|
(gambar oleh @ariqsy) |
assalamualaikum, ya ikhwanul muslimin! ikhwanul muslimin yang ini bukan yang ada di timur tengah sana, tapi ikhwanul muslimin dalam arti yang sebenarnya ya (oke lupakan). ceritanya, hari sabtu tanggal 16 november yang lalu, penulis
kembali main ke insan cendekia (merupakan salah satu artikel terdahulu, barangkali, bukan batu, mau baca juga). safar kali ini merupakan yang kesekian kalinya bagi penulis dengan tujuan yang sama, Insan Cendekia. anehnya; ajaibnya; luar biasanya; atau subhanallahnya; penulis tidak pernah bosan, jenuh, apalagi muak dengan perjalanan dengan tujuan tersebut meski telah dikunjungi berulang kali. mungkin IC salah satu tujuan wisata yang asik buat dikunjungi, buat penulis. dan penulis yakin, hal yang sama juga dirasakan oleh hampir seluruh alumnus madrasah yang satu ini. bentuk cinta kepadanya yang telah membentuk kami dalam kurun waktu yang 'hanya' tiga tahun. 3 tahun yang penuh memoria; manis-pahit; suka-duka; gembira-lara; semua tersimpan rapih pada suatu tempat terindah yang ada di jiwa. dan memoria itulah yang membuat saya, atau mungkin kami, tak bosan menginjakkan kaki di atas tanahnya.
dan benar, dikunjungan kali ini, semua memori itu terkuak kembali, muncul kembali ke permukaan kenangan yang ada. dan mungkin, itulah yang akan sedikit dikisahkan pada tulisan kali ini. mungkin kepada yang berharap membaca bacaan tentang gambaran roadshow itu sendiri, bisa membaca blog teman-teman yang lain. karena hal itu takkan anda temukan di tulisan ini. dan kalau masalah yang tengah 'hot' belakangan ini, mungkin akan dibahas pada bagian berikutnya, mungkin. tapi tidak disini.
|
(lapangan bola IC) |
dalam waktu dua hari semalam berada di sana, ada beberapa memori yang kembali muncul benar-benar ke tempat teratas dari semua kenangan yang ada. pertama, kenangan yang muncul dari lapangan bola. di lapangan itu banyak terjadi hal tak terlupakan. sebut saja bentrok antar angkatan yang hampir pecah akibat salah satu anak kelas 2 pada saa itu, meneriaki kelas tiga yang ingin bermain di lapangan itu. dengan lantang si anak berteriak membentak kakak tingkatnya,'WOY KELAS TIGA, LO BISA DENGER GAK SIH??!!' hahaha, menggelikan memang, jika diingat kembali. tapi pada saat kejadian, tensi di lapangan tersebut cukup tinggi untuk dapat menimbulkan perkelahian antar angkatan, yang kemudian entah bagaimana caranya tidak benar-benar terjadi. tapi cukup menambah cerita di lapangan itu.
|
(bagian kiri masjid) |
berpindah ke sisi kiri masjid, yang menjadi tempat yang sepertinya khusus untuk siswa kelas tiga. ya, di masa kejayaan kami (kelas tiga masa jaya), entah kenapa, entah apa penyebabnya, shaf shalat yang akan diambil pasti shaf yang paling kiri yang ada di shaf tersebut. jika shaf tersebut masih diisi oleh sedikit jamaah, kami bahkan rela (sedikit
dodol mungkin) memanggil-manggil orang, yang tentunya gampir semua adik kelas, untuk mengisi shaf dibagian kiri, agar shaf kiri hampir penuh terlebih dahulu, hingga kami bisa mendapatkan tempat yang paling kiri. entah apa tujuannya, penulis yang juga sering melakukannya pun bingung, apalagi pembaca. intinya, tempat terkiri dari suatu shaf adalah tempat terbaik. seperti ada suatu teori yang mengatakan,'semakin kiri posisi seorang anak kelas tiga, maka semakin ganteng pula ia'. jadilah posisi terkiri menjadi rebutan. selain itu, ada lagi yang menjadi rebutan di masjid. teras kiri masjid, terutama bagian tiang. tempat yang menjadi tongkrongan setelah sholat. entah mengapa lagi, setelah salam pasti akan terjadi keuar mesjid berjamaah untuk mendapatkan posisi terbaik untuk sedikit istirahat sambil mendengar taushiah (atau lebih banyak ngobrol, mungkin). tapi memang itulah tempat-tempat yang menjadi tempat terbaik bagi kami saat itu, bahkan hingga kini.
beralih ke tempat wudhu. lebih tepatnya "bagian depan" kamar kecil yang ada di tempat wudhu. tempat yang memang cukup sejuk karena di lindungi oleh rimbunnya dedaunan dari pohon rambutan. tempat ini selalu menjadi tujuan utama ketika keluar kelas untuk istirahat shalat. entah apa yang menarik dari temapt itu (bayangkan, tepat di depan kamar kecil), tapi kami selalu nongkrong di sana, tanpa tujuan, tanpa komando. hanya untuk berdiri. bahkan tidak bermaksud untuk ke kamar kecil, malah memperebutkan giliran terakhir memasuki kamar kecil tersebut. entahlah.
terakhir, teras gedung F. tempat yang menjadi kebanggan kami. bahkan hingga ada sebutan Forum Teras Gedung F (FTGF), sebutan untuk anak cowok diangkatan kami. di teras ini kami sering kumpul tanpa tujuan, hingga bahkan desas-desusnya anak perempuan yang asramanya di samping gedung F, asrama kami, bisa dikatakan 'taku' untuk keluar-masuk asrama, jika di teras itu tengah ramai oleh kami, anak cowok. seperti kami akan berbuat kejam terhadap mereka, aneh. padahal kami 'hanya nongkrong, itu. entah kenapa mereka jadi tak berani lewat.
|
(Teras Gedung F) |
selanjutnya, di teras ini juga terjadi suatu keanehan berikutnya. dimana ketika membungkus makanan dari kantin untuk dibawa dan dimakan diasrama itu dilarang, bahkan sampai kerta pembungkus nasi tidak lagi disediakan di kantin dan pintu masuk asrama F dikunci, teras F ini menjadi tempat pelarian. entah apa tujuannya, anak-anak, termasuk penulis sih, sampai membawa-bawa nampan makanan dari kantin ke teras ini. yang penting makan di bagian asrama, mungkin itu. tapi tetap saja, entah apa tujuannya makan di asrama, bahkan hanya di terasnya. aneh, memang aneh. tapi sekali lagi, cukup menggelikan jika kenangan itu kembali muncul di fikiran. kejadian-kejadian tak tergantikan yang diberikan oleh Insan Cendekia.
ya, mungkin sedikit tulisan tentang ceritera dibalik roadshow bagian pertama ini cuma mengungkap tiga tempat itu doang. dibagian berikutnya, mudah-mudahan jadi, sedikit ulasan cerita lain yang 'hot' dibalik roadshow kali ini, mudah-mudahan jadi.