Senin, 05 Agustus 2013

Kisah 7 Anak Mendaki Semeru #4

ke tujuh anak (satunya moto)

Petualangan mereka kembali berlanjut! Ya, 7 anak pendaki semeru melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat peristirahatan pertama bagi mereka, di mana di sana mereka akan bisa mendirikan tenda untuk bermalam, menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh, memasak makanan berat untuk mengisi perut mereka yang telah mulai kosong, dan yang pasti menikmati alam lukisan sang Maha Indah yang terbentang di kaki gunung semeru, lukisan danau di atas langit, yang terbentang indah dintara pebukitan yang mengelilinginya, ranu kumbolo.

Mereka kembali melanjutkan perjalanan setelah dirasa cukup untuk rehat mengembalikan ‘sedikit’ tenaga di pos peristirahatan 3. Dengan motivasi lebih akan segera bertemu ranu kumbolo, mereka berangkat, tanpa tahu medan dan rintangan apa yang akan mereka temui nantinya.

Baru beberapa meter jauhnya mereka meninggalkan pos 3, mereka sudah diuji, dicoba ketangguhan dan keinginan mereka untuk mencapai tujuan. Mereka bertemu medan menanjak yang kemiringannya membentuk sudut melebihi 45 derajat. Tanjakan yang juga memiliki harus mereka tempuh itu lumayan panjang, sekitar 20 meter jauhnya mereka harus menanjak di tanjakan itu. Belum lagi kondisi itu dipersulit oleh medan basah di tanjakan itu akibat hujan yang memang baru saja berhenti mengguyur daerah pegunungan itu. Tak ayal, terpeleset adalah hal yang acap kali mereka alami di sini. Bahkan, mereka sampai harus mengambil posisi merangkak, berlutut, agar bisa mendaki tanjakan  yang cukup berbahaya itu. Hati-hati dalam mengambil langkah dan pijakan harus selalu mereka lakukan. Sebab sedikit saja salah menginjak, bisa bisa mereka terperosok dan terbawa licinnya tanah, menuju jurang yang ada di kiri mereka. Wapada terhadap tanah bekas pijakan teman di depan mereka adalah hal yang selalu mereka perhatikan. Sebab jika tidak, mata mereka akan menanggung akibatnya, kemasukan lumpur basah. Tapi, kebersamaan dan tolong menolong diantara mereka menjadi kunci bagi mereka hingga berhasil mencapai puncak tanjakan ini. Meski pakaian, celana hingga bahkan baju mereka penuh lumpur akibat posisi mereka saat menanjak hampir menyerupai orang merayap, mereka tetap berhasil melewati rintangan ini. Karena susahnya melewati tanjakan ini, ditambah lagi medan sebelum tanjakan ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan tanjakan ini, mereka member julukan padanya, tanjakan surprise!

Setelah tanjakan itu, mereka kembali menemui hadangan-hadangan berupa jalan licin akibat dibasahi guyuran hujan yang telah reda. Beberapa kali salah satu diantara mereka terpeleset. Belakangan diakui oleh orang yang sering terpeleset ini bahwasanya ia memang kurang konsentrasi, akibat menahan panggilan alam (buang air) yang sudah ditahannya sedari di pos 3 tadi. Berulang kali ia terpeleset. Untung baginya tidak sampai membuat kakinya terkilir, keseleo. Hanya membuat teman-temannya yang lain jantungan dan kepayahan menolongnya yang tergelincir. Perjalanan mereka lanjutkan, walau kecepatan berjalan mereka menjadi lebih lambat karena menolong temannya yang sering terpeleset itu.

Akibat jalan mereka yang semakin lambat, sudah 2 jam lebih mereka berjalan. Belum ada tanda-tanda penampakan dari ranu kumbolo. Kelelahan sudah mulai menggerogoti seluruh tubuh mereka, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ternyata memang, mereka ketahui kemudian, bahwa perjalanan menuju pos 4 ini adalah perjalanan dengan jarak antar pos terjauh sebelum mencapai ranu kumbolo. Mereka terlanjur menganggap bahwa pos 4 sudah dekat, dari petunjuk jarak yang mereka baca. mereka tidak membandingkan jaraknya dengan jarak antar pos sebelumnya.

Hari mulai gelap. Kabut senja mulai menyelimuti mereka. Pandangan mereka sangat terbatas. Hanya 2 meter ke depan! Keputus-asaan mulai  menghantui mereka. Pikiran  buruk mulai merasuki pikiran mereka. Kenapa tidak juga sampai mereka di pos 4, kenapa mereka belum juga sampai di ranu kumbolo. Pertanyaan keputusasaan di benak mereka. Mereka lelah, 5 jam lebih telah berjalan. Harapan yang mereka harapkan belum juga terlihat. Ditambah senter yang dibawa oleh beberapa diantara mereka hanya senter handphone, yang cahanya bisa dikatakan sangat tidak membantu penglihatan mereka. Hingga dari 7 orang jumlah mereka, hanya 5 senter yang mereka gunakan di kegelapan senja yang telah menyelimuti mereka. Orang terdepan yang memimpin jalan mereka, yang sebelumnya selalu meneriakkan semangat kepada ke 6 temannya yang lain, kini mulai diselimuti putus asa. Kini, hanya tinggal doa yang masing-masing mereka lontarkan di fikiran mereka. Tiada lagi teriakan semangat. Tiada lagi percakapan dan obrolan keceriaan. Tiada lagi nyanyian riang yang terlontar dari mulut mereka. Semuanya panik.

Hingga akhirnya, mereka melihat sebuah pondok, yang bentuknya mirip dengan pondok-pondok yang ada di pos-pos sebelumnya, pos 1, 2, dan 3. Mereka menghampiri pondok itu, duduk, isirahat. Mereka lumayan bersyukur karena menemukan tempat untuk beristirahat. Namun, mereka juga kecewa, dan putus asa. Di tiang pondok itu mereka temukan kayu dengan tulisan padanya, tulisan ‘pos 4’. Mereka kecewa. Harapan mereka bahwa pos 4 adalah ranu kumbolo pudar, hilang, lenyap tertelan tulisan itu. Mereka putus asa untuk bisa mencapai dan menginap di ranu kumbolo malam itu. Mereka sedih, kecewa, dan putus asa.

Lalu, apakah yang akan mereka lakukan dengan seluruh kekecewaan dan keputus asaan itu? Tunggu saja kalnjutan kisah mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar