Rabu, 01 April 2015

Surat Seorang Kakak Untuk Adiknya

Untukmu, adikku.

Hari telah larut, Dik. Malam sudah terlalu malam, ia sudah mencapai fasa tergelapnya. Mari, tidurlah sejenak. Sehari lagi di kehidupan panjang ini telah kita lewati, biarpun nasib semakin tak pasti. Mungkin kau juga sudah mulai lelah dengan semua ini. Aku bisa dengan jelas melihatnya dari pancaran di wajahmu. Tatapanmu kini telah sayu, matamu dalam. Senyummu kini semakin berat, bibirmu sulit terangkat.

Untuk itu, Adikku, mari kita berdoa. Sementara biarkan semua lelah letih ini terlupa. Seperti yang pernah ibu ajarkan, tuhan bagi siapa saja. Meskipun kita bukan siapa-siapa di sini, di dunia ini, doa kitapun pasti ia dengarkan. Bila kita pasrah diri, tawakkal.

Esok hari perjalanan kita masih sangat panjang, Adikku. Sudahlah, tak usah terlalu kau risaukan. Mari tidurlah, lupakan sejenak semua masalah. Beban, derita, dan lelahmu lepaskanlah semua itu untuk paling tidak sesaat. Dengarkan nyanyian dari dedaunan yang bergesekan dihembus angin malam yang menyejukkan.

Usahlah kau tangisi nasib kita hari ini. Karena begitulah hidup ini, Dik. Kadang kau memang harus merasakan semua ini, agar nanti kau bisa menjadi orang yang tangguh di mata keluargamu. Agar kau bisa menjadi sosok pemimpin yang arif di mata istrimu. Agar kau bisa menjadi ayah yang bijak di mata anak-anakmu. Agar kau bisa menjadi sosok panutan bagi orang-orang sekitarmu. Kau pasti bisa melalu ini. Sudah cukup untuk hari ini, kau telah berusaha. Kau sudah terlalu lelah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar