Sabtu, 27 Desember 2014

Mentari Senja

Waktu itu, di hadapan cahaya merah mentari senja pantai selatan, seorang perempuan berkata padaku," hei, akhirnya aku bisa lari dari semua orang, terimakasih telah mengajakku ke tempat sesunyi ini. Sudah lama aku tak merasakan bagaimana rasanya dalam kesunyian, kesendirian, kehampaan, yang hanya bertemankan derau ombak yg berbisik, kicauan burung camar yang seakan bersenandung, dan gesekan daun kelapa yang menambah indah suasana sepi sunyi sendiri ini. Terimakasih, Rey."
Aku tersenyum," apa yang tiba2 membuatmu merasa sangat ingin sendiri, sampai-sampai meminta tolong pada seorang penyendiri seperti ku ini?" tanyaku padanya.
"Kau tahu, Rey, belakangan ini banyak lelaki mendatangiku." Jawab wanita itu singkat.
"Maksudmu, untuk menjadikanmu pendamping hidup mereka?" lanjutku, ingin tahu.
"Tidak, Rey, tidak sejauh itu." jawabnya sambil sedikit tersenyum. "Mereka memintaku untuk menjadi kekasih mereka." sambungnya.
"Mereka?" tanyaku, semakin tertarik untuk tahu kisah temanku wanita ku ini.
"Ya, banyak sekali yang akhir-akhir ini datang dan mengutarakan perasaannya padaku seperti itu, Rey. Mungkin jika hanya satu dua orang, aku akan merasa senang, tapi kalau 4 orang, aku harus bagaimana, Rey?" jelasnya, lantas bertanya padaku.
"Entahlah, aku tak begitu mengerti masalah ini. Kau tahu, kan, aku ini cuma seorang yang suka menyendiri di semesta ini, aku lebih memilih untuk bersama alam ketimbang bersama orang yang tak terlalu ku kenal. Aku hanya terbuka dengan orang-orang yang sudah lama ku kenal dekat seperimu. Mana mungkin aku bisa memberi solusi padamu, hehe, maafkan aku." balasku.
Sambil tersenyum, ia berkata "benar juga kau, Rey. Kalau begitu, jika kau adalah ayahku, lelaki seperti apa yang akan kau pilihkan untuk anakmu ini, Rey?"
"Hmm, yang pasti bukan seperti yang berempat itu, yang sampai membuatmu risih dan ingin mengasingkan diri seperti sekarang ini." jawabku.
"Haha, kau tipe ayah seperti itu ya, Rey. Kalau begitu, jika anakmu lelaki, wanita yang mana yang akan kau pilihkan untuk anakmu itu?" ia kembali bertanya.
"Hmmm.." Aku menimbang,"Wanita yang sampai dikejar oleh 4 lelaki sekaligus." jawabku.
Wanita itu tersipu, tersenyum syahdu, menatap pada cahaya merah mentari senja pantai selatan.

Rabu, 17 Desember 2014

Cinta..? Ah, Mungkin Aku Mulai Mengerti..

halo semua, perkenalkan, namaku Andi.

(gambar disadur dari sini)
jika kau orang yang peka dan setia membaca tulisan-tulisan di blog ini, mungkin kau ingat padaku. ya, aku adalah orang yang sama dengan orang yang pernah bercerita tentang cinta di sini. tapi jangan salah! jika ditulisan itu aku bercerita tentang bagaimana aku sangat tak mengerti akan cinta, jika pada saat aku menulis tulisan itu buatku cinta adalah suatu hal yang rumit, abstrak, dan membingungkan, tidak demikian sekarang, tidak demikian ditulisan ku yang satu ini! setelah sekian tahun aku lalui tanpa sedikitpun tertarik untuk membicarakan tentang cinta, karena kerumitan, keabstrakan, dan kebingunanku akan cinta itu sendiri, kini aku sangat bersemangat jika berbicara tentang cinta. mengapa? semua karena dia.

ya, karena dia. dan kisahku tentang dialah yang kini ingin aku tuliskan disini. dia, dia yang bernama cahaya. aku berani menyebut namanya? tenang saja, ia takkan pernah membaca tulisanku ini. biarkan ini menjadi rahasia ku, yang ku titipkan pada kalian, yang ku yakin tak satupun mengenal cahaya. aku tak ingin, sedikitpun tak ingin ia tahu, apa yang ku rasakan terhadapnya. aku mencintaiya dan ia tak perlu tahu.

cahaya tak perlu tahu tentang apa yang aku rasakan padanya. sedikitpun ia tak perlu tahu. banyak teman dekat yang mulai berbisik padaku, agar aku segera mengutarakan pada cahaya tentang perasaanku terhadapnya. benar memang, cahaya adalah seorang gadis berparas manis, yang jika tersenyum pasti membuat hati seorang lelaki luluh. itu benar. cahaya memang sangat cerah bagai cahaya mentari dikala siang, dan indah bagai gemerlap lampu perkotaan ketika malam tiba. bahkan, diantara kedua waktu itu pun cahaya sangat indah, bagai lembayun sunrise di ufuk timur dan kilauan sunset di ufuk barat. cahaya memang selalu memancarkan keindahannya. maka kalian tahukan, jika aku mengungkapkan perasaanku padanya, akan banyak hal yang akan hancur.

"lalu, bagaimana jika lelaki lain ternyata terlebih dahulu mendekatinya?" ah, jangan fikir aku disini hanya berdiam diri. aku selalu mendekatinya. aku mendekatinya dengan doa. aku tahu, suatu saat disuatu ketika yang telah lama kita ketahui, tuhan sendiri yang akan memberi tahu perasaan ini padanya dan kemudian mendekatkan kami. pun saat ini aku yakin dia juga mencintaiku. bagaimana aku bisa seyakin itu? ah,
bukan cinta namanya kalau kau tak yakin, sobat!


Minggu, 14 Desember 2014

Rasakan Saja

Awal tahun lalu, seorang teman pernah berkata,

"galaulah! karna dengannya kau akan berkarya., kara dengannya kau akan berfikir, karna dengannya kau akan bertindak.berapa banyak lagu yang dapat kau tulis di kala terluka, berapa bait sajak yang terlintas saat gelisah, dan galau tak melulu soal cinta"

mungkin, satu semester ke belakang sudah terlalu lelah dengan semua beban jurusan yang tiada henti-hentinya, yang ternyata jurusan teknik tenaga listrik bukan hanya tentang keseruannya yang pernah dituliskan di sini tapi juga menyimpan lima ratusan lembar laporan yang harus ditulis tangan. ya, mungkin salah satu faktor ini sudah cukup membuat, bahkan lelah untuk sekadar galau. alhasil, seperti kutipa kalimat teman di atas, satu semester ke belakang sangat tidak produktif. berapa tulisan yang dihasilkan? hanya dua, dan tulisan ini yang kedua. dan memang, kedua tulisan itu dihasilkan setelah melewati masa-masa kelam semester ini, yang artinya sudah memiliki cukup tenaga untuk kembali sedikit produktif. tidak lagi berada di bawah tekanan dan kejenuhan selama satu semester terakhir, masa yang bisa dibilang cukup melelahkan dalam hidup.

tapi, hal ini jugalah yang kemudian terfikirkan belakangan ini. terisnpirasi dari salah satu tulisannya mas kurniawan gunadi, bukankah hidup memang harus begitu? bukankah dalam hidup kita tak bisa selalu bahagia? bukankah kita mendapat dan mengalami masa-masa sulit? kisah dalam hidup kita kadang harus pernah mengalami fasa di titik terendah, jatuh, terpuruk dalam lubang yang dalam. kita harus tahu, bagaimana rasanya terluka, disakiti, dijauhi, dikhianati, dibenci, dilupakan, diasingkan, tak dianggap, diremehkan. terkadang, kita harus mengalami itu semua, hamya untuk membuat kita lebih dewasa dalam menyikapi kehidupan kedepannya. begitu pula dalam cinta. terkadang, untuk bisa memaknai apa itu cinta, yang katanya bisa menembus dimensi ruang dan waktu, kita harus merasakan berbagai hal tentangnya. terkadang, kita harus tahu bagaimana rasanya tak terbalas, menunggu, ditunggu, berharap, cemas, ditikung, bertepuk sebelah tangan, diduakan, digantung, diterima, bersatu, berpisah. kadang itu semua harus kita rasakan, hanya untuk kita bisa menjadi lebih memahami dan tahu bagaimana menyikapi cinta dengan lebih dewasa.

"Hidup kita kadang harus seperti itu. Hanya agar kita tahu bagaimana rasanya. Agar kita belajar dan menjadi lebih bijaksana"
@kurniawangunadi

ya, mungkin memang kita hanya harus mengalami semua itu, hanya supaya kita bisa menyikapi dan menafsirkan hidup dengan lebih bijaksana. dan, mungkin semua itu akan meninggalkan bekas luka. tapi..
(gambar disadur dari sini)
dan kutipan terakhir, yang selama ini selalu menjadi pegangan saat merasa berada dititik terendah,

"In the end, everything will be allright. if it's not allright, it's not the end"

Selasa, 02 Desember 2014

Rahasia

Akhirnya, waktu yang ditunggu pun tiba. Kembali menulis! Ah, banyak hal sebetulnya yang ingin ditumpah ruahkan ke dalam tulisan, setelah sekian lama tidak menyentuh blog ini. Kehidupan tingkat tiga jurusan sangat memakan banyak waktu, atau mungkin kurang bisa membagi waktu. Dan jadilah menulis hal yang terlewatkan. Sayangnya!

Ah, menulis ternyata memang hal yang membutuhkan repetisi, pengulangan. Setelah sekian lama tak dilakukan, menulis bukan lagi hal yang segampang menjatuhkan jari ke atas keyboard, dan bisa berjalan sendiri. Banyak yang ingin dituangkan hanya menjadi draft, karena sepertinya tak layak publikasi. Jadi, mungkin ditulisan ini cuma mencoba memulai menulis kembali, dengan sedikit menyelipkan lantunan bait lagu yang syahdu, teman kala mata tak kunjung terpejam di malam hari, atau kala pikiran sedang ingin terbang melayang melanglang buana. Lagu dengan alunan nada membuai, mendayu, syahdu. Rahasia, payung teduh.

Tak ada sore, dan udara menjadi segar
Tak ada gelap, lalu mata enggan menatap
Tak ada bintang mati, butiran pasir terbang ke langit
Tak ada fajar, hanya remang malam, semua t'lah hilang terserap matahari
Harum mawar membunuh bulan, rahasia tetap diam tak terucap
Untuk itu semua aku mencarimu
Berikan tanganmu jabat jemariku
Yang kau tinggalkan hanya harum tubuhmu
Berikan suaramu balas semua bisikanku, memanggil namamu
Atau kau ingin aku berteriak sekencang-kencangnya
Agar seluruh ruangan ini bergetar oleh suaraku

Yah, entah kenapa, kalau dengar lagu ini serasa diatas gunung, sendiri, cuma ditemani sepi. Melupakan semua persoalan, melayang pelan diatas awan. Alunan kontra bass, okulele, sama gitar klasiknya sangat membuai. Silakan dicoba dengarkan! Enjoy the sound of this song!

Rabu, 30 Juli 2014

Kutipan #13 Karena Ramadhan

"Jika kita beribadah karena bulan ramadhan, maka sesungguhnya bulan ramadhan telah pergi, hilang, berlalu begitu saja meninggalkan kita. Namun jika kita beribadah karena Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Hidup, Maha Mengetahui. Barangsiapa yang berinbadah karena bulan ramadhan, maka amalan itu akan hilang dengan hilangnya bulan ramadhan. Barangsiapa yang beribadah karena Allah, maka jagalah amalan itu. Sesungguhnya, amalan yang paling disukai Allah, adalah amalan yang dilaksanakan secara istiqamah, secara terus-menerus."

Kutipan #12 Sepucuk Doa

"Ya Allah, sesunnguhnya aku, hanyalah seorang hamba-Mu. Aku, hanya seorang hamba-Mu. Aku hanya seorang hamba-Mu, di antara begitu banyaknya hamba-hamba-Mu yang lain. Sesungguhnya jikalau aku terus lari meninggalkan-Mu, maka engkau masih memiliki begitu banyak hamba-Mu yang senantiasa menaati-Mu. Tapi aku disini yang penuh akan dosa, yang telah sedikit lari dari-Mu ini ya Allah, aku disini hanya memiliki-Mu, ya Allah. Hanya diri-Mu lah tempatku berharap. Maka jika aku Engkau tinggalkan hamba-Mu yang penuh dosa ini, kepada siapa lagi aku harus berharap, pada siapa lagi aku bisa meminta ampun, siapa lagi yang bisa memaafkanku. Maka janganlah engkau tinggalkan hamba-Mu yang hanya memiliki-Mu ini, ya Allah. Tetapkanlah hati kami untuk selalu memegang teguh agama-Mu. Ampunilah segala dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, mencintai orang yang meminta ampun."

Rabu, 11 Juni 2014

Untukmu yang Dirindukan

Hei, kamu yang di sana, bagaimana kabarmu sekarang? Iya, kamu, siapa lagi. Aku yakin, kamu pasti baik-baik saja, kan. Ya, aku tahu kabarmu, aku selalu tahu. Aku tahu, karna aku selalu memperhatikanmu dari sini, dari balik tirai yang tak kasat mata, tapi cukup untuk membuatku tak terlihat oleh matamu. Aku di sini selalu menjadi pengagum rahasiamu. Hanya itu. Hanya itu yang kini bisa aku lakukan. Hanya sebatas mengagumimu dari sini, mengagumimu dari jauh.

Tahu kah kamu, mengapa hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini? Kenapa aku hanya bisa sebatas mengagumi dari jauh? Karena, hei, tahu kah kamu, bahwa aku tak pernah bisa menyembunyikan kebahagiaanku, aku tak pernah bisa menahan senyumku, jika aku berhadapan langsung denganmu. Itulah mengapa aku hanya bisa mengagumi dari jauh. Hanya mengagumimu dari jauh.

Tahu kah kamu, banyak hal yang ingin ku bagi denganmu. Berlembar kisah ingin ku ceritakan padamu. Berjuta canda ingin ku nikmati bersamamu. Dan berbait kata yang ingin kusampaikan untukmu. Tapi apa, aku hanya bisa terdiam membisu, di sini, di tempat ku kini berdiri. Ya, aku terdiam melihatmu. Melihatmu yang begitu hebat disana. Melihatmu yang telah begitu bahagia. Aku takut, terlalu takut, aku takut akan mengganggu kebahgiaanmu dengan kehadiranku. Itulah mengapa aku hanya bisa mengagumimu dari sini, mengagumimu dari jauh.

Tahu kah kamu, aku selalu berharap kau merasakan hal yang sama seperti apa yang aku rasakan ini. Perasaan yang begitu hebat untukmu. Ya, itu hanya harapku semata. Memang, sama sekali aku tak berhak menyimpan harap itu terlalu lama. Tapi, entah mengapa aku selalu berharap akan hal itu. Aku berharap menjadi orang yang tiba-tiba menganggu fikiranmu. Yang mengisi mimpi indahmu. Tapi, sekali lagi itu hanya harapku. Tak lebih. Aku sama sekali tak tahu apa yang sebenarnya kau rasakan. Karna aku hanya bisa mengagumimu dari jauh.


Tahu kah kamu, aku ingin sekali kau tahu apa yang ku rasakan ini. Karena perasaan ini mulai menimbulkan benih-benih lara. Benih-benih yang membuat ku ingin selalu bersamamu, di bawah bintamg, di tengah derasnya hujan, di temaram cahaya pagi, di gelapnya malam, di hangatnya mentari pagi, di dinginnya angin malam. Haruskah aku berteriak terlebih dahulu, agar kau tahu apa yang aku rasakan ini? Entahlah. Kembali lagi, aku tak bisa melakukannya. Saat ini, aku hanya bisa menjadi pengagum rahasiamu. Hanya bisa memujamu dari sini, memujamu dari jauh.
----------------------------------------------------------------------------------------------

mencoba menginterpretasikan curhatan seorang teman, ternyata saya bukan orang yang bisa merangkai kata puitis. maaf ya, ceritamu beneran aku jadikan tulisan, hahaha

Selasa, 10 Juni 2014

Kutipan #11 Tak Pernah Padam

"pada tau kan kalau Riau kebakaran hutannya susah dipadamin..
ya kita orang Riau juga gitu, cintanya tak pernah padam.." 

dikutip dari salah satu akun medsos anak Riau, @irfantasbih

Selasa, 27 Mei 2014

Ini Bukan Tentang Kemampuan, Tapi Tanggung Jawab

Renungan malam, sebuah self-reminder
Boleh jadi..
Kamu merasa dirimu terlalu kecil atas amanah yg tengah kamu jalani. Menatap orang lain begitu hebat dan berhasil dengan gemilang dengan amanahnya.
Boleh jadi..
Semua hal tiba-tiba saja bersama-sama dan bersepakat membuat kekacauan dalam hari harimu dalam setiap amanahmu.
Sebagaimana umar bin abdul aziz memaknai kepemimpinannya, bahwa amanah adalah tentang seberapa besar kamu dan jiwamu sepenuhnya bertanggung jawab.
Tanggung jawab yang membuatmu memangkas habis waktu istirahatmu, membuat tatihmu menjadi lari yang begitu cepat, atau membuat ketidaksukaanmu dipaksa untuk mencintai yang kamu kerjakan.
Tanggung jawab itu yang membuat kemampuanmu tumbuh, membuatmu belajar dengan jauh lebih cepat dari yang lain.
Dan suatu saat disatu titik, saat kamu merenung, percayalah, tiba-tiba saja kamu menyadari semua tanggung jawab yang selama ini kamu perjuangkan telah membuatmu menjadi manusia yang lebih hebat.
Karenanya..
Bersedihlah, bukan karena kemampuan yang tak kamu miliki sekarang dalam mengemban suatu amanah.
Tapi bersedih saat kamu mnyadari tanggung jawabmu mulai cacat. 

Bismillah...

| ps: terimakasih untuk pesannya, teman

Perjalanan Menuju Puncak Papandayan

Jalan-jalan, man!
para pendaki gunung papandayan
Ya, kemarin saya baru saja kembali dari sebuah perjalanan yang mendekatkan diri dengan alam. Bersama Sembilan orang teman lain, kami bersepuluh melakukan perjalanan ke salah satu gunung terindah dari sekian banyak gunung-gunung indah di alam Indonesia ini. Kami baru saja melakukan pendakian gunung papandayan!
salam indah dari papandayan
Awalnya, anggota kelompok kami yang berasal dari Unit Kebudayaan Melayu Riau ITB ini berjumlah sebelas orang. Namun di hari keberangkatan, tepatnya hari Jumat malam, salah seorang anggota mengundurkan diri, dikarenakan sakit mendadak yang ia rasakan. Jadilah kami hanya beranggotakan sepuluh orang, termasuk saya. Karena perjalanan akan dimulai Sabtu subuh, kami semua sepakat untuk tidur di satu tempat yang sama, agar tidak ada yang ketinggalan akibat bangun kesiangan. Hasilnya, rencana kami berhasil!

Kami memulai perjalanan di Hari Sabtu sehabis sholat subuh, berangkat menuju terminal cicaheum bandung. Sesampainya di terminal cicaheum, melihat rombongan kami yang memakai carrier, para sopir dan kenek kendaraan umum di terminal lansung menghampiri dan menghujani kami dengan pertanyaan,’mau ke mana mas, garut ya?’ Ya, gunung papandayan memang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Mungkin, abang-abang itu bisa menebak tujuan kami dari carier yang bersandang di punggung kami. Tapi kami lebih memilih untuk membeli sarapan terlebih dahulu. Dan roti bakar pun menjadi pilihan kami untuk mengisi perut di pagi itu.

Setelah roti bakar kami matang, kami langsung menaiki bis tujuan Garut, untuk segera memulai perjalanan. Bis dari Bandung menuju Garut ini umumnya bertarif 15 ribu. Tapi dengan sedikit ilmu lobi-lobi, kami cukup membayar 13 ribu untuk bisa sampai di terminal Guntur, Garut. Singkat cerita, setelah 3 jam perjalanan, kami pun sampai di terminal Guntur, Garut. Dari sana, kami langsung menaiki angkot untuk menuju pertigaan cisurupan. Biaya angkot dari terminal Guntur menuju pertigaan cisurupan ini adalah 10 ribu perorangnya. Ketika sampai di pertigaan cisurupan, kami langsung ditawari untuk menaiki mobil bak terbuka untuk menuju gerbang awal pendakian gunung papandayan. Daripada berlama-lama, kami langusng setuju untuk menaiki salah satu mobil bak terbuka tersebut dengan tarif 20 ribu perorangnya. Jalan yang dilewati dari cisurupan menuju gerbang awal pendakian gunung papandayan ini terbilang sangat menarik. Diawal, kita akan disuguhi perumahan penduduk yang dihuni oleh orang-orang yang sangat ramah, selalu tersenyum ketika kita melewati mereka. Ah, ramah memang ciri orang Indonesia, bukan? Setelahnya, kita akan melewati track jalan yang berlubang, dan bisa dibilang lubang di jalannya sangat dalam. Itu membuat mobil bak terbuka harus melewatinya dengan hati-hati. Kita yang berada di atasnya? Tentu saja akan sangat menikmati goyangan si mobil akibat jalan berlubang itu, cukup munimbulkan adrenalin.
di atas mobil bak terbuka
Setelah sekitar 20 menit perjalanan di atas mobil bak terbuka, kami pun sampai di gerbang awal pendakian gunung papandayan. Di sini para pendaki diharuskan melakukan pendaftaran dan membayar uang registrasi sebesar 4 ribu perorangnya. Harga yang sangat murah dibandingkan dengan pemandangan yang akan disuguhi oleh alam gunung papandayan. Di area gerbang awal pendakian ini juga terdapat warung-warung yang menjual berbagai jenis makanan, camilan, minuman, dan aksesoris gunung. Di tempat ini juga masih tersedia kamar kecil untuk para pendaki yang mungkin ingin buarng air terlebih dahulu sebelum atau sesudah melakukan pendakian.

Setelah persiapan sebelum naik dimatangkan, kami pun memulai pendakian gunung papandayan. Di awal pendakian, kita akan melewati jalan berupa bebatuan dan disuguhi pemandangan berupa kawah bekas letusan gunung papandayan di tahun 2002, yang sampai saat ini kawah tersebut masih aktif mengeluarkan gas belerang. Sangat disarankan untuk menggunakan masker di track awal pendakian ini, sebab menghirup gas belerang bisa membuat pusing, bahkan pingsan. Tapi jangan khawatir, pemandangan alam Indonesia yang tersaji sangat bisa membuat kita tidak terpengaruh oleh gas belerang yang kita hirup.
track awal pendakian yang berbatu
gas belerang yang menemani di awal pendakian
Setelah melewati track kawah bebtuan dan penuh dengan gas belerang, kita akan melewati jalan yang cukup kecil. Kita juga akan melewati sebuah sungai kecil, bisa digunakan untuk membasuh muka agar mengembalikan kesegaran. Jika ingin sedikit menyusuri sungai ini, kita akan disajikan pemandangan berupa sebuah curug. Keindahan alam yang sungguh luar biasa!
sungai mengalir jernih
curug yang akan ditemui di perjalanan
 Setelah sedikit membasuh muka, kami kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini jalan yang dilalui adalah jalan setapak. Kita akan disuguhi fenomena bentukan alam berupa singkapan (credit to Angga), sebelum akhirya sampai di pondok saladah, tempat terkahir di mana kita bisa mendirikan tenda untuk bermalam. Kami pun segera mencari spot yang nyaman untuk mendirikan tenda. Setelah selesai mendirikan tenda, kami melakukan kegiatan bersenang-senang (baca: ngaso, foto-foto, main air, makan, tidur, main , nyanyi, apapun). Tak terasa malam pun datang menjemput. Setelah puas melihat beribu bintang di langit, hujan meteor yang kami harapkan tidak kunjung terlihat, dan api unggun yang tak kunjung nyala, kami memutuskan untuk tidur, dan berencana melanjutkan perjalanan esok, jam 4 pagi. Semua terlelap dalam dinginnya malam gunung.

Pukul setengah 4 pagi kami semua telah terbangun. Dengan persiapan seadanya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung papandayan. Jalur yang kami pilih adalah jalur melewati hutan mati (death forrest). Namun, sebelum mencapai hutan mati, kami sedikit tersesat di gelapnya malam di tengah hutan gunung papandayan. Kami baru berhasil kembali ke jalur yang benar saat fajar telah muncul di ufuk timur. Beruntung, kami masih bisa menikmati terbitnya sang mentari (sunrise) dari hutan mati. Kembali, pemandangan kawah bekas letusan yang dipadukan dengan temaramnya warna sang mentari yang muncul malu-malu, adalah suatu kombinasi pemandangan yang sangat luar biasa!
salam dari mentari pagi gunung papandayan

“Indah sekali negeri ini, Tuhan. Izinkan kami selalu menjaganya.”

Meski belum terlalu puas, kami memilih untuk melanjutkan perjalanan. Dari hutan mati ini, kami menempuh perjalanan mendaki yang cukup menantang. Kemiringan tanjakan menuju tegal alun ini hampir mencapai 45 derajat. Cukup membuat produksi adrenalin menjadi lebih cepat. Dan setelah sekitar setengah jam berjalan, kami akhirnya sampai di tempat tujuan, tempat tertinggi gunung papandayan, tegal alun. Tegal alun adalah suatu padang edelweiss yang sangat luas. Pemandangan yang sangat menyejukkan hati dan fikiran. Apalagi ditambah dengan hijaunya hutan dilembah-lembah sekitarnya. Ah, indahnya alam mu, Indonesiaku.
tegal alun, padang edelweis
lembah pinggiran tegal alun
 Setelah puas bersama alam tegal alun, kami pun turun kembali, menuju pondok saladah untuk terlebih dahulu mengambil barang yang tadi kami tinggalkan di tenda. Selesai beberes barang dan tenda, kami segera memulai perjalanan turun. Waktu yang dibutuhkan untuk turun pastinya lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk naik. Dan hanya dalam waktu 2 jam, kami telah kembali sampai di gerbang awal. Di gerbang awal ini kita harus kembali melapor bahwa kita telah selesai melakukan pendakian, dan juga meletakkan sampah yang kita bawa dari gunung di tempatnya demi menjaga kebersihan alam. Setelahnya, kami pun kembali ke bandung, dengan cara yang sama seperti berangkat. Yaitu dengan menaiki mobil bak terbuka dari gerbang awal ke cisurupan dengan biaya 20 ribu perorangnya, lalu naik angkot menuju terminal Guntur dengan biaya 10 ribu perorangnya, dan terakhir naik bis tujuan bandung dengan biaya 15 ribu perorangnya. Perjalanan kami kali ini ditutup dengan berpisah menuju kamar kost masing-masing.

Satu hal yang pasti, alam Indonesia ini sungguh sangat luar biasa indahnya. Jangan pernah sia-siakan itu. Berjalanlah di bumi Ibu Pertiwi, ke mana pun! Karena dengannya, akan kita temukan bahwa Indonesia memang negeri yang sangat indah, sangat rupawan. Salam cinta untuk Indonesia ku!


Terakhir, sedikit senyuman dari gunung papandayan, Garut, Jawa Barat, Indonesia.
ada monster jatuh dari langit
ksatria edelweis, berubah!
jarang-jarang foto di depan curug :v
habis naik tanjakan mamang, letih pisan euy!
ampun, bang!
menikmati indahnya alam #galau
wudhu di telaga hutan mati
boyband hutan mati
menantang mentari
UKMR Naik Gunung Jilid #1

Rabu, 21 Mei 2014

Minuman Beralkohol

Suatu hari di sebuah sekolah dasar, seorang guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ingin mengajarkan pada murid-muridnya tentang pengaruh minuman beralkohol pada makhluk hidup. Guru itu memilih cara percobaan langsung menggunakan makhluk hidup untuk mengajarkan hal tersebut, dengan tujuan agar murid-muridnya lebih yakin dan paham dengan apa yang akan diajarkannya. Ia pun menggunakan dua ekor cacing tanah hidup sebagai bahan percobaannya.

(gambar disadur dari sini)
“Anak-anak, hari ini bapak akan memperlihatkan pada kalian bagaimana pengaruh minuman beralkohol terhadap makhluk hidup, perhatikan baik-baik yang bapak lakukan ini ya!” guru itu memulai percobaannya di hadapan para muridnya.

Ia menyediakan dua gelas, yang mana satu berisi air mineral biasa dan satunya berisi minuman beralkohol. Ia memasukkan seekor cacing hidup ke dalam gelas pertama yang berisikan air mineral biasa. Hasilnya, cacing yang dimasukkan itu masih tetap bergerak-gerak, menggelinjang-gelinjang di dalam gelas yang berisi air mineral biasa tersebut.  Kemudian ia memasukkan cacing tanah hidup yang lain ke dalam gelas yang berisikan minuman beralkohol. Dan hasilnya, cacing tanah itu mati seketika! Cacing tanah itu tidak lagi bergerak setelah dimasukkan ke dalam gelas kedua yang berisikan minuman berlakohol. Para murid memerhatikan dengan seksama, takjub!

“Nah, kalian sudah lihatkan apa pengaruh minuman beralkohol terhadap makhluk hidup? Sekarang, coba Joko, apa yang bisa kamu simpulkan dari yang sudah bapak tunjukkan tadi?” Tanya sang guru pada salah seorang muridnya.


“Kesimpulannya, jika kita minum minuman beralkohol, akan terbebas dari cacingan, pak!”

Semangat Menulis!

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Pramoedya Ananta Toer
Ucapan almarhum ini benar sekali. Banyak yang bisa kita dapatkan dari tulisan yang telah kita buat. Sangat banyak bahkan. Contoh kecilnya, adalah yang saya rasakan sekarang. Andai saya selalu membuat tulisan tentang perjalanan yang telah saya lakukan sebelumnya, mungkin saya tak harus mempersiapkan segala hal dengan repot jika ingin mengulang kembali perjalanan ke tempat tersebut.Cukup dengan membuka tulisan yang telah saya buat sebelumnya, dan voila! Saya akan menemukan apa saja yang harus saya lakukan, apa yang harus saya persiapkan, dan kesalahan apa yang bisa saya hilangkan. Tidak seperti sekarang. Saat saya ingin melakukan perjalanan ke tempat yang padahal sudah pernah saya kunjungi, saya harus berupaya lebih untuk membaca rujukan berupa catatan perjalanan orang lain, yang belum tentu sesuai dengan kondisi yang akan saya hadapi. Andai saat itu saya lebih rajin untuk membuat tulisan tentang perjalanan saya. Andai.

Tapi ya, late is always better than never, kan? Bismillah, semoga mulai dari sekarang saya bisa melawan semua rasa mala situ. Catatan perjalanan, pelajaran hidup, atau apapun itu, semoga bisa selalu menghasilkan suatu tulisan. Karena tulisan adalah salah satu yang membuat seseorang hidup abadi, kekal, tak lekang oleh waktu. Selamat menulis, salam pena!

Selasa, 06 Mei 2014

Nostalg-IC

Mari ber-“nostalgic” (nostalgia IC).

Ada satu hal yang yang ingat dari almamater saya itu malam ini. Tentang ‘kumpul’.
Kumpul, meski sebetulnya kata ini mengandung banyak tujuan, mulai dari kumpul untuk hanya sekadar bertemu canda, sampai kumpul serius untuk hal semisal rapat membahas suatu hal tentang organisasi, namun ditulisan ini saya ingin lebih menitikberatkan tentang kumpul yang ber’bau’ serius. Kenapa? Karena permasalah kumpul untuk sekadar temu kangen, temu canda, atau pun temu sapa, adalah suatu masalah yang lebih pelik. Karena itu adalah masalah rindu. Ah, mudah-mudahan lain kali saya mampu menulis tentang rindu.

Kembali lagi ke topic, yaitu nostalgic dalam hal kumpul (sekali lagi, kumpul disini dalam artian kumpul serius). Ada perbedaan mencolok yang saya rasakan antara kumpul di kampus dan kumpus di IC. Saya merasa, ngumpul di kampus ini sangat jauh bertolak belakang dengan kumpul yang sering saya alami di IC. Kalau di kampus gajah ini, kumpul adalah seperti suatu hal yang sedikit berat untuk dilakukan. Sedikit susah untuk mengajak orang untuk kumpul di kampus gajah ini. Banyak yang lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain ketimbang ikut kumpul. Untuk yang ikut kumpul, akan lebih memilih agar kumpul itu segera selesai dan bisa kembali ke aktivitas masing-masing. Adalah suatu kebahagiaan jika kumpul tersebut bisa selesai dalam waktu yang relative singkat. Akan lebih baik jika kumpul menjadi jarang. Jika tidak kepentingan mendesak, kumpul akan ditiadakan. Jarang diadakannya kumpul akan lebih membuat bahagia.  Pun saya merasa hal yang sama. Saya merasa senang jika suatu kumpul cepat selesai, cepat ‘beres’.  Saya akan sangat senang jika kumpul dibatalkan karena suatu hal. Saya akan sedikit merasa malas jika kumpul lebih sering diadakan.

Dan itulah perbedaan yang saya rasakan dibanding dengan kumpul di IC, madrasah saya sebelum menempuh pendidikan di kampus gajah ini. Ketika di IC, kumpul adalah suatu hal yang sangat ditunggu. Kumpul adalah hal yang bisa menghilangkan kejenuhan. Kumpul adalah hal yang tidak dinginkan cepat berakhir, bahkan terkadang sampai menunggu diusir guru asrama, baru kumpul akan bubar. Kumpul adalah suatu hal yang menyenangkan, membahagiakan. Kumpul adalah hal yang sangat disesalkan bila tiba-tiba dibatalkan. Itulah kumpul yang terjadi di Insan Cendekia. Bahkan, ketika berpapasan di jalan, jika di minggu itu belum ada jadwal kumpul, dengan sendirinya akan terucap ajakan,”kumpul yuk!”. Ya, kumpul menjadi hal yang sangat ingin dilakukan. Mengapa?


Entahlah. Saya tak tahu pasti apa jawabannya. Mengapa kumpul di IC bisa begitu berbeda dengan kumpul di kampus, entahlah. Mungkin, karena saat ini kita adalah mahasiswa, yang berprinsip, berideologi. Mungkin. Yang jelas, saat di Insan Cendekia dulu, waktu kumpul yang lama, hanya sepertiga waktu awal saja yang diisi dengan pembicaraan serius seperti membahas progress kerja dan kawan-kawannya. Sisanya, kumpul akan berubah menjadi sarana bercanda, sarana ejek-ejekan, sarana bermain kartu, sarana traktiran dan makan-makan, sarana gosip, saran tertawa bersama, sarana bahagia bersama. Itulah kenyataan yang terjadi, di Insan Cendikia, dulu. Nostalgic.

PS : ucapan terimakasih terhaturkan untuk kalian, divisi PPBN OS IC 2010/2011, yang pernah mengajarkan bagaimana cara kumpul yang nyaman.

(thanks for that time, team)

Kutipan #10 Tentang Hati

"Bukan mudah untuk menjaga dan memuaskan hati semua orang... tapi berusahalah agar tidak menyakiti hati mereka, walau hati mu disakiti oleh mereka... La Tahzan, Innallah Ma'ana" -anonymous

Kamis, 01 Mei 2014

"Akulah Matahari!"

Di suatu ketika, di sebuah rumah sakit yang khusus untuk menangani pasien yang memiliki gangguan kejiwaan, terjadi sebuah cerita. Cerita itu lebih tepatnya terjadi di salah satu bangsal yang menjadi tempat peristirahatan para pengidap gangguan kejiwaan, di salah satu kamar yang menampung dua orang dengan gangguan kejiwaan. Begini ceritanya.

Di kamar itu, di kamar yang berisikan dua orang yang memiliki gangguan jiwa, salah satu dari mereka, sebut saja A (mohon maaf sebelumnya jika ada yang bernama A), mengangkat meja yang memang disediakan di tiap kamar di rumah sakit tersebut. Si A mengangkat meja tersebut tepat ke tengah-tengah kamarnya. Lantas ia pun menaiki meja tersebut, sembari merentangkan ke dua tangannya selebar-lebarnya ke kiri dan ke kanan. Kemudian si A berkata pada teman kamarnya, sebut saja si B (mohon maaf lagi seblumnya jika ada yang bernama B), “hoi B, lihatlah! Aku ini adalah matahari, akulah sang surya! Akulah yang menyinari dan menerangi seluruh dunia ini! Lihatlah kehebatan ku! Lihatlah cahaya yang terpancar dari seluruh tubuh ku ini!”

Lantas si B pun terlihat sama sekali tidak terima dan menyanggah pernyataan si A tersebut. “Dasar gila kau A!  Sejak kapan pula kau jadi matahari, dasar gila ngaku-ngaku yang aneh!” sahut si B. “Ah, kau yang gila B, masak cahaya ku tak bisa kau lihat?! Dasar gila kau B” balas si A. “Kau yang gila, A!”, “TIdaklah, kau yang gila, B!”. Akibatnya, mereka sempat berdebat untuk beberapa saat, saling tuduh. Setelah beberapa saat berdebat, B mengancam,”Dasar gila! Ku laporkan kau ke pak dokter, A!”. “Kadukan saja sesukamu!” tantang A tanpa gentar sedikitpun.

Si B pun pergi menemui dokter di ruangan dokter tersebut. Di sana, ia melapor,”Lapor, Pak Dokter! Teman kamar saya, si A yang gila itu Pak Dokter, sekarang udah tambah pula gilanya satu lagi Pak Dokter!”. “Loh, kenapa pula bisa nambah gilanya? Kenapa kau bilang begitu?” Tanya pak dokter. SI B menjawab,”Iya Pak Dokter, soalnya sekarang dia lagi naik ke atas meja di di tengah-tengah kamar kami, sambil direntangkannya tangannya lebar-lebar, terus dia bilang pula kalau dia itu adalah matahari yang menyinari dunia ini, kan tambah gilanya satu tu Pak Dokter!”.


“Wah, kayanya si B ini udah mulai sehat nih, udah mulai kurang gilanya, udah bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah dia sekarang,” benak pak dokter. Kemudian pak dokter berkata pada si B,”Baiklah kalau gitu, makasih infonya, B! Sekarang saya akan ke kamar kalian untuk menyuruh si A itu turun dari meja,”. Tapi kemudian si B mencegah pak dokter yang ingin menuju kamarnya.”Waduh kalau masalah itu saya betul-betul memohon minta tolong sama Pak Dokter, tolonglah Pak, jangan turunkan si A itu, Pak. Kalau dia Pak Dokter turunkan, bisa gelap nanti jadinya dunia ini Pak, saya takut gelap, Pak!”

Rabu, 16 April 2014

Institut Teknologi yang Kurang Berteknologi

Institut Teknologi Bandung. Adalah suatu perguruan tinggi, yang telah berdiri sejak tahun 1920. Dari namanya, kita bisa langsung tahu, bahwa perguruan tinggi ini berada di salah satu kota besar Indonesia. Ya, perguruan tinggi ini berada di ibu kota Jawa Barat. Kota yang acap kali disebut-sebut sebagai kota mode. Kota yang terkenal dengan sebutan ‘Paris Van Java’-nya, Kota Bandung. Di bagian ini, di kata terakhir dari nama perguruan tinggi tersebut, masih sangat sesuai dengan kenyataannya.

Namun, jika kita melihat ke kata sebelumnya, kata ke dua dari nama perguruan tinggi tersebut, kita akan menemukan kata ‘teknologi’. Sebuah kata, yang jika dilihat di Kamus Besar Bahasa Indoenesia akan memiliki arti ‘ilmu pengetahuan terapan’. Inilah yang kemudian menjadi kata kedua dari nama perguruan tinggi tersebut.

