Jumat, 06 Maret 2015

Aku Telah Memilih

Hidup adalah tentang pilihan.

Apapun yang kita lakukan, semuanya adalah tentang pilihan. Entah berapa banyak opsi yang bisa kau pilih, semua itu tetap menjadi pilihan. Pun hanya dua opsi yang kita punya. Dua itu tetap harus kita pilih, karena itu pilihan. Terkadang, berat memang menentukan pilihan, terlalu banyak pertimbangan di sana-sini yang harus difikirkan. Terlebih, sekali kita telah memilih, pilihan yang tak kita pilih bukan lagi menjdi pilihan. Itu akan menjado kenyataan yang telah kita abaikan, telah kita tinggalkan, telah kita campakkan. Kita tidak bisa kembali memutar waktu untuk memilihnya.

Memilih ibarat membuka satu pintu di sebuah labirin, di antara beberapa pilihan pintu masuk yang disediakan. Dan sekali kita membukanya, kita harus masuk ke dalamnya, walaupun awalnya kita hanya ingin sekedar mengintip apa yang ada di balik pintu itu. Sekali kita membukanya, maka jalan itulah yang harus kita lalu, tak peduli sebanyak apa lika-liku yang ada di baliknya.

Dan aku telah memilih untuk memasuki pintu ini. Aku menemukan bahwa labirin yang ku pilih memiliki terlalu banyak cabang, terlalu banyak liku, terlalu banyak jalan buntu. Ya, jalan itu terkadang membuatku lelah. Tapi apapun yang terjadi sekarang, tetap harus dijalani, itu adalah konsekuensi telah memilih pintu itu. Apapun yang terjadi, tetap harus disyukuri, karena pintu itu adalah sebuah permulaan untuk perjalanan panjang ke depan nanti. Dan kini aku sadar satu hal. Hal yang selalu membuatku tidak pernah merasa salah memilih pintu. Kalaulah saat itu aku tak memilih pintu itu, kita - aku dan kamu tidak akan bertemu di jalan ini. Kehadiranmu seakan mengajarkanku sesuatu; bahwa pilihan yang kita ambil selalu menyimpan rahasia kebahagiaan di baliknya. Dan pilihanku menunjukkan rahasia kebahagiaan yang mungkin telah lama disimpannya untukku. Dirimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar