Minggu, 22 Februari 2015

TIM UHUY!!

Orang-orang random dan sedikit tak jelas. Kita ada 13, angka kutukan. Dan benar saja, kutukan itu nyata, 13 orang dengan 13 pemikiran yang sama sekali berbeda. Selalu berdebat tentang apapun. Tak jarang, sering malah, kita berselisih paham. Naik darah waktu kita bersama? Jangan ditanya, hampir pasti! Pokoknya kalau kita bersama, nyalakan tanda bahaya. Bahkan untuk sekadar menentukan foto pun lamanya bukan main, nunggu diuair dulu baru pergi. Duh!

Aku, kalian, kita, memang gila memang beda. Tanpa harus berpura-pura memang begitulah kenyataannya. Tapi kalian hebat. Kalian bisa beradaptasi dipimpin sama orang yang paling jelas, aku. Kalian selalu bisa menutupi kekurangan yang aku punya untuk amanah ini. Kalian orang-orang hebat. Aku bangga punya tim yang beranggotakan kalian.
Setengah tahun kita luar biasa! Air mata, canda tawa, suka duka, waktu luar biasa yang kita lalui satu semester kemaren. Perjalanan kita masih ada satu semester lagi. Tapi kalau dengan kalian, sepertinya semuanya akan baik-baik saja dan menyenangkan. Tanggung jawab kita masih ada, bep! Tetap semangat untuk kita. Semoga keceriaan tadi malam membawa semangat baru untuk ke depannya.

Maaf dan terima kasih untuk kalian karena aku udah ngasih tanggung jawab kalian, entah dulu kalian nerimanya suka atau tidak. Karena kalau ngomong amanah, bukan lagi soal suka atau tidak suka, bukan lagi soal oenting atau tidak penting, tapi itu udah jadi konsekuensi menjadi seorang yang mengemban amanah itu. Semangat, bepe uhuy!!
Kami, ca-UKMR yang sekarang jadi BP, uhuy!

Cinta..? Ah, Inikah Cinta..

Halo semua, perkenalkan lagi, namaku Andi.

Disini, aku adalah orang yang selalu bercerita tentang cinta. Awalnya aku sangat tak mengerti tentang cinta. Tapi setelah ia menerangi hati dan fikiranku, aku mulai mengerti dan memahami arti cinta. Tentu kalian tahu dengan pasti ia siapa.

Cinta.

Cinta adalah perjuangan. Perjuangan untuk menjadi yang utama, pertama, dan juga terakhir. Untuk selalu bersama. Untuk meniadakan yang lain. Untuk saling menjaga. Untuk mencapai yang kita ingini bersama.

Karena merayakan cinta denganmu seperti mendaki gunung bersamamu. Hingga nanti berdua kita akan mengibarkan bendera kemenangan di puncak sana. Membuat orang lain cemburu akan kita.

Tak mudah, memang. Kau pasti tahu dengan jelas, betapa banyak peluh yang akan kita teteskan untuk bisa mencapainya. Tak jarang kita terpeleset, bahkan tergelincir jatuh, membuat kita merasakan perih. Tapi tetap saja, pendakian bersama jauh lebih menyenangkan dibanding bertemu di puncak saat kita telah mengibarkan bendera kemenangan masing-masing. Sebab berdua, ada aku di sampingmu, dan kamu di sisiku. Bahwa telah diajarkan oleh pengalaman, lelah yang dirasakan untuk menggapai impian dengan kesabaran dalam kebersamaan adalah sumber kebahagiaan.

Cinta.

Cinta adalah perlawanan. Atas kecemasan yang berlebihan. Atas ketakutan yang keterlaluan. Atas rindu yang tak boleh dibiarkan terlalu lama. Karena rindu bisa membeku bila dibiarkan terlalu lama. Maka kemarilah, dekap aku dalam kehangatan. Biarkan kerinduan ini mencair, lalu mengalir sampai ke laut. Maka kita kan abadi, sebagai awan, hujan, atau samudera. Tinggal kau mau pilih yang mana–aku ikut saja.

Selasa, 10 Februari 2015

Mereka Bilang...

Mereka bilang matahari mencintai bumi. Tapi mencintai dari jauh, tidak untuk didekati karna bumi akan tersakiti. Mereka bilang daun mencintai angin. Tapi mencintai dalam diam, tidak untuk diungkapkan karena angin takkan mengerti. Mereka bilang cinta sejati tak harus memiliki. Mereka bilang mencintai terkadang juga adalah merelakan yang dicintai demi kebahagiaannya. Mereka bilang, mencintai bisa dengan cara seperti itu.
Bahwa cinta tak harus bersama. Kau tahu, aku benci konsep itu. Yang ku mau adalah selalu beramamu. Aku ingin mencintai layaknya cinta dingin pada gunung. Dingin telah berjanji akan selalu ada bersama gunung. Atau layaknya cinta semut pada gula. Semua orang tahu bahwa semut mencintai gula. Atau cinta cahaya pada bintang. Mereka selalu saling memiliki.
Aku ingin cinta kita seperti itu. Aku ingin selalu menjadi tempatmu kembali, baik setelah hari burukmu, ataupun hari indahmu. Ceritakan semuanya padaku, aku akan selalu bahagia mendengar semua ceritamu. Karena tiada yang lebih manis dibandingkan waktu bersama yang kita habiskan berdua.

Kamis, 05 Februari 2015

Masalah

Dalam hidup, kita pasti pernah merasakan bagaimana rasanya terbang, dan bagaimana rasanya tenggelam. Semua itu kadang hanya perlu kita rasakan agar supaya kita lebih dewasa dalam menyikapinya. Agar kita tahu bagaimana menyenangkannya terbang, bagaimana sakitnya tenggelam. Ya, kadang juga hanya agar kita tahu bagaimana rasanya, untuk bisa menjadi lebih dewasa.

Aku? Aku belum sedewasa itu. Sepertinya masih banyak fase terbang tenggelam dalam hidupku. Aku belum sehebat itu, sampai bisa menyelesaikan semua masalah karena aku pernah merasakannya. Aku masih harus banyak belajar, dari siapapun. Maka aku minta maaf, aku tak bisa berjanji bahwa aku akan bisa menyelesaikan semua masalahmu. Tapi selama kau mau, kau takkan pernah menghadapi semua itu sendiri. Selama kau mau, aku selalu di sampingmu. Selama kau mau.

Minggu, 01 Februari 2015

Menyukai Hujan

Hari ini hujan turun lagi.

Mereka bilang, mereka menyukai hujan. Mereka menyukai kesegaran dan kesejukan yang dibawa hujan. Tapi, entah kenapa mereka selalu memakai payung ketika berjalan di bawah hujan. Mereka menyukainya tapi menghindar darinya. Mungkin, itulah kekhawatirannya saat kau katakan bahwa kau menyukainya. Dia takut kau akan memperlakukannya laiknya mereka memperlakukan hujan, mengaku menyukainya tapi menghindarinya. Mereka tidak benar-benar menyukainya, hanya di mulut, tanpa satupun perbuatan yang menunjukkan bahwa mereka memang benar menyukainya. Mereka hanya menjual romantisme yang ditawarkan hujan. Sepertinya kebanyakan orang kini seperti itu. Mereka terlatih berpura-pura dihadapan orang lain. Memalsukan sikap menjadi laku baik, menyaring kata menjadi shatu yang manis.

Tapi hujan memang tiada diciptakan untuk orang-orang seperti itu. Ia turun untuk orang-orang yang menantikan kehadirannya. Untuk mereka yang benar-benar menyukainya. Mereka yang suka menatap ke langit membiarkan kesegaran hujan membasuh seuruh lelah dari wajahnya. Mereka yang suka berdiam diri di bawah hujan untuk menhirup aroma kesegaran hujan yang menenangkan fikirannya. Mereka yang tak pernah menghindari kehadiran yang disuka.

Hujan turun untuk mereka. Tanpa sedikitpun mempedulikan orang-orang yang menghindar darinya, tanpa peduli orang yang menyesali kehadirannya. Karena ia tahu, bahwa tak akan mudah membuat semua orang bahagia atas apa yang dilakukannya. Tak perlu mengahabiskan fikiran dan membebani hati untuk orang-orang yang tidak menyukainya. Lebih baik mencurahkan hati dan fikiran untuk orang yang benar-benar mencintainya, orang yang benar-benar menunggu kedatangannya, dibanding merisaukan orang yang membencinya, orang yang pura-pura menyukainya. Karena orang-orang seperti itu pasti ada.

Hujan akan tetap turun meski ia dibenci, karena ia datang bukan untuk mereka. Tapi untuk orang yang merindukan dan menyukainya. Seprtinya kita perlu banyak belajar dari hujan. Hidup kita pasti seperti itu.

Dan aku akan menjadi hujan. Biarkan aku jatuh di hatimu.

Melangkah Bersama

Hidup memang tak bisa ditebak. Mungkin termasuk pertemuan ini, pertemuan kita, dan sampainya kita di titik ini.

Aku ingat, saat pertama kali melihatmu, gadis dengan baju bergaris ungu yang membuat mataku merasa malu. Lantas ku bertanya ragu pada seorang teman, siapakah nama gadis itu - dirimu. Dan saat ia menjawab, aku sadar akan satu hal: wajah yang indah selalu bersanding dengan nama yang indah.

Hingga kini waktu membawa kita di titik ini.
Sudah saatnya kita membuka mata. Tak usah ragu dan jangan bimbang, aku disampingmu. Tataplah ke depan, pandangi jalan panjang setapak yang akan kita titi berdua. Ceritakan padaku, apa yang kau lihat diujung sana? Adakah ia taman bunga rasa surga, atau padang pasir penuh fatamorgana?

Ah, kau tahu, aku tak peduli dengan apa yang kau lihat. Karena jalan kita ke depan, kita yang memilih, kita yang menentukan. Dan aku yakin, berdua kita akan memilih tujuan yang sama. Pinjamkan bola matamu padaku, akan ku hapus semua kekhawatiran, semua ketakutanmu. Genggam tanganku erat, berjalanlah bersamaku, meniti jalan melangkah ke depan. Di ujung sana telah lama menunggu kita, sebuah taman bunga rasa surga.

Mungkin jalan kita tak selalu mudah. Akan ada waktu dimana aku menggenggam tanganmu terlalu erat hingga menyakitimu. Tapi aku yakin kau tahu pasti bahwa itu ku lakukan sebabku tak mau melepasmu, tak ingin kehilanganmu. Akan ada waktu dimana kita berdebat dipersimpangan tentang jalan mana yang akan kita ambil, yang akan kita lalui. Tapi aku yakin, akhirnya kita akan saling mengerti yang manapun jalan yang kita pilih. Yang terpenting, jalan itu kita lewati bersama, berdua - kau dan aku. Sebab kita begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta.

Maka tiada lagi yang perlu kita tunggu.
Bahwa samudera adalah luas, tak ada yang menolak. Bahwa gunung adalah tinggi, semua sudah sadari. Bahwa aku mencintaimu, perlukah kau tanyakan lagi?