Dari sana, seharusnya yang banyak dikembangkan dan dibahas oleh orang-orang yang berada di dalamnya adalah permasalahan teknologi itu, bukan? Seharusnya demikian, menurut penulis. Perguruan tinggi tersebut, idealnya, harus menjadi suatu tempat yang merupakan pusat pengembangan teknologi. Idealnya, banyak teknologi-teknologi baru yang berkembang dan dihasilkan dari perguruan tinggi tersebut. Idealnya, banyak pembahasan-pembahasan dan kajian-kajian ilmiah yang membahas dan mengkaji tentang teknologi. Idealnya, mahasiswa yang menjadi pembelajar di sana sibuk dengan hal-hal yang berbau pengembangan teknologi. Itulah kondisi ideal yang harusnya, menurut penulis, terjadi di perguruan tinggi itu.

Lalu, bagaimana kondisi nyata yang terjadi pada saat ini di perguruan tinggi tersebut? Kenyataan yang terjadi saat ini adalah, masih jauh dari kondisi ideal yang telah disebutkan tadi. Tidak terlalu mengecewakan, memang, penulis akui. Masih ada orang-orang di perguruan tinggi tersebut yang menorehkan prestasi gemilang di bidang teknologi. Masih ada mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut yang mampu membuat suatu teknologi baru yang memang belum ada sebelumnya. Ya, masih ada mahasiswa yang berhasil menciptakan suatu temuan baru di bidang teknologi, semisal berbagai jenis robot pintar, yang bahkan mampu menjadi pemenang di suatu ajang perlombaan berskala internasional. Masih ada mahasiswa yang berhasil menciptakan suatu software canggih yang bisa memudahkan pengguna komputer, sesuai dengan kebutuhannya. Masih ada.

Tapi, apakah cukup dengan frasa ‘masih ada’? Frasa ini tentu sangat menggambarkan bahwa hanya sedikit dari belasan ribu mahasiswa di perguruan tinggi ini yang seperti itu. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, ada apa dengan mahasiswa yang lain? Jika ditanya pendapat pribadi penulis, maka jawaban penulis adalah mahasiswa yang lain masih terlalu sibuk dalam hal pembentukan karakter. Kebanyakan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut masih terlalu sibuk berurusan dengan pemenuhan profil kadernya. Mulai dari tahun pertama sampai tahun ke empat, selalu ada yang namanya profil kader yang harus dipenuhi. Alangkah bagusnya jika profil kader tersebut disisipi hal yang berbau teknologi. Misal, untuk jurusan farmasi, pada tigkat dua mahasiswanya harus mampu membuat suatu obat alternatif untuk suatu penyakit ringan, yang kemudian bisa dibagikan ke masyarakat. Untuk tingkat-tingkat selanjutnya penyakitnya lebih berat, misalnya. Atau untuk jurusan penerbangan, mahasiswa tingkat dua harus bisa membuat suatu pesawat tanpa awak yang bisa di kontrol dalam radius tertentu. Untuk tingkat yang lebih tinggi radius harus semakin luas, atau semakin tidak terdeteksi, misalnya. Atau apalah hal berbau teknologi lain yang bisa dikembangkan. Yang jelas, pemenuhan profil kader tidak hanya dalam membentuk karakter.

Ada hal lain yang membuat teknologi tidak terlalu berkembang di perguruan tinggi ini. Itu adalah kurangnya budaya apresiasi. Lihat saja, mungkin ada mahasiswa yang berhasil menciptakan suatu teknologi terbaru. Mungkin ada yang menuntut pemenuhan profil kader dengan cara yang penulis sebut di paragraf sebelumnya. Tapi kemudian orang-orang itu tidak terlalu diapresiasi. Mereka tidak pernah setenar orang-orang, yang katanya, berkarakter, semisal koordinator lapangan suatu acara, atau ketua kaderisasi, atau orang-orang lain yang bergerak dalam hal membentuk karakter. Kebanyakan mahasiswa beranggapan bahwa menjadi orang-orang berkarakter itu jauh lebih keren dari orang yang berhasil menemukan suatu teknologi baru. Inilah salah satu alasan, menurut penulis, mengapa kemudian teknologi tidak terlalu terperhatikan di perguruan tinggi tersebut.

Tak ada salahnya memang, membentuk karakter. Bahkan itu harus. Percuma jika seorang penemu terknologi terbaru, tercanggih, namun temuannya digunakan untuk kejahatan, bukan untuk kemashlahatan manusia. Tapi porsi pembentukan karakter harusnya tidak melebihi porsi untuk berkarya, terutama di bidang teknologi, di perguruan tinggi yang menyandang kata ‘teknologi’ itu. Harusnya lebih besar apresiasi dan dukungan yang diberikan untuk pengembanga dan pembahasan teknologi atau semacamnya. Lebih banyak forum yang bisa membahas tentang keilmuan tiap-tiap jurusannya. Lihatlah, bagaimana suatu perguruan tinggi di negeri paman sam telah berhasil menerbangkan satelit ke luar angkasa. Bagaimana dengan perguruan tinggi di negeri  ini? Entahlah.

Mungkin yang ingin penulis tekankan disini, adalah bagaimana harusnya kita lebih mengapresiasi dan mendukung orang-orang yang ingin berkarya di bidang teknologi. Jangan pernah beranggapan bahwa menjadi ketua suatu himpunan mahasiswa akan jauh lebih hebat dan lebih keren dari pada orang yang hanya sibuk di lab mengurusi percobaannya. Apresiasi itulah yang kemudian bisa membuat teknologi di perguruan tinggi tersebut tidak hanya sebatas nama, tapi juga menjadi ciri khas yang bisa dibanggakan.

Terakhir, bagaimana dengan kata pertama, kata ‘institut’? bukankah institut menunjukkan bahwa perguruan tinggi tersebut adalah perguruan tinggi khusus, yang dalam konteksnya diikuti oleh kata ‘teknologi, maka bukankah harusnya di perguruan tinggi tersebut hanya ada jurusan teknik? Kenyataannya? Ah, sudah pernah ada artikel terdahulu yang membahas masalah ini. Silakan dicek di sini.

Rabu, 09 April 2014

Sebuah Pesta Rakyat; Pesta Demokrasi !

(gambar disadur dari sini)
'pesta demokrasi' itu baru saja berlangsung, hari ini. hari pemilihan para wakil rakyat, terlepas dari apakah nantinya mereka akan benar-benar akan mewakili kita para rakyat atau tidak, namun sejauh ini mereka selalu disebut wakil rakyat, akhirnya tiba. hari ini. semua warga negara yang telah memenuhi syarat bisa menyuarakan haknya pada acara lima tahunan ini. semua warga yang telah memenuhi syarat itu memiliki hak, baik hak untuk memilih orang yang katanya akan menjadi wakilnya di senayan, ataupun hak untuk tidak memilih karena tidak ada yang ia percayai untuk mewakilkannya. bebas. apapun keputusan yang diambilnya, itu merupakan haknya. toh, ini negara bebas, negara demokrasi, bukan?

pesta demokrasi kali ini adalah yang pertama kali penulis ikut serta di dalamnya ini adalah kali pertama penulis bisa ikut menyuarakan aspirasi dari diri penulis untuk bangsa ini ya, mudah-mudahan untuk bangsa ini. ini adalah kali pertama diadakannya pesta demokrasi setelah penulis memenuhi syarat untuk menjadi pemilih, yang dalam hal ini adalah memiliki KTP. dan sebagai rakyat yang punya hak, penulis memilih untuk ikut serta secara aktif dalam pesta demokrasi kali ini. penulis ikut memilih para calon wakil rakyat itu, meski prosesnya bisa dibilang butuh sedikit perjuangan lebih. tapi, ya, penulis pada akhirnya tetap bisa menyuarakan hak untuk memilih itu. penulis ikut mencoblos, untuk pertama kali!

ada beberapa hal pembelajaran yang didapat dari pesta demokrasi yang pertama kali penulis ikuti ini. pertama, bahwa tentunya pesta demokrasi ini memakan banyak sekali uang negara, dengan sistemnya yang masih terbilang konvensional. dengan sistem coblos pada kertas, yang mana ada empat lembar kertas berukuran A3, dan tiap kertasnya diprint berwarna, tentunya itu akan menghabiskan sangat banyak biaya bahkan hanya untuk mencetak surat suara. untuk pembaca yang sedang atau sudah mendalami dunia informatika, dunia programming, tolonglah bantu negeara ini untuk membuat suatu sistem pesta demokrasi yang lebih canggih, lebih modern. pemilihan yang bisa dilakukan secara digital, tanpa harus mengeluarkan banyak biaya, yang katanya bahkan mencapai 170 triliun rupiah! negara ini sangat membutuhkan kalian, insinyur informatika.
contoh surat suara
(gambar disadur dari sini)
ada 4 kertas suara berukuran A3, semua berwarna
(gambar disadur dari sini)
poster yang beredar diberbagai medsos
yang ke dua, sistem koordinasi di negeri ini masih kurang sempurna. terbukti, info tentang cara pindah TPS untuk para perantau, seperti penulis misalnya, masih simpang siur. pada awalnya, dikatakan bahwa para perantau semisal mahasiswa, boleh tetap memilih di daerah tempat tinggalnya di tanah perantauan dengan terlebih dahulu mengurus suatu surat pengantar yang telah disediakan KPU di tiap-tiap lembaga/universitas tempat orang itu bekerja/belajar. namun, setelah itu muncul lagi kabar, juga dari KPU, bahwa untuk para perantau jika ingin memilih tidak harus mengurus surat pengantar tersebut. cukup datang pada hari H dengan membawa KTP, di sekitar jam dua belas siang, maka ia bisa memilih jika ada surat suara berlebih. tapi, tadi ketika penulis datang ke TPS, penulis melihat ada beberapa mahasiswa yang mengambil keputusan ke dua, datang ke TPS tanpa surat pengantar. namun apa yang terjadi? mereka tidak diizinkan untuk memilih, karena dikatakan oleh PPS bahwa harus ada surat pengantar yang disebutkan pada keputusan pertama tadi. PPS menolak keputusan ke dua, dengan dalih bahwa keputusan itu telah dibatalkan di tanggal tujuh april kemarin. simpang siur. bagaimana bisa suatu keputusan tetiba dibatalkan di H-2 pemungutan suara. ada juga yang mengatakan, bahwa keputusan ke dua itu hanya untuk yang berdomisili di daerah TPS tersebut, tapi belum terdaftar sebagai DPT. tetap saja simpang siur, bukan? dan anehnya, tetap saja ada TPS yang membolehkan para perantau memilih hanya dengan memperlihatkan KTP-nya. terlihat sekali kurangnya koordinasi dan sosialisasi keputusan antara KPU dan PPS di tiap TPS-nya.

lalu yang terakhir, penulis lagi-lagi mendapat pembelajaran, bahwa memang rakyat negeri ini, rakyat indonesia, adalah rakyat yang senang dengan pencitraan, cocok sekali dengan yang pernah penulis singgung sebelumnya di tulisan ini. bagaimana tidak, lihat saja hasil 'hitung cepat' atau quick count yang sudah mulai banyak beredar diberbagai stasiun televisi. yang mendapat pilihan tertinggi dari rakyat indonesia pada pesta demokrasi kali ini adalah partai 'merah'. sadarkah, bahwa itu sangat tidak terlepas dari citra si calon presidennya, si 'kotak-kotak'? ya, citra beliau begitu hebat, begitu luar biasa di mata kebanyakan rakyat indonesia dengan jurus 'blusukan' andalannya, sosok ini berhasil mencuri hati hampir semua golongan rakyat. dan momentum habatnya citra sosok ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh partai 'merah' untuk mendulang suara di pesta demokrasi kali ini, dengan motto "coblos merah, kotak-kotak presiden!". dan hasilnya? sangat berhasil! mereka berhasil menjadi peraup suara terbanyak di pesta demokrasi kali ini, meski baru secara 'hitung cepat'. itu sudah lebih dari cukup, untuk menguatkan bahwa memang rakyat negeri ini sangat cinta dan senang dengan yang namanya pencitraan. bahkan, di kampus penulis pun, yang menang pemilihan adalah calon yang citranya lebih bagus dibanding calon lainnya. ya, pencitraan adalah segalanya di negeri ini. bah!

itulah beberapa pembelajaran yang sedikit penuis dapatkan dari pesta demokrasi kali ini, yang pertama kali penulis ikuti ini. terlepas dari itu, semoga mereka yang terpilih menjadi wakil kita, para rakyat, bisa memegang amanah sebaik-baiknya. bisa benar-benar menyuarakan aspirasi kita, para rakyatnya. bukan mementingkan kelompoknya, apalagi peibadinya. semoga negara ini bisa menjadi lebih baik ke depannya, setelah pesta demokrasi kali ini. dan apabila nanti kenyataannya kurang sesuai dari apa yang kita inginkan untuk negeri ini, ingat saja. suara rakyat tidak hanya pada saat pesta demokrasi ini. rakyat tidak hanya bisa bersuara pada saat pemilu. bukan hanya 'lima menit untuk lima tahun'. kita, rakyat, bisa melakukan lebih banyak dari itu. kita bisa menyuarakan aspirasi kita setelah pesta demokrasi ini berakhir, jangan lupakan itu.

Senin, 07 April 2014

Perseteruan Dua Negara Adidaya

secarik cerita menarik, yang memberikan sedikit pembelajaran untuk kita, untuk siapapun. cerita ini terjadi antara dua seteru abadi, antara dua negara adidaya di dunia ya, cerita ini tentang persaingan antara amerika serikat dan rusia. dua negara yang selalu berseteru memang, bukan dalam artian seteru seceara kasat mata, tapi lebih dalam artian persaingan 'menguasai'. atau di tahun 60-an sering didengar dengan istilah perang dingin.

perang dingin, perang yang tak langsung angkat senjata di medan pertempuran. tapi lebih kearah persaingan dibalik layar. contohnya, ah, untuk para pencinta permainan di komputer pasti tahu dan sudah pernah melihat bentuk perseteruan mereka ini. perseteruan mereka terlihat dari sebuah game bernama counter strike. ya, cs. dimana pada permainan ini adalah tentang perang antara dua kubu, teroris dan couter teroris (anti teroris). dimana letak perang dinginnya? lihatlah senjata yang digunakan oleh kedua kubu. pihak teroris akan menggunakan memberi perlawanan menggunakan senjata yang berlabel AK-47, senjata yang brutal, yang dalam sekali menekan pemicunya akan menembakkan beberapa rentetan peluru yang siap menghujam musuhnya. dan senjata brutal ini di dunia nyata adalah suatu senjata yang diproduksi oleh rusia. di sisi lain, pihak counter teroris akan berperang melawan teroris menggunakan senjata yang berlabel M-16 (lebih dikenal dengan maverick), sebuah senjata yang tidak terlalu brutal tapi lebih efektif dalam membunuh musuh karena akurasinya yang sangat tinggi. dengan meminimalkan goncangan saat menembakkan peluru, senjata ini menjadi sangat mematikan meski hanya menembakkan satu peluru dalam sekali menekan pemicunya. dan senjata ini, di dunia nyata, adalah senjata yang diproduksi oleh amerika.
(M-16)
(AK-47)
itu adalah salah satu bentuk persaingan mereka secara tidak langsung. hanya diabadikan dalam bentuk suatu permainan. tidak ada pertumpahan darah yang nyata, tapi bisa memperlihatkan perseteruan mereka negara mana yang membuat game itu? ah, mudah sekali di tebak. tak kan ada negara yang secara gamblang dan terang-terangan mau menjadikan barang dari negaranya digunakan untuk kejahatan seperti terorisme, bukan?

tapi, sebenarnya bukan itu yang ingin penulis sampaikan di tulisan ini. ada satu persaingan lagi di antar dua seteru ini yang menarik bagi penulis. persaingan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. ke dua negara ini memang menjadi sangat berkembang iptek-nya, karena mereka terus bersaing untuk menjadi yang paling hebat. ternyata, teori common enemy terbukti sangat efektif dan benar. kapan indonesia punya common enemy, jika saat ini masih sibuk saling serang antara partai politik di dalam negeri? ah, sudahlah. bukan ini yang ingin penulis bahas kali ini, bukan tentang indonesia.

yang menjadi perhatian khusus penulis adalah tentang persaingan mereka tentang teknologi antariksa. suatu saat, amerika sedang melakukan penelitian besar-besaran untuk menemukan alat yang bisa digunakan untuk menulis di ruang angkasa. puluhan bahkan ratusan miliar dolar dihabiskan hanya untuk mendanai penelitian untuk menemukan alat tersebut. beberapa bulan telah mereka habiskan untuk menemukan alat tersebut. namun, mereka belum juga bisa menemukan alat tersebut. padahal, berbagai metode dan konsep, yang mungkin seorang sarjana pun belum tentu akan mengerti, telah mereka gunakan untuk menemukan alat tersebut.

hingga akhirnya berita tentang penelitian itu sampai kepada rusia. mereka, sebagai seteru abadi amerika, lantas tak mau kalah. mereka pun ingin mendahului amerika untuk hal ini, setelah sebelumnya mereka mendahului, mengungguli, dan mengalahkan amerika untuk dalam hal antariksa, seperti mengirimkan orang ke luar angkasa, ataupun mengirimkan makhluk hidup non-manusia ke luar angkasam yang dalam hal ini (maaf) anjinglah yang mereka gunakan. kini mereka ingin kembali mengungguli seteru abadinya tersebut. dan ternyata, mereka kembali berhasil!

waw! rusia kembali mengungguli amerika! kali dalam hal menemukan alat yang bisa digunakan untuk menulis di luar angkasa. bahkan, mereka tidak butuh dana sebanyak yang telah dihabiskan oleh amerika untuk menemukan alat tersbut. waktu yang dihabiskan pun sangat sebentar, tak sampai seminggu bahkan. apa rahasianya? apa yang membuat rusia beberapa kali mampu mengalahkan amerika, bahkan dengan pengorbanan yang sangat jauh lebih sedikit?

ternyata oh ternyata, rusia adalah negara yang tak terlalu banyak bereksperimen. mereka lebih menyukai eksekusi dari pada konsepsi. mereka labih memilih langsung jalan ketimbang kebanyakan rencana. dan yang ternyata mereka lakukan adalah, mereka hanya membawa secarik kertas dan sebatang pensil ke luar angkasa! ya, hanya itu, tak lebih. mereka hanya menerbangkan pesawat ulang aliknya ke angkasa luar, bersama beberapa orang, dan secarik kertas beserta sebatang pensil tadi. kemudian mereka mencoba menuliskan pensil diatas kertas di angkasa luar sana. apa yang terjadi? mereka berhasil! ya, mereka berhasil menulis diatas kertas meski tengah berada di luar angkasa. mereka hanya perlu sedikit usaha lebih untuk menekan pensil ke kertas, dan voila! mereka berhasil menulis di luar angkasa! ternaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap menempelnya atom karbon pensil pada kertas. lagi-lagi, rusia mengungguli amerika.

itulah, terkadang memang sesuatu tak butuh terlalu banyak rencana. ada saatnya mencoba melakukan sesuatu tanpa berpikir terlalu panjang adalah hal yang terbaik. tak usahlah banyak berencana, banyak memikirkan konsep, jika pada akhirnya gagal diwujudkan dan hanya menjadi wacana. sudahlah, lakukan saja, coba jalankan. eksekusi. talk less, do more!

terimakasih pada sumber gambar : 
   - bendera amerika dan rusia
   - counter strike
   - M-16
   - AK-47
   - quote

Kamis, 03 April 2014

Gagahnya Gunung Api Purba, Nglanggeran

jalan-jalan men!

ceritanya, akhir minggu lalu (saat long weekend), penulis menyempatkan diri mendaki sebuah gunung berapi. tapi, ada yang sedikit berbeda dari gunung api yang kali ini penulis kunjungi, jika dibandingkan dengan berbagai gunung api lain yang sebelumnya pernah penulis kunjungi. bedanya adalah, gunung api yang kali ini penulis kunjungi adalah berupa gunung api purba. gunung api purba? ya, gunung api purba!

yang membedakan gunung api purba dengan gunung api lain adalah (sebenarnya dari namanya juga sudah keliatan sih, ya), gunung api purba itu aktifnya ya di zaman purba, zaman dahulu kala. gunung api purba ini cuma bisa meletus di zaman dahulu, menurut penelitian, sekitar 60 juta tahun yang lalu. sekarang? gunung api purba ini hanya meninggalkan tampilan eksotismenya, keindahan kenampakan alamnya yang luar biasa! termasuk gunung api purba yang penulis kunjungi akhir minggu lalu. gunung api purba nglanggeran.

(gambar disadur dari sini)
gunung api purba nglanggeran. gunung ini terletak di desa nglanggeran, patuk, gunungkidul, yogyakarta. untuk menuju pintu masuk awal gunung ini bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. tiket masuknya pun sangat terjangkau. hanya 3.000 rupiah untuk siang hari dan 5.000 rupiah untuk malam hari, per orangnya! untuk pemandangan dan kenampakan alam serta track luar biasa yang akan disajikan oleh gunung api purba ini, harga itu bisa dibilang sangat murah. gunung ini kini hanya menyisakan bentuk batuan raksasa hasil erupsi atau letusan gunungnya di zaman dahulu. ya, gunung ini terdiri dari batuan yang luar biasa besarnya! dan batuan itulah yang akan kita lewati, kita panjat, untuk bisa mencapai puncaknya. dengan kata lain, kita harus melakukan panjat tebing untuk bisa sampai di puncak gunung ini! buat para pencinta kegiatan yang memicu adrenalin, tentunya ini akan menjadi tempat yang sangat menarik untuk dikunjugi, bukan? gambaran tracknya kurang lebih kaya gini lah



ya, kira-kira gambaran track atau lintasan yang akan dilewati untuk menuju puncak gunung berapi purba nglanggeran ini ya kaya foto-foto itu lah. nah, menariknya, buat yang kurang suka sama pendakian dengan cara yang sedikit menantang dan memacu adrenalin kaya gitu, pengurus tempat wisata gunung purba ini sudah berbaik hati menyediakan fasilitas yang akan memudahkan para pelancong yang kurang suka track tantangan. pengurus suudah membuat tangga yang akan memudahkan pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam gunung api purba ini tanpa harus memacu adrenalinnya, tanpa harus melakukan adegan 'panjat tebing' untuk mencapai puncaknya. pengurus juga telah merentangkan tali di beberapa titik yang cukup sulit untuk dibangun tangga, yang bisa menjadi pegangan untuk memudahkan pendaki memanjat bebatuan. ah, track yang disediakan dan disajikan oleh gunung api purba nglanggeran ini memang sangat luar biasa, bung! sangat pantas dijadikan tujuan wisata jika sedang berkunjung ke kota pendidikan, yogyakarta.

tak hanya sebatas kenampakan alam dan track luar biasa yang akan ditempuh selama perjalanan, tujuan utama dari suatu pendakian tentunya lebih luar biasa. ya, puncak. puncak gunung api purba nglanggeran ini sangat luar biasa. meski hanya dari ketinggian 700 mdpl, tapi dari puncaknya kita bisa melihat seantero kota yogyakarta! dikala siang, kita disajikan pemandangan hamparan hijaunya dedaunan yang dipadukan dengan warna hitamnya bebatuan hasil letusan gunung api purba ini. dikala malam, kita disajikan pemandangan indah gemerlapnya lampu kota yogyakarta! 

perpaduan track menuju puncak yang sangat mengasyikkan dan menyenangkan dengan pemandangan alam luar biasa yang disajikan di puncaknya, membuat gunung purba ini akan menjadi tempat yang sangat pantas untuk dijadikan tempat berwisata, apalagi dengan harga yang sangat terjangkau. ah, indonesia, alangkah indahnya alam mu. harusnya, tak lagi sepantasnya harga mu hanya sebatas itu. negeri ini indah sekali, tuhan. izinkan kami untuk selalu menjaganya. nikmatilah alam indonesia, kawan. nikmatilah gunung purba nglanggeran!