Rabu, 11 September 2013

#Repost : Sebuah Orasi; Kulihat Kalian, Manusia Pahlawan

yak, jadi kalo yang udah baca post penulis yang ini, insyaallah bakal tahu kalau beberapa hari yang lalu IAIC region Bandung mengadakan penyambutan buat mahasiswa baru alumni yang berasal dari MAN Insan Cendekia Serpong. jadi ceritanya di detik-detik sebelum mereka dilantik, ketua IAIC Bandung tahun ini, Dimas Jalaludin, ngasih orasi, di atas batu besar, di bawah derasnya air terjun, di hadapan puluhan mahasiswa IAIC, yang berasal dari penjuru dunia (ada yang dari Jepang dua orang). orasi yang disampaikannya, menurut penulis, bagus parah. makanya sekarang penulis repost dikit lah, buat yang ga ikutan penyambutan, gasempet denger langsung orangnya orasi, bisa tahu pesan yang disampaikan lewat orasinya itu. sila dibaca

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kulihat Kalian, Manusia Pahlawan

Derasnya air, kudengarkan suara derasnya air
Semilir angin, kurasakan sepoi semilirnya angin
Rimbunnya pepohonan,hangatnya matahari
Dan langit, tiada ditemani mega saat itu

Dihadapanku, anak-anak pertiwi, diam memandang
Padaku, menunggu
Kuhela nafas, Kubalas tatapan mereka satu satu,
Kudatangkan nyawaku, kuhimpun nafasku, kuhadirkan suaraku
Kucari, dimana mata hati yang masih kuajak berbicara

Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya insan-insan pilihan
Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya manusia-manusia pujaan
Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya sosok-sosok impian
Biarkan ku mulai dengan satu pertanyaan
Dengan berbagai sematan atribut penghargaan yang kau peroleh dari kehidupan
Apakah lantas kalian merasa cukup dengan meninggikan diri dan membanggakan

Mari, kita mulai dari satu alasan
Ooo, lihatlah dirimu, siapa dirimu
Kau, yang memiliki, apa yang tak banyak orang dapat miliki
Kau, yang diberi, apa yang tak banyak orang berkesempatan tuk diberi
Kau, yang dianugrahi, apa yang tak banyak orang beruntung tuk menikmati

Namun, ingatlah kawan, bukan cuma penghargaan
Dari setiap celah peluang, pastilah juga ada tuntutan
Dari setiap kesempatan, pastilah juga ada permintaan
Dari setiap peruntungan, pastilah juga ada pertanggungjawaban
Dari sanalah, kau bisa lihat sendiri, sejauh mana kau telah menjadi
manusia sejati yang tahu diri

Merdeka katanya, merdeka tampaknya
Merdeka bangsa ini katanya, merdeka diri ini katamu
Tapi merdeka, kawan, bukan hanya sekedar teriakan
Dan lantas kau pandang seluruhnya kenikmatan
Tapi merdeka adalah sepenuhnya titipan
Mereka telah sediakan tanahnya, sediakan benihnya
Adalah amanat untuk kemudian kau tumbuhkan

Dengarlah, Chairil Anwar, darinya untaian kata persembahan
Menyampaikan suara hati, dari mereka mereka yang tertidur sepi
Menyampaikan pesan mendalam, telah lama tersimpan sunyi
Terpendam bersama tanah, dan juga genangan darah
para pahlawan yang telah mati

Kami sudah coba apayang kami bisa
Tapi kerja kami belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri, kamipunya jiwa
Kerja belum selesai,belum bisa memperhitungkan
Arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Tentang manusia, ku ingin bercerita
Waktu tlah sedikit banyak mengajarkan, pada anak-anaknya
Bahwa sejarah, bahwa masa, bahwa detak kehidupan
Hanya mau menatap, hanya sudi menerima
mencatat nama mereka, para manusia sejati

Manusia sejati, bukan mereka yang menyembah keinginan diri
Manusia sejati, bukan mereka yang mengedepankan ego dan ketinggian hati
Manusia sejati, bukan mereka yang memenuhi kepala, dada, dan kepalan tangan
dengan mimpi-mimpi pribadi yang mereka miliki

Tapi manusia sejati
Adalah mereka yang sadar akan asa dan bakti,
Senantiasa menyalakan, mengobarkan, miliknya semangat api
Berkata-kata dalam dada sendiri
Pastilah terus ada yang dapat mereka lakukan lagi

mereka adalah yang mengubah, membangun, bekerja memperbaiki
Menyibukan diri pada hasrat, asa, mimpi bersama
Tuk ikut serta, tiada tertinggal, dalam wewangian parade sejarah
Bersama mereka, mereka, dan mereka
Para pahlawan, para manusia sejati yang lain

Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela berdarah-darah untuk mengubah
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela dipaksa untuk terpenjara
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela dihujami oleh vonis tirani
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela berhadapan dengan pedihnya pengorbanan
Demi sepenuhnya memperjuangkan, bukan untuk dirinya
Tapi demi rakyatnya, demi bangsanya, demi semesta manusia
Mengantarkan mereka semua, semua, semuanya
pada puncak tertinggi, impian akan sepenuhnya merdeka
pada puncak tertinggi, impian akan sepenuhnya jaya

Wahai insan-insan penerima anugerah
Wahai insan-insan yang dititipkan kelebihan
Jangan kau biarkan dirimu sendiri
Tenggelam dalam bayangan asap yang tiada mampu terbang tinggi
Terlalaikan, tergadaikan, terabaikan
Berserakan dengan fatamorgana kebanggaan
Dibiarkan terlupa, hilang oleh masa

Tapi mulailah,
Canangkanlah, tepat pada nadimu, tepat pada jantungmu
Sebarkanlah pada lingkaran euforia sekelilingmu
Dengan apa yang kau pegang, apa yang kau punya
Beratus bila sanggup, beribu bila perlu, berjuta bila mampu
Mata air kebermanfaatan, mata air pengabdian, air mata perjuangan

Buktikanlah, walau sedikit nampak sedikit
Buktikanlah, cermin jiwa mana yang memaksa dirimu menjadi dewasa
Berkembang, bertumbuh
Menjadi sosok insan pejuang perbaikan, cendekiawan
Menjadi sejati-jatinya manusia, pembawa panji kiriman Tuhan
Salah satu dari pahlawan
yang bangsa ini telah lama idam-idamkam

Kukepalkan tanganku, kuangkat, kupersembahkan
Kuajak mereka bertakbir, sekali
Dua kali
Tiga kali

Dalam pikiran, 8 September
Dalam catatan, 9 September
Setelah 68 tahun, sang saka berkelebatan,
merindukan kembalinya iring-iringan pahlawan

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

sumber: disadur dari notes ini

1 komentar: