Rabu, 31 Juli 2013

Kisah 7 Anak Mendaki Semeru #3

ke tujuh anak (satunya moto)


Perjalanan hingga pos peristirahatan 1 merupakan  perjalanan yang cukup panjang. Kelelahan sudah sedikit menyerang ke 7 anak pendaki semeru itu. Belum lagi hujan deras yang masih mengguyur bumi menambah kesulitan mereka dalam berjalan. Tak ayal, sepatu dan pakaian yang basah terkena cipratan hujan juga menambah berat beban mereka. Tapi semangat mereka menuju istana para dewa tak pudar begitu saja. Setelah menghabiskan satu bungkus coklat milik salah satu diantara mereka (sebut saja meryam), mereka tersugesti bahwa tenaga mereka (setidaknya) sudah sedikit pulih kembali. Mereka meninggalkan kelompok pejalan lain( yang memang tiba di pos 1 setelah mereka) demi mengejar waktu untuk segera sampai di kaki tanjakan cinta, di tepian danau di atas gunung, ranu kumbolo.

Mereka berjalan, berjalan perlahan, selangkah demi selangkah. Kabut menyelimuti mereka. Batas pandangan terjauh hanya beberapa meter ke depan. Sedangkan di samping kiri mereka, jurang yang terjal juga terselimuti kabut. Salah langkah sedikit saja, entah apa yang akan terjadi pada mereka. Meski tubuh mereka telah dilapisi ponco, tubuh mereka tetap basah, dibasahi oleh keringat. Ternyata, ketika berjalan mendaki gunung, yang padahal hawanya dingin karena ketinggian yang dimilikinya, alih merasakan dingin dan menggunaka jaket, mereka malah memilih memakai kaos, karena ternyata kelelahan membuat suhu tubuh mereka naik dan membuat badan mereka panas. Ternyata suhu tubuh akibat kelelahan mengalahkan dinginnya udara sekitar. jadi buat yang mau mendaki gunung, di perjalanan mendaki disarankan tidak usah memakai pakaian penghangat, itu cuma membuat kalian sesak dan makin berkeringat. Alam kembali member tahu pelajaran baru pada ke 7 anak itu.

Perjalanan yang mereka tempuh meuju pos peristirahatan 2 dan 3 relatif mudah. Tantangan yang mereka hadapi “hanya” kabut, kelelahan, dan hujan yang membuat perjalanan mereka semakin berat. meski semakin sering berhenti sejenak dengan posisi rukuk dengan menahan tas di atas punggung, agar beban tas yang harusnya ditanggung oleh bahu ditanggung sementara oleh punggung (ilmu pramuka yang sedikit diketahui oleh mereka), mereka relatif lebih lancer dan mudah untuk mencapai pos 2 dan 3. Istirahat beberapa menit di pos 2, makan coklat lagi, lanjut jalan lagi. Terlebih lagi perjalanan menuju pos peristirahatan 3. Jalan dari pos 2 menuju pos 3 bisa dikatakan adalah jarak yang paling pendek dibandingkan dengan jarak antar pos yang lain. Mereka “hanya” menempuh beberapa puluh kilo saja. Hingga tibalah mereka di pos 3, yang ternyata mereka tidak bisa beristirahat di pondok yang ada di pos 3, karena entah kenapa pondok di pos 3 roboh, atapnya menyentuh tanah. Untungnya, saat mereka tiba di pos 3 ini hujan telah reda, sehingga mereka tidak perlu susah berteduh di bawah pondok yang atapnya menyentuh tanah. Mereka cukup duduk diatas batang pohon yang tumbang untuk rehat sejenak meluruskan kaki. Namun ada satu hal yang mereka sadari di pos 3 ini. Adalah bahwa mereka berjalan terlalu lambat. Duo pejalan yang menolong mereka ketika sampai di malang yang di pos sebelumnya selalu mereka temui, sudah tidak lagi mereka temui di pos 3. Mereka ternyata memang pemula.

Setelah dirasa cukup, rehat mereka sudahi dan kembali melanjutkan perjalanan. Pos 4, adalah pos terakhir yang akan mereka temui. Dan mereka semakin termotivasi, sebab menurut apa yang mereka baca sebelumnya, pos 4 itu tidak lain tidak bukan adalah danau di atas awan itu sendiri, ya, ranu kumbolo adalah pos 4. Dimana ranu kumbolo ini adalah tempat mereka bisa mendirikan tenda, menginap semalam, memulihkan tenaga sebelum melanjutkan perjalanan menuju istana para dewa.

Bersiap-siap menempuh perjalanan akhir menuju ranu kumbolo, mereka menemukan semangat baru, karena saat itu, yang ada difikiran mereka hanya tempat untuk tidur yang nyaman dan hangat di dalam tenda, makanan berat yang akan mengembalikan kondisi tubuh mereka, dan indahnya lukisan alam ranu kumbolo, danau di atas langit. Mereka yakin, sebentar lagi mereka akan mendapatkan semua itu, tidak lama lagi. Dengan motivasi itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju ranu kumbolo.

Tapi, mereka tidak tahu bahwa di depan mereka, telah menunggu ancaman yang dapat membahayakan jiwa mereka. Mereka tidak tahu, bahwa perjalanan yang akan segera mereka tempuh inilah perjalanan yang paling berat untuk mencapai ranu kumbolo.

4 komentar: