Senin, 15 Agustus 2016

Mari Menyesal

Entah kenapa, akhir-akhit ini ingat di Insan Cendekia dulu banyak hal yang sia-sia yang saya lakukan. Seperti bisa dibilang hampir selalu tidur saat kajian kitab hadits, tidak belajar bahasa arab dengan benar, tidak memperbanyak hafalan Alquran, dan malam sekarang yang paling teringat adalah betapa berdosanya dulu kalau Ustad Ikhwan udah baca surat Alfajr waktu sholat subuh. Itu dulu nahan ngantuknya ampun deh kalau beliau udah baca Alfajr waktu subuh. Bukan karena beliaunya, tapi karena suratnya yang memang saat itu terasa panjang entah kenapa. Entah kenapa rasanya waktu itu kalau imamnya beliau tapi baca surat lain masih enak sholatnya. Tapi kalau udah surat Alfajr, subhanallah itu terasa lama luar biasa.

Mungkin, karena dulu emang saya pribadi di IC selalu lebih mementingkan dunia di banding akhirat. Sekarang juga masih kayanya, semoga segera berubah sepenuhnya. Dulu lebih penting belajar sampai jam 1 malam dan tidur waktu kajian kitab paginya. Walaupun ngantuk-ngantuk subuhnya, apalagi kalau udah surat Alfajr itu.  Maafkan muridmu ini Ustad Ikhwan, yang dulu sering sedikit sebal kalau anda baca Alfajr cuma karena ngantuk.

Sekarang, saya baru merasakan betapa dalamnya makna yang terkandung di dalam surat itu. Betapa mengerikannya ketika kehidupan setelah kehidupan di dunia ini berakhir. Sangat mengerikan. Tergambar jelas kengeriannya di surat Alfajr. Harusnya, dulu saya menangis ketika Ustad membaca surat itu. Seharusnya saya tersentil saat Ustad baca surat itu. Betapa nanti jika saya terus bereaksi seperti saat itu, tentulah saya akan termasuk golongan pertama orang-orang yang disebutkan di dalam surat itu. Wal iya zubillah. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang akhirat yang ke dua yang disebutkan di surat itu.

Mengerikan. Menakutkan. Sangat. Itulah gambaran awal yang akan terjadi di hari kebangkitan nanti. Di mana manusia akan dibangkitkan dalam keadaan telanjang, tapi tidak ada yang peduli dengan siapapun yang ada di dekatnya. Semua manusia telanjang, tapi tidak ada yang peduli. Betapa mengerikannya keadaan saat itu. Adakah kondisi yang membuat kita tidak tertarik melihat tubuh telanjang lawan jenis, selain kondisi di mana saat itu kita sedang ketakutan karena suatu bencana yang akan menimpa kita? Misal, di dunia ini. Ketika terjadi tsunami, akankah ada orang yang sempat-sempatnya melihat orang telanjang di saat dirinya sudah hampir celaka terkena tsunami itu? Tentu tidak. Tidak ada orang yang memikirkan nafsunya ketika keselamatannya sudah terancam. Adakah orang yang melanjutkan maksiat ketika terjadi gempa bumi? Tentu tidak. Semua orang akan menyelamatkan dirinya dan tidak memikirkan nafsunya. Lihatlah betapa menakutkannya akhirat. Semua manusia telanjang. Tanpa terkecuali. Namun tidak ada sedikitpun rasa ingin melihat ke orang lain, melirik pun tidak. Betapa paniknya saat-saat itu. Betapa takutnya seluruh manusia pada waktu itu.

Kengerian itu sedikit dijelaskan Allah subhanahu wa ta'ala di dalam surat Alfajr. Cerita itu Allah mulai dengan hari kiamat. Sesungguhnya apabila bumi telah digoncangkan, dengan goncangan yang segoncang-goncangnya, sedahsyat-dahsyatnya, yang terjadi berturut-turut tanpa henti. Lihatlah bagaimana cara Allah menggambarkannya. Goncangan yang terus menerus. Sekarang gempa gak sampai satu menit aja udah hancur itu kota, udah berhamburan keluar semua orang yang ada di dalam gedung. Gimana kalau guncangannya gak berhenti-berhenti. 

Lalu Allah melanjutkan dengan kejadian yang terjadi jauh setelahnya, tidak menceritakan kengerian-kengerian di antara dua kejadian ini. Mungkin saya akan membuat tulisan lain untuk berbagi ilmu tentang rentetan peristiwa di hari akhir nanti. Mudah-mudahan kalau Allah izinkan. Tapi di surat Alfajr ini Allah langsung ke kejadian yang mungkin sangat mengerikan dan bisa dibayangkan. Allah berfirman, setelah bumi itu berguncang dan hancur, maka datanglah Rabbmu, bersama seluruh malaikat tanpa terkecuali. Semua malaikat dari penghuni langit pertama sampai langit ke tujuh akan datang bersama Allah, secara baris-berbaris. Bukankah baris-berbaris adalah formasi yang dilakukan ketika perang? Bukankah mengerikan melihat pasukan bersenjata jika mereka tersusun rapi baris-berbaris siap menghadapi musuh? Bagaimana jika yang datang adalah Allah, dengan keadaan yang benar-benar murka. Ya Allah selamatkanlah kami di hari itu, berilah kami ridho dan ampunan-Mu, amin. 

Dan tidak hanya sampai di situ. Allah datang bersama para malaikat bukan membawa senjata seperti yang ada di dunia ini. Tapi kemarahan Allah, membuat Allah membawa serta neraka jahannam bersama-Nya. Maka saat itu, memuncaklah ketakutan seluruh manusia. Melihat api yang sangat panas itu, yang membara. Yang digambarkan berwarna hitam saking panasnya. Barulah saat itu manusia teringat semua yang telah dilakukannya selama di dunia. Semua kesia-siaan yang dilakukannya. Tidak ada manusia yang tidak menyesal saat itu. Bahkan orang sholeh pun menyesal, mengapa saat di dunia tidak melakukan ibadah lebih banyak. Apalagi orang yang berdosa. Tapi Allah menegeskan, bahwa saat itu ingat kesalahan di masa lalu itu tidak lagi ada gunanya. Tidak lagi ada gunanya sama sekali.

Jadi, lebih baik kita ingat kesalahan itu sekarang. Sangat jauh lebih baik. Dari pada baru ingat di saat Allah telah benar-benar murka, saat tidak ada lagi pintu taubat dari kesalahan kita. Allah sudah marah saat itu. Allah marah. Saat itu Allah benar-benar marah. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang dimurkai Allah saat hari itu datang, Allahumma amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar