina. Salah satu BUMN penghasil bauksit selama ini hanya menjual bauksit bongkahan ke luar negeri, lalu negeri ini mengimport lagi bauksit yang telah menjadi alumina dari negara lain. Berapa besar kerugian, atau untung yang kita sia-siakan begitu saja hanya karena tidak punya pabrik penghasil alumina. Belum lagi untuk komoditas minyak bumi. Selama ini BUMN penghasil minyak Indonesia masih harus import minya untuk memenuhi kebutuhan bangsa ini. Ya itu juga karena masih sangat sedikitnya kilang minyak yang ada di negeri ini.

Lantas apa yang sebenarnya menjadi penyebab utama sedikitnya pabrik penghasil barang setengah jadi di Indonesia. Entahlah. Tapi mungkin salah satu faktornya adalah kurangnya keinginan bangsa ini untuk berinovasi, ingin yang mudah saja. Salah satunya ya dengan jual tanah tadi. Toh kita tinggal menambang dan langsung bisa dijualkan? Gak repot to? Kita masih memikirkan keuntungan semu yang langsung ada di hadapan kita, tanpa memperhitungkan keuntungan lain yang jauh lebih besar dibaliknya. Tapi kita pantas sedikit bersukur, karena kini telah ada peraturan menteri yang menyatakan bahwa perusahaan tambang tidak lagi boleh meneksport barang mentah, harus diolah terlebih dahulu agar harga jualnya meningkat. Tinggal bagaimana pemuda penerus bangsa ini mampu berinovasi menyikapi kebutuhan negeri ini akan pabrik pengolahan barang tambang mentah. Semoga kita bisa memajukan negeri ini ke depannya.

Rabu, 17 Juni 2015

Seharusnya Hari Ini Milik Kita

Hari adalah hari kita. Kamu pasti paham betul maksudku. Hari ini adalah milik kita, tapi kita belum bisa berjumpa untuk sementara waktu. Pun untuk sekarang. Hari ini aku tidak bisa hadir menemanimu, kamu juga tidak bisa ada di dekatku. Padahal buatku, meski tanpa adanya jarak di antara kita rinduku selalu ada untukmu. Lantas bagaimana aku bisa mengesampingkannya ketika jarak membuatku tidak ada di dekatmu. Walau ada yang mengatakan bahwa jarak hanyalah sebatas angka di saat ada cinta, tapi tetap saja itu angka yang menyebalkan. Ia hanya membuatku harus meredam rindu padamu yang datang hampir setiap waktu. Itu sangat berat untukku, sama saja seperti melukai hatiku tiap kali aku melakukannya, dan itu menyakitkan. Karena itu aku benci konsep mencintai dari jauh.

Hari ini adalah hari kita. Kita pernah melewatinya dengan berbagai macam hal, berbagai macam situasi, berbagai macam suasana hati. Walaupun begitu, sebelumnya kita selalu bersama, menghabiskan waktu berdua, melewati malam hanya untuk kita. Tapi kali ini, malam ini, sepertinya kita harus melewatinya tanpa bisa bertemu. Malam ini kita tidak akan bisa berbagi waktu berdua. Malam ini tidak akan kita habiskan dan lewati berdua. Malam ini tidak akan sepenuhnya menjadi milik kita. Dan itu hanya semakin membuatku ingin bertemu denganmu. Hari ini, aku hanya ingin keberadaanmu di sisiku. Aku hanya ingin kau di sini bersamaku, menikmati senja, malam, hingga fajar tiba. Malam ini aku ingin bertemu denganmu.

Hari ini adalah hari kita. Dan di hari ini aku ingin jujur padamu, aku sangat merindukanmu. Aku ingin bertemu denganmu. Aku merindukan waktu yang kita habiskan berdua. Aku begitu ingin berjumpa denganmu, menatap dalam-dalam mata indahmu saat kita saling memandang. Kamu tau, aku selalu suka setiap melihat matamu yang sedang menatapku. Karena di dalam mata itu aku bisa melihat diriku yang begitu bahagia. Karena di mata itu ada ‘aku’, yang bermasakah dalam ‘mencintai’, lalu menemukan solusi yaitu ‘kamu’. Karena di mata itu aku bisa melihat dengan jelas, bahwa aku mencintai kamu.

Hari ini seharusnya hari kita. Tapi tidak seperti biasanya, hari ini aku hanya bisa berkata, aku sangat merindukanmu.

Selasa, 16 Juni 2015

Jangan Takut, Bermimpilah

(gambar disadur dari sini)

Pernah ada yang bilang, ‘jangan bermimpi terlalu tinggi, nanti kalau jatuh sakitnya minta ampun’. Ada dua tanggapan mengenai pernyataan ini. Pertama, seseorang akan berfikir bahwa kalimat ini benar adanya, lantas ia menurunkan level mimpinya menjadi easy. Kedua, seseorang akan tidak peduli dengan pernyataan itu dan tetap memasang mimpinya pada level unfair.

Yang manapun itu, itu tergantung bagaimana kita menyikapi hidup ini. Jika kita termasuk golongan orang yang pertama yang setelah mendengar kalimat itu kita lantas menurunkan level mimpi kita menjadi easy atau bahkan amateur, itu tidak salah. Toh ketakutan itu adalah suatu hal yang wajar, pada dasarnya. Wong takut ketinggian aja wajar, kenapa takut gagal nggak. Namanya juga orang takut, ya mau diapain lagi. Mungkin orang yang menulis tulisan ini juga termasuk orang golongan ini, dulunya. Sekarang? Mudah-mudahan sudah berubah. Kenapa? Karena saya sadar kalau saya telah menjadi orang yang rugi karena masuknya ke golongan yang ini. karena sebenarnya ketakutan itu bisa dibilang tidak ada, kecuali kita sendiri yang selalu memunculkan dan menciptakannya.

Coba fikirkan, misalnya ketakutan akan hantu atau makhluk halus lainnya. Bukankah hantu di tiap daerah berbeda-beda? Kalau di barat hantunya itu kayak werewolf,  vampire, atau apalah hal-hal lain yang ada di barat. Beda dengan kita yang hantunya kalau menurut saya lebih seram. Mana ada di daerah barat sana hantu kaya pocong, kuntil anak, gunderowo, atau apalah hantu-hantu lainnya yang Cuma ada di Indonesia. Mantap ya Indonesia, hantunya aja beragam, multikultur. Bhinneka Tunggal Ika memang. Jadi kenapa hantu bisa beda di tiap daerah? Ya karena ketakutan akan hantu tadi sebetulnya awalnya diciptakan oleh fikiran manusia itu sendiri. Fikiran kita yang tidak mau menghilankan ketakutan membuatnya berimajinasi lebih tinggi akan ketakutan itu sendiri (ini bahasanya ilmiah juga ya). Jadilah turun yang sangat temurun ketakutan hantu itu sampai sekarang.

Balik ke topik. Ya intinya betulkan, ketakutan itu muncul karena adanya fikiran yang kita ciptakan sendiri. Ketakutan itu pada dasarnya tidak ada. Bahkan ketakutan pada yang menciptakan kita aja, yang seharusnya satu-satunya yang kita takuti, gak muncul gitu aja. Kita harus menciptakan fikiran takut pada-Nya. Karena itu kenapa kita harus takut apalagi cuma untuk bermimpi. Mimpi itu suatu hal yang penting. Suatu penyesalan karena dua tahun ke belakang mimpi saya tidak pernah menggantung setinggi-tingginya. Hasilnya? Hasilnya yang saya peroleh ya gitu-gitu aja, buruk bahkan. Kesalahan terbesar bila kita tidak punya target ke depannya, bila kita tidak punya mimpi ke depannya.

Masalah terbesar dalam bermimpi tinggi adalah takut akan kegagalan itu tadi, termasuk mungkin saya juga mengalaminya. Takut terjatuh dan sakit bila kita bermimpi terlalu tinggi. Memang, terjatuh itu suatu hal yang pasti ketika kita bermimpi sangat tinggi. Sakit? Pasti, tidak ada kegagalan yang tidak menyakitkan. Tapi bukankah kesuksesan itu dinilai bukan dari sesedikit apa kita gagal, tapi dari seberapa sering kita bangkit kembali setelah mengalami kegagalan itu. Ya, saya menulis ini dengan harapan ke depannya kita, terutama saya, memiliki mimpi yang setinggi-tingginya. Semoga kita menjadi orang yang berhasil, yang selalu bangkit setelah kegagalan menimpa. Bukankah kegagalan merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk diceritakan ketika kita sudah mencapai keberhasilan? Karena kesalahan itu bukan dinilai dari kegagalan, tapi dari mimpi yang terlalu rendah.

(gambar disadur dari sini)



Minggu, 14 Juni 2015

Dia Menyimpan Sesuatu Untukmu

Lihatlah lelaki itu. Dia menyimpan sesuatu yang luar biasa yang menjadikannya sangat bersemangat melakukan apapun yang ia kerjakan. Dia menyimpan seusatu yang membuatnya mampu terus melangkah maju, membuatnya terus berkembang menjadi seseorang yang lebih baik dari dirinya yang sebelumnya. Dia menyimpan suatu rahasia dibalik kekuatan besar yang membuatnya selalu tegar menghadapi rintangan untuk terus melangkah. Dia menyimpan sesuatu yang biasa orang-orang sebut seabgai rindu. Rindu pada orang yang ia cintai. Rindu untuk membahagiakan orang yang ia cintai.

Lihatlah, rindu itu selalu membuatnya tetap tegar menghadapi sejuta rintangan yang tak jarang membuatnya jatuh, bahkan terhempas ke bumi. Tapi rindu itu selalu membuatnya mampu kembali bangkit dan melanjutkan perjalannya. Rindu itu selalu membuatnya sadar bahwa ia harus berhasil apapun yang terjadi, demi orang yang ia cintai itu. Orang itu sangat berarti baginya. Kehadiran orang yang ia cintai itu sedikit banyak telah merubah hidupnya. Meskipun belum membuatnya menjadi orang yang terbaik, paling tidak telah membuatnya selalu berusaha menjadi orang yang lebih baik. Dan rindunya pada orang itu telah berhasil membuatnya selalu berusaha menjadi lebih baik.

Dan orang itu adalah dirimu. Maafkan aku jika aku memberitahukanmu bahwa orang yang ia cintai adalah dirimu. Menurutku, kau pantas tahu. Karena aku bisa melihat bagaimana perasaannya padamu. Bagaimana ia selalu merindukanmu dan itu telah berhasil membuatnya berupaya menjadi lebih baik. ia lakukan itu untukmu.

Kamu harus tau bagaimana perasaannya untukmu. Aku bisa melihat bahwa jika mentari menghilang dari tempatnya secara tiba-tiba, mungkin ia butuh waktu seikitar delapan menit dua puluh detik untuk menyadarinya. Tapi jika kau hilang darinya, hatinya akan gelap seketika. Ketika aku melihatnya bangun tidur di pagi hari, dia langsung teringat kamu. Itulah rindu, datang tanpa mengenal ruang dan waktu. Dengan atau tanpa jarak, rindunya akan selalu ada untukmu. Para ilmuwan mungkin sudah bisa menjelaskan konsep ruang – waktu dengan baik, tapi sayang mereka belum bisa menjelaskan ruang – rindunya padamu. Karena itu, kau mungkin tidak akan pernah mengerti bagaimana rasa rindunya padamu. Kau mungkin hanya bisa melihat betapa bahagianya dia ketika berada di dekatmu. Lihatlah lelaki itu. Karena ia selalu melihatmu. Karena ia selalu merindukanmu.

Sabtu, 13 Juni 2015

Cerita Liburan : Kerja Praktek #1



Semester enam sudah berakhir. Ya meskipun ada mata kuliah yang harus diselesaikan di semester selanjutnya, tapi paling tidak semester enam secara umum sudah selesai. Dan sekarang aku sedang melaksanakan proses kaderisasi dari kampus untuk menjadi orang yang bisa mengaplikasikan ilmu yang didapat di kelas ke dunia nyata, ke dunia praktek. Selama kurang lebih empat puluh hari, terhitung dari tanggal tiga Juni, aku mengikuti sesuatu yang dinamakan Kerja Praktek (KP). Orang-orang juga biasa menyebutnya Praktek Kerja Lapangan (PKL). Sedangkan di perusahaan tempatku KP, mereka menyebutnya sebagai On Job Traning (OJT). Ya, apapun sebutannya, tetap akulah yang menjalaninya (?).

Sampai hari ini, terhitung sudah sekitar sepuluh hari aku mengikuti beberapa rangkaian KP di sebuah perusahaan peleburan alumunium, pabrik penghasil alumunium murnni dari alumina. Pabrik yang berada di Kuala Tanjung Sumatra Utara ini bernama PT Idonesia Asahan Alumunium (Inalum) ini pada awalnya merupakan perusahaan milik asing, yaitu Jepang. Namun, di masa Menteri BUMN Dahlah Iskan, perusahaan ini diakuisisi seluruh sahamnya oleh Indonesia. Jadilah kini perusahaan ini sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Selama sepuluh hari terakhir mengikuti KP di sini, banyak materi yang telah aku terima dari rangkaian acara yang telah disusun oleh pihak perusahaan. Mulai dari pengenalan perusahaan yang meliputi sejarah, latar belakang, proses produksi, struktur organisasi, sistem safety yang digunakan, fasilitas-fasilitas perusahaan, hingga rencana pengembangan perusahaan ke depannya. Selain diberi pengetahuan mengenai perusahaan, selama sepuluh hari pertama kami di sini kami juga diberikan materi-meteri umum lainnya, seperti motivasi, psikologi, potensi diri, dan materi tentang enterpreneurship

Kami juga diajak berkeliling pabrik untuk melihat bagaimana proses-proses yang ada untuk menghasilkan alumunium murni dari alumina. Kami diajak ke pabrik pembuatan batang karbon yang akan digunakan sebagai anoda untuk proses peluruhan alumina menjadi alumunium yang merupakan proses elektrolisis Hall-Heroult. Kami juga diajak ke pabrik ‘tungku’, di mana terjadinya proses elektrolisis pemurnian alumina menjadi alumunium cair. Suhu ruangan di pabrik ini mencapai 40 – 42 derajat celcius, dan suhu satu tungku yang berada di dalamnya untuk proses elektrolisis mencapai 900 derajat celcius. Dan di dalam satu pabrik terdapat sekitar 600 tungku aktif. Dan Inalum memiliki tiga gedung yang aktif beroperasi. Kami juga dibawa ke pabrik pencetakan alumunium cair menjadi batang alumunium, atau di sini biasa disebut ingot. Terakhir kami diajak mengunjungi pelabuhan yang menjadi tempat di mana dibongkarnya alumina yang diimport dari Australia, dan juga tempat distribusi ingot yang akan dijual ke berbagai tempat.

Selain hal-hal berupa pengetahuan tersebut, kami para peserta OJT juga berhak mendapatkan beberapa fasilitas dari perusahaan. Fasilitas-fasilitas yang kami dapatkan adalah berupa makan tiga kali sehari yang ditanggung perusahaan, bantuan biaya trasnportasi, tempat tinggal, tas punggung, topi, jaket, dan fasilitas olah raga yang selalu bisa kami gunakan setiap harinya. Kami juga mendapat beberapa fasilitas umum perusahaan seperti peralatan safety dan bus perusahaan yang digunakan untuk transportasi pergi dan pulang kerja, karena memang pabrik yang berjarak sekitar 17 km dari kompleks tempat kami tinggal.

Ya, kurang lebih begitulah cerita sepuluh hari pertama menjalani OJT di Inalum. Semoga masih sangat banyak hal dan pembelajaran baru yang bisa diperoleh dari rangkaian kaderisasi kampus ini.

Jumat, 12 Juni 2015

Dia, yang Sedang Jatuh Cinta


Ada yang sedang jatuh cinta. Setelah sekian lama asik bergelut dengan dirinya sendiri, kini ia kembali jatuh cinta. Ragu-ragu ia keluar dari lingkaran yang selama ini mengungkungnya. Dalam hatinya selalu bertanya, apakah masih ada kemungkinan baginya untuk mendapatkan cinta yang ia rasakan itu. Rasa khawatir itu selalu mengiringi setiap perjalanannya. Langkahnya kini sangat berhati-hati. Ia tahu, bahwa ia bukan orang yang baik di masa lalu. Ada bagian di masa lalu yang tak terpisahkan darinya. Dan kini, ia mencoba datang kepadamu.

Ia mungkin bukan orang yang baik. Tidak sebaik apa yang kamu harapkan tentang masa lalunya. Mungkin ia akan datang sebagai ujian bagimu. Tapi tidak baginya. Baginya dirimu adalah suatu anugrah terindah yang mungkin ia miliki. Ia telah mengamatimu sejak pertama melihatmu. Mencatat kebiasaan yang kamu lakukan. Bahkan mungkin ia lebih mengerti tentang perasaanmu dibanding dirimu sendiri. Karena ia selalu senang melihatmu. Kebahagiaan bisa mengamatimu, walau hanya dari jauh. Ia tidak pernah berharap diterima, tapi ia selalu mengusahakanmu. Ia hanya ingin melihatmu selalu tersenyum untuknya. Bahkan ia selalu bersyukur. Karena mengenalmu telah membuatnya berusaha menjadi lebih baik. Sudah lama ia tidak merasakan hal seperti ini, hal yang bisa membuatnya berusaha menjadi manusia yang lebih baik. Dan baginya kini, kaulah alasannya. Ia sudah menerima apapun keputusanmu bahkan sebelum dia mengutarakannya padamu.

Tapi entah bagaimana ia sangat yakin bahwa kamu juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dia rasakan. Ia yakin, karena ia begitu mencintaimu. Walaupun ia gagal saat mengungkapkan perasaannya padamu pertama kali, tapi cinta menunjukkan jalan yang mungkin tak pernah bisa dilihat manusia. Hingga akhirnya kini kalian bersama. Karena hanya cinta, hanya cinta yang bisa mendengar yang tak terkatakan, mengerti yang tak dijelaskan. Sebab cinta bukan datang dari sepotong bibir dan lincahnya lidah – tapi hati.

Dan kamu tidak perlu melakukan apa-apa untuk membuatnya jatuh cinta, cukup dengan kehadiranmu di sisinya. Sesederhana itu.

Kamis, 11 Juni 2015

Tulisanmu

Aku selalu menunggumu menulis sesuatu. Tulisan apapun yang kamu buat, entah itu tentang dirimu ataupun hanya tentang sesuatu yang ingin kamu ceritakan. Aku selalu menunggunya. Karena dari mana lagi aku bisa tahu tentang apa yang sedang kamu fikirkan bila bukan dari tulisan yang kamu buat itu. Kita jarang bercerita tentang sesuatu yang dalam, hanya membahas hal-hal kecil yang sama-sama kita sukai. Aku selalu menunggu tulisanmu. Dari mana lagi aku bisa tahu tentang masalah yang kamu hadapi, tentang kebahagiaan yang kau dapatkan, tentang jalan fikiranmu, tentang perasaan yang sedang kamu rasakan, atau tentang mimpi-mimpi hebatmu di masa depan, kalau bukan dari lembaran-lembaran yang kamu tuliskan itu.

Aku selalu membaca tulisanmu. Aku seakan bisa memasuki seluruh ruang fikiranmu, seluruh ruang perasaanmu dengan membaca tulisanmu. Aku selalu senang membacanya, mulai dari caramu membuat awal cerita hingga caramu menutup ceritamu itu, tak satupun kata terlewatkan saat aku membaca tulisanmu. Karena kalau bukan dari tulisanmu, dari mana lagi aku bisa mengenalmu lebih baik.

Mungkin kamu tidak sadar, bahwa ada aku yang selalu menanti-nanti tulisanmu. Bahwa ada aku yang hampir setiap hari membuka situs pribadimu hanya untuk sekedar melihat apakah kamu menulis hari ini. Teruslah menulis. Dan semoga suatu saat nanti tulisanmu hanya tentang kita.