Dunia, adalah suatu tempat yang penuh dengar berbagai macam
kenikmatan, berbagai macam hal indah, berbagai macam kesenangan. Dunia ini
penuh dengan kelezatan dan kenyamanan yang ditawarkannya untuk semua orang yang
hidup di dalamnya. Sangat banyak yang ditawarkan oleh dunia, yang jika kita
nikmati itu hati kita akan terasa sangat senang, sangat nyaman, sangat damai.
Betapa banyaknya keindahan dan kenikmatan dunia yang bisa kita ambil dan kita
raih selama kita masih hidup di dunia ini. Sangat banyak sekali yang ditawarkan
oleh dunia. Tinggal bagaimana kita bisa meraihnya, tinggal bagaimana kita bisa
mendapatkannya, tinggal bagaimana kita bisa menikmatinya, seluruh kenikmatan
yang ditawarkan oleh dunia.
Kini umurku di dunia ini telah hampir menginjak dua puluh
tiga tahun. Aku sudah hidup di dunia ini selama hampir dua puluh tiga tahun.
Hampir seluruh masa itu aku habiskan untuk menikmati kenikmatan yang ada di
dunia ini, tanpa sedikitpun berfikir keras bagaimana cara untuk mendapatkannya.
Seakan-akan kenikmatan itu datang begitu saja kepadaku. Tak pernah terfikir
olehku, bahwa sesungguhnya bukan ini
yang seharusnya ku kejar. Bukan ini yang seharusnya ku tuju. Bukan ini
yang seharusnya tempat di mana aku merasa nyaman. Bukan tempat ini yang
seharusnya membuatku merasa betah. Bukan. Dunia bukanlah rumahku.
Adalah kesendirianku yang menyadarkan bahwa dunia ini tak
lebih hanyalah sebuah tempat persinggahan bagiku. sebelum aku kembali pulang ke
rumahku yang sebenarnya nanti. Kesendirianlah yang menyadarkanku, bahwa memang
dunia bukanlah tempatku. Bahwa dunia bukanlah rumahku. Kesenidirian itu datang
ketika aku tersadar bahwa nanti di kehidupanku yang akan datang di dunia ini,
aku akan berjuang sendiri untuk apa yang aku inginkan, tanpa ada satu orang pun
yang mau menemani jalanku untuk mencapai tujuanku tersebut. Bahkan di kesendirian
jalan menuju tujuan tersebut, pasti ada orang yang tidak senang terhadapku. Akan
ada orang yang suka mengejekku. Akan ada orang yang senang melihatku terjatuh. Akan
ada orang yang menertawakanku. Akan ada orang yang ku percaya, namun dia
mengkhianati kepercayaanku padanya. Akan ada orang yang ku beri kebaikan, namun
dia bebalik menjelekkanku dari belakang. Dan akan ada orang yang aku cinta,
namun dia dengan gampangnya pergi begitu saja tanpa memikirkan apa yang ku
rasa.
Kesendirian itu sangat nyata dalam kehidupan di dunia tempat
persinggahan ini. Tiada satu apapun di dunia ini yang berani menjamin
keberadaannya akan selalu ada untukku. Mereka hanya bisa berjanji, mungkin.
Tapi aku sadar, bahkan aku pun sering mengingkari janjiku untuk selalu ada. Dan
terkhusus untuk itu, aku memohon maafku yang sebesar-besarnya, dengan
kerendahan hati yang serendah-rendahnya, aku minta maaf kepada orang yang
mungkin tersakiti dengan janjiku yang mungkin tak bisa ku penuhi itu. Namun itu
membuat ku tersadar, bahwa betapa di dunia ini kesenangan itu hanya bualan,
hanya sementara, tidak ada kesenangan dunia ini yang selamanya. Akan ada
masanya kesenangan itu justru berbalik menusuk dan menyakiti orang yang
sebelumnya dibuatnya bahagia. Bahwa tidak ada yang menjamin kita akan bahagia
selamanya. Itu tidak akan pernah terjadi.
Dunia ini sangat menyakitkan. Dunia ini sangat
menyengsarakan. Dunia ini sangat menyusahkan. Dunia ini penuh dengan fitnah. Dunia
ini penuh dengan benci. Dunia ini penuh dengan permusuhan. Dunia ini penuh
dengan caci maki. Dunia ini penuh dengan iri dengki. Dunia ini penuh dengan
janji kosong. Dunia ini penuh dengan kesendirian. Tidak ada satupun yang bisa benar-benar
selalu menolong kita di dunia ini. Kecuali Dia. Kecuali Allah. Ternyata benar, kita
hanya memiliki Allah.
Dan ketika ku tersadar dalam kesendirian, fikiran itu
seketika terlintas begitu saja di dalam benakku. Aku mulai lelah dengan fitnah
dunia ini. Betapa beratnya mempertahankan keimanan di tengah berbagai macam
fitnah yang ada di dunia saat ini. Aku
mulai lelah dengan semua itu. Aku lelah berada di dunia yang penuh dengan
fitnah ini. Aku ingin segera kembali ke rumahku yang sebenarnya. Aku lelah di
tempat persinggahan yang sangat menyakitkan ini. Aku ingin segera menuju ke kampung
halamanku yang sebenarnya, yang tidak ada tujuan lain selain ke sana. Aku ingin
pulang. Aku ingin betemu dengan-Mu.
Aku ingin pulang. Tapi aku sadar, bahwa bekalku untuk pulang
masih sangat kurang, bahkan mungkin sangat jauh dari kata cukup untuk bisa Kau
terima aku di rumah asal ayahku Adam alaihissalam. Bekal yang aku miliki sejauh
ini mungkin masih sangat jauh dari cukup agar Engkau ridhoi aku untuk kembali
pulang ke surga-Mu. Aku sadar itu. Aku tahu aku masih harus lebih banyak
beribadah untuk-Mu. Aku masih harus lebih tunduk patuh dan takut kepada-Mu.
Agar Engkau bisa meridhoiku untuk pulang ke surga-Mu. Sesungguhnya selama ini
aku telah bersalah terhadap diriku sehingga jauh dari keridhoan-Mu, jika bukan
karena Engkau mengampuniku, jika bukan karena rahmat dan kasih sayang-Mu, pastilah
aku termasuk ke dalam orang yang rugi, yang pulang namun bukan ke tempat ayahku
Adam alaihissalam berasal. Maka aku bermohon pada-Mu, bantulah aku untuk selalu
beribadah kepada-Mu. Untuk selalu senantiasa berada di dalam jalan agama-Mu.
Untuk selalu mengikuti apa yang Engkau dan Rasul-Mu perintahkan kepadaku.
Karena sejujurnya, jika tanpa kekuatan dan petunjuk-Mu, aku sudah sangat lelah
berada di dunia ini. Maka aku selalu memohon bimbingan-Mu, karena aku sangat ingin
pulang. Pulang ke surga-Mu.
Aku ingin pulang ke rahmatullah.
BalasHapusTapi, amal tak cukub..
aku ingin pulang... tp blum cukup punya bekal untuk pulan.. sebenarnya aku lelah Berada di dunia ini
BalasHapus