Rabu, 24 Juli 2013

Kisah 7 Anak Mendaki Semeru #2

ke tujuh anak (satunya moto)
“sebelum kita berangkat dan memulai perjalanan kita menuju istana para dewa, berdoa terlebih dahulu adalah hal yang harus kita lakukan, berdoa dipersilakan!”

Adalah hal yang pasti  dilakukan oleh 7 anak (saat ini masih calon) pendakai semeru ini. Tidak lain dan tidak bukan dikarenakan mereka adalah anak pondok pesantren, kecuali satu dari mereka (sebut saja Ezi). Karena itu mereka terlatih untuk selalu berdoa, mengingat sang Maha Kuasa, Robb mereka, sebelum melakukan aktivitas apapun.

Setelah berdoa dan memastikan bahwa teman mereka, Wawi, yang sebelumnya kurang fit terkena gejala ketinggian telah benar-benar pulih dan dapat memulai perjalanan, akhirnya merekapun menapakkan langkah pertama, sebuah pijakan pasti, untuk memulai petualangan mereka mendaki semeru, dan puncaknya, mahameru.

Baru beberapa meter mereka memulai perjalanan, alam kembali member mereka sebuah pembelajaran hebat. Dimana ternyata terdapat 2 jalur yang dapat dilalui untuk menuju istana para dewa, mahameru. Yang satu adalah jalur umum yang biasa dilalui oleh para pendaki gunung lain, yang merupakan jalan panjang berliku dan melelahkan, tentunya. Sedangkan yang satunya adalah jalur pintas, yang biasa dilalui oleh penduduk Ranu Pane, dimana merupakan jalan yang terjal dan diapit oleh jurang di kiri dan kanannya. Cepat memang untuk bisa mencapai mahameru, tapi sangat beresiko. Dan inilah yang alam ajarkan pada mereka. Bahwa untuk mencapai tujuan yang diinginkan, pasti ada 2 jalan utama, yang mana satu diantaranya jalan berat yang membutuhkan perjuangan lebih dan membuat orang yang memilihnya akan mendapat kepuasan setelah melaluinya, dan yang lainnya jalan pintas yang dianggap remeh dan mudah untuk mencapai tujuan padahal menyimpan banyak marabahaya yang dapat menjerumuskan orang yang memilihnya terperosok ke dalam jurang penyesalan.

Akhirnya mereka memilih untuk jalan panjang yang lebih membutuhkan perjuangan. Jalan, medan basah dan licin akibat guyuran hujan deras mereka lalui dengan sangat hati-hati. Saling mengingatkan, saling menjaga, dan salin tolong, adalah hal yang selalu mereka lakukan selama perjalanan ini, karena memang jalan setapak yang mereka lalui cukup berbahaya. Alam sama sekali tidak memberikan toleransi bagi siapapun yang ingin mendapatkan sesuatu darinya, sesuatu yang berharga. Alam menuntut perjuangan lebih. 7 anak pendaki semeru ini mau tidak mau harus berjuang lebih, untuk mendapat apa yang mereka tuju. Mereka berjalan hati-hati, agar tidak terpeleset, karena di kiri mereka terdapat jurang. Fokus harus selalu mereka jaga. Berjalan pelan, bahkan mungkin sangat pelan, karena sangat berhati-hati, adalah hal yang mereka pilih dalam perjalanan ini.

Perjalanan yang cukup panjang dan membuat lelah mereka tempuh. Merunduk untuk menghindar dari pohon yang tumbag, melompati lobang yang terhubung langsung dengan jurang, dan menghindari rerumputuan berduri dijalan setapak adalah hal yang sering mereka lakukan. Hingga satu lokasi, mereka menemukan pos peristirahatan pertama, pos pemberhentian pertama yang bisa mereka gunakan sejenak untuk rehat. Mereka memutuskan untuk mengambil opsi rehat sejenak disana, karena memang mereka sudah cukup lelah dengan perjalanan ini. Maklum, 7 anak pendaki semeru ini tampaknya kurang persiapan untuk mendaki (terutama yang cewek, sebut saja Himbo, meryam, dan Ezi si satu-satunya bukan anak pesantren tadi). Mereka kurang olahraga. Alam mengajarkan sesuatu pada mereka, fisik, untuk menjadi orang yang berhasil, tetap harus dijadikan modal utama, tidak hanya sekadar keinginan dan tekad belaka. Mereka tersadar, fisik mereka kurang dilatih dan ditempa.


Itulah hal-hal yang diajarkan alam pada mereka hingga mereka tiba di pos peristirahatan 1. Masih banyak lagi pembelajaran yang akan alam beri pada mereka, karena masih ada pos 2, pos 3, dan pos 4 yang akan mereka lalui sebelum tiba di tempat perkemahan pertama untuk bisa benar-benar bersantai dan tidur, sebelum melanjutkan perjalanan menuju istana para dewa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar