'manusia boleh berniat, tapi tidak bisa memastikan apa yang akan benar-benar terjadi'
mungkin kalimat itu yang gue alamin malam ini. niatnya sih tadi buka laptop buat blogwalking bentar doang. tapi kenyataannya, nagih dan terus berlanjut ampe nulis ini malah. tapi gapapalah, mahasiswa tingkat dua kan pagi gabut, jadi tunda tidur bentar demi menghasilkan sesuatu gak masalah lah, tetap produktif (mungkin) hitungannya, waktunya gak terbuang percuma dan sia-sia.
ngomongin mahasiswa tingkat dua nih, emang sih kita (apa cuma jurusan gue) masuknya siang mulu, paling pagi jam 11, itupun cuma hari kamis. jadi pagi bisa nyantai, selo, ongkang-ongkang kaki, tidur lagi, gabutlah pokoknya. tapi ada satu masalah yang ternyata sangat menyita waktu kita, para mahasiswa tingkat dua. apa itu? PRAKTIKUM!
ya, praktikum. mahasiswa tingkat dua juga ketemu sama yang namanya praktikum (ya iyalah). tapi masalahnya, beda sama mahasiswa tingkat pertama yang laporannya harus langsung dikumpulin waktu praktikum, kalau praktikum mahasiswa tingkat dua laporannya kumpulinnya dua hari setelah praktikum! enak gak tuh?! enak paledut! ya emang sih ngerjain laporannya dikasih waktu dua hari, tapi tetep aja waktu itu kurang! gimana engga, laporannya bisa sampe 15 halaman gitu, gue aja bingung gimana cara nyeleseinnya. tapi alhamdulillah yang pertama kemaren selese juga sih, tapi ampe harus begadang semaleman buat nyeleseinnya. dahsyat parahlah laporannya. mana tiap minggu pasti ada praktikum lagi, heuh banget lah.
tapi gue bersyukur sih, seminggu cuma sekali praktikum, gimana anak-anak jurusan yang seminggu bisa ampe tiga atau empat kali praktikum ya, tiap hari praktikum, jangan-jangan kerjaan mereka praktikum doang kali ya. kapan bikin laporannya dah itu, ckckck. derita udah masuk jurusan gini nih, dahsyat parah! mana pelajarannya abstrak semua lagi hahaha. yaudahlah mau gimana lagi tapinya, nikmatin ajalah, mahasiswa tingkat dua, berarti kan insyaallah dua tahun lagi wisuda, aammiin
Rabu, 11 September 2013
#Repost : Sebuah Orasi; Kulihat Kalian, Manusia Pahlawan
yak, jadi kalo yang udah baca post penulis yang ini, insyaallah bakal tahu kalau beberapa hari yang lalu IAIC region Bandung mengadakan penyambutan buat mahasiswa baru alumni yang berasal dari MAN Insan Cendekia Serpong. jadi ceritanya di detik-detik sebelum mereka dilantik, ketua IAIC Bandung tahun ini, Dimas Jalaludin, ngasih orasi, di atas batu besar, di bawah derasnya air terjun, di hadapan puluhan mahasiswa IAIC, yang berasal dari penjuru dunia (ada yang dari Jepang dua orang). orasi yang disampaikannya, menurut penulis, bagus parah. makanya sekarang penulis repost dikit lah, buat yang ga ikutan penyambutan, gasempet denger langsung orangnya orasi, bisa tahu pesan yang disampaikan lewat orasinya itu. sila dibaca
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kulihat Kalian, Manusia Pahlawan
Derasnya air, kudengarkan suara derasnya air
Semilir angin, kurasakan sepoi semilirnya angin
Rimbunnya pepohonan,hangatnya matahari
Dan langit, tiada ditemani mega saat itu
Dihadapanku, anak-anak pertiwi, diam memandang
Padaku, menunggu
Kuhela nafas, Kubalas tatapan mereka satu satu,
Kudatangkan nyawaku, kuhimpun nafasku, kuhadirkan suaraku
Kucari, dimana mata hati yang masih kuajak berbicara
Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya insan-insan pilihan
Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya manusia-manusia pujaan
Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya sosok-sosok impian
Biarkan ku mulai dengan satu pertanyaan
Dengan berbagai sematan atribut penghargaan yang kau peroleh dari kehidupan
Apakah lantas kalian merasa cukup dengan meninggikan diri dan membanggakan
Mari, kita mulai dari satu alasan
Ooo, lihatlah dirimu, siapa dirimu
Kau, yang memiliki, apa yang tak banyak orang dapat miliki
Kau, yang diberi, apa yang tak banyak orang berkesempatan tuk diberi
Kau, yang dianugrahi, apa yang tak banyak orang beruntung tuk menikmati
Namun, ingatlah kawan, bukan cuma penghargaan
Dari setiap celah peluang, pastilah juga ada tuntutan
Dari setiap kesempatan, pastilah juga ada permintaan
Dari setiap peruntungan, pastilah juga ada pertanggungjawaban
Dari sanalah, kau bisa lihat sendiri, sejauh mana kau telah menjadi
manusia sejati yang tahu diri
Merdeka katanya, merdeka tampaknya
Merdeka bangsa ini katanya, merdeka diri ini katamu
Tapi merdeka, kawan, bukan hanya sekedar teriakan
Dan lantas kau pandang seluruhnya kenikmatan
Tapi merdeka adalah sepenuhnya titipan
Mereka telah sediakan tanahnya, sediakan benihnya
Adalah amanat untuk kemudian kau tumbuhkan
Dengarlah, Chairil Anwar, darinya untaian kata persembahan
Menyampaikan suara hati, dari mereka mereka yang tertidur sepi
Menyampaikan pesan mendalam, telah lama tersimpan sunyi
Terpendam bersama tanah, dan juga genangan darah
para pahlawan yang telah mati
Kami sudah coba apayang kami bisa
Tapi kerja kami belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri, kamipunya jiwa
Kerja belum selesai,belum bisa memperhitungkan
Arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Tentang manusia, ku ingin bercerita
Waktu tlah sedikit banyak mengajarkan, pada anak-anaknya
Bahwa sejarah, bahwa masa, bahwa detak kehidupan
Hanya mau menatap, hanya sudi menerima
mencatat nama mereka, para manusia sejati
Manusia sejati, bukan mereka yang menyembah keinginan diri
Manusia sejati, bukan mereka yang mengedepankan ego dan ketinggian hati
Manusia sejati, bukan mereka yang memenuhi kepala, dada, dan kepalan tangan
dengan mimpi-mimpi pribadi yang mereka miliki
Tapi manusia sejati
Adalah mereka yang sadar akan asa dan bakti,
Senantiasa menyalakan, mengobarkan, miliknya semangat api
Berkata-kata dalam dada sendiri
Pastilah terus ada yang dapat mereka lakukan lagi
mereka adalah yang mengubah, membangun, bekerja memperbaiki
Menyibukan diri pada hasrat, asa, mimpi bersama
Tuk ikut serta, tiada tertinggal, dalam wewangian parade sejarah
Bersama mereka, mereka, dan mereka
Para pahlawan, para manusia sejati yang lain
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela berdarah-darah untuk mengubah
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela dipaksa untuk terpenjara
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela dihujami oleh vonis tirani
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela berhadapan dengan pedihnya pengorbanan
Demi sepenuhnya memperjuangkan, bukan untuk dirinya
Tapi demi rakyatnya, demi bangsanya, demi semesta manusia
Mengantarkan mereka semua, semua, semuanya
pada puncak tertinggi, impian akan sepenuhnya merdeka
pada puncak tertinggi, impian akan sepenuhnya jaya
Wahai insan-insan penerima anugerah
Wahai insan-insan yang dititipkan kelebihan
Jangan kau biarkan dirimu sendiri
Tenggelam dalam bayangan asap yang tiada mampu terbang tinggi
Terlalaikan, tergadaikan, terabaikan
Berserakan dengan fatamorgana kebanggaan
Dibiarkan terlupa, hilang oleh masa
Tapi mulailah,
Canangkanlah, tepat pada nadimu, tepat pada jantungmu
Sebarkanlah pada lingkaran euforia sekelilingmu
Dengan apa yang kau pegang, apa yang kau punya
Beratus bila sanggup, beribu bila perlu, berjuta bila mampu
Mata air kebermanfaatan, mata air pengabdian, air mata perjuangan
Buktikanlah, walau sedikit nampak sedikit
Buktikanlah, cermin jiwa mana yang memaksa dirimu menjadi dewasa
Berkembang, bertumbuh
Menjadi sosok insan pejuang perbaikan, cendekiawan
Menjadi sejati-jatinya manusia, pembawa panji kiriman Tuhan
Salah satu dari pahlawan
yang bangsa ini telah lama idam-idamkam
Kukepalkan tanganku, kuangkat, kupersembahkan
Kuajak mereka bertakbir, sekali
Dua kali
Tiga kali
Dalam pikiran, 8 September
Dalam catatan, 9 September
Setelah 68 tahun, sang saka berkelebatan,
merindukan kembalinya iring-iringan pahlawan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
sumber: disadur dari notes ini
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kulihat Kalian, Manusia Pahlawan
Derasnya air, kudengarkan suara derasnya air
Semilir angin, kurasakan sepoi semilirnya angin
Rimbunnya pepohonan,hangatnya matahari
Dan langit, tiada ditemani mega saat itu
Dihadapanku, anak-anak pertiwi, diam memandang
Padaku, menunggu
Kuhela nafas, Kubalas tatapan mereka satu satu,
Kudatangkan nyawaku, kuhimpun nafasku, kuhadirkan suaraku
Kucari, dimana mata hati yang masih kuajak berbicara
Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya insan-insan pilihan
Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya manusia-manusia pujaan
Wahai kalian, kalian yang merasa dirinya sosok-sosok impian
Biarkan ku mulai dengan satu pertanyaan
Dengan berbagai sematan atribut penghargaan yang kau peroleh dari kehidupan
Apakah lantas kalian merasa cukup dengan meninggikan diri dan membanggakan
Mari, kita mulai dari satu alasan
Ooo, lihatlah dirimu, siapa dirimu
Kau, yang memiliki, apa yang tak banyak orang dapat miliki
Kau, yang diberi, apa yang tak banyak orang berkesempatan tuk diberi
Kau, yang dianugrahi, apa yang tak banyak orang beruntung tuk menikmati
Namun, ingatlah kawan, bukan cuma penghargaan
Dari setiap celah peluang, pastilah juga ada tuntutan
Dari setiap kesempatan, pastilah juga ada permintaan
Dari setiap peruntungan, pastilah juga ada pertanggungjawaban
Dari sanalah, kau bisa lihat sendiri, sejauh mana kau telah menjadi
manusia sejati yang tahu diri
Merdeka katanya, merdeka tampaknya
Merdeka bangsa ini katanya, merdeka diri ini katamu
Tapi merdeka, kawan, bukan hanya sekedar teriakan
Dan lantas kau pandang seluruhnya kenikmatan
Tapi merdeka adalah sepenuhnya titipan
Mereka telah sediakan tanahnya, sediakan benihnya
Adalah amanat untuk kemudian kau tumbuhkan
Dengarlah, Chairil Anwar, darinya untaian kata persembahan
Menyampaikan suara hati, dari mereka mereka yang tertidur sepi
Menyampaikan pesan mendalam, telah lama tersimpan sunyi
Terpendam bersama tanah, dan juga genangan darah
para pahlawan yang telah mati
Kami sudah coba apayang kami bisa
Tapi kerja kami belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri, kamipunya jiwa
Kerja belum selesai,belum bisa memperhitungkan
Arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Tentang manusia, ku ingin bercerita
Waktu tlah sedikit banyak mengajarkan, pada anak-anaknya
Bahwa sejarah, bahwa masa, bahwa detak kehidupan
Hanya mau menatap, hanya sudi menerima
mencatat nama mereka, para manusia sejati
Manusia sejati, bukan mereka yang menyembah keinginan diri
Manusia sejati, bukan mereka yang mengedepankan ego dan ketinggian hati
Manusia sejati, bukan mereka yang memenuhi kepala, dada, dan kepalan tangan
dengan mimpi-mimpi pribadi yang mereka miliki
Tapi manusia sejati
Adalah mereka yang sadar akan asa dan bakti,
Senantiasa menyalakan, mengobarkan, miliknya semangat api
Berkata-kata dalam dada sendiri
Pastilah terus ada yang dapat mereka lakukan lagi
mereka adalah yang mengubah, membangun, bekerja memperbaiki
Menyibukan diri pada hasrat, asa, mimpi bersama
Tuk ikut serta, tiada tertinggal, dalam wewangian parade sejarah
Bersama mereka, mereka, dan mereka
Para pahlawan, para manusia sejati yang lain
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela berdarah-darah untuk mengubah
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela dipaksa untuk terpenjara
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela dihujami oleh vonis tirani
Ooo, ku ingin bersama mereka
Yang bahkan rela berhadapan dengan pedihnya pengorbanan
Demi sepenuhnya memperjuangkan, bukan untuk dirinya
Tapi demi rakyatnya, demi bangsanya, demi semesta manusia
Mengantarkan mereka semua, semua, semuanya
pada puncak tertinggi, impian akan sepenuhnya merdeka
pada puncak tertinggi, impian akan sepenuhnya jaya
Wahai insan-insan penerima anugerah
Wahai insan-insan yang dititipkan kelebihan
Jangan kau biarkan dirimu sendiri
Tenggelam dalam bayangan asap yang tiada mampu terbang tinggi
Terlalaikan, tergadaikan, terabaikan
Berserakan dengan fatamorgana kebanggaan
Dibiarkan terlupa, hilang oleh masa
Tapi mulailah,
Canangkanlah, tepat pada nadimu, tepat pada jantungmu
Sebarkanlah pada lingkaran euforia sekelilingmu
Dengan apa yang kau pegang, apa yang kau punya
Beratus bila sanggup, beribu bila perlu, berjuta bila mampu
Mata air kebermanfaatan, mata air pengabdian, air mata perjuangan
Buktikanlah, walau sedikit nampak sedikit
Buktikanlah, cermin jiwa mana yang memaksa dirimu menjadi dewasa
Berkembang, bertumbuh
Menjadi sosok insan pejuang perbaikan, cendekiawan
Menjadi sejati-jatinya manusia, pembawa panji kiriman Tuhan
Salah satu dari pahlawan
yang bangsa ini telah lama idam-idamkam
Kukepalkan tanganku, kuangkat, kupersembahkan
Kuajak mereka bertakbir, sekali
Dua kali
Tiga kali
Dalam pikiran, 8 September
Dalam catatan, 9 September
Setelah 68 tahun, sang saka berkelebatan,
merindukan kembalinya iring-iringan pahlawan
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
sumber: disadur dari notes ini
Selasa, 10 September 2013
Kado Ulang Tahun Untuk Gradiator
Gicen ulang tahun? haha, jujur gue lupa. parah, ya emang sih. gue emang bukan orang yang bisa nginget tanggal. gue baru inget kalau gicen ulang tahun waktu buka blog, terus ada postingan dari mba peter yang ini. ternyata, di ulang tahun gicen yang ke empat ini, yang diperdebatkan juga di facebook apakah gicen cocoknya masuk PAUD, TK, atau SD, ketua roadshow minta kita, anak gicen, bikin tulisan tentang gicen buat ngerayain ulang tahun gicen ini. yaudah, biar ga terlalu parah gue ikutan memeriahkan ulang tahun gicen itu dengan nulis ini. btw, ini tulisan ke dua yang dibikin khusus buat yang ulang tahun. anggap aja lah ini kado dari gue buat gicentium credas disorator, angkatan 15 Insan Cendekia.
kalau sesuai format penulisan, seharusnya ini tulisan berisi bayangan gue tentang gicen 15 tahun yang akan datang, yang kalau kata hamzah, 15 tahun dari sekarang itu kita berumur 34 tahun, usia dimana kita, idealnya, mencapai pucak kesuksesan karir kita. tapi, gue sebenernya bingung, arti 'sukses' itu apa sih? apakah sukses itu kalau kita jadi pegawai teladan di perusahan multinasional atau perusahaan oil and gas, yang bergaji luar biasa besar sampe bisa ngebanjirin jakarta dengan kerupuk yang dibeli pake sepertiga gaji biar jakarta ga banjir karna air lagi? atau sukses itu kita jadi CEO, pemimpin suatu perusahaan yang walaupun gajinya kalah jauh dibanding yang pertama gue sebutin tai tapi kita bisa memerintah orang, bukan diperintah? atau sukses itu kita punya perusahaan sendiri jadi kita bebas melakukan apapun, ga terikat dengan apapun? atau sukses itu jadi investor yang tinggal ongkang-ongkang kaki nunggu persenan dari keuntungan investasi kita? atau sukses itu bisa dapet duit dari hasil ngelakuin sesuatu yang memang hobi kita jadi kita ga pusing-pusing buat dapet duitnya? atau sukses itu adalah orang yang kita harapkan jadi pendamping hidup kita benar-benar adalah tulang rusuk kita dan menjadi orang tua dari anak-anak kita nanti? sukses itu sebenarnya apa sih? cuma satu jawab yang terlintas difikran gue. entahlah.
jujur, gue juga bingung sih kalo ditanya ngebayangin anak gicen sukses nanti itu kaya apa. yang jelas gue berharap dan berdoa, semua anak gicen nanti bisa bahagia dan gembira dengan apapun yang terjadi pada hidup dan dirinya 15 tahun yang akan datang. gue pengen, anak gicen bisa bermanfaat buat semua orang sekitarnya, minimal buat saudara-saudara terdekatnya lah, buat tetangga-tetangganya. maksimal ya bisa jadi penggebrak perubahan dunia atau apalah, yang penting membawa manfaat buat manusia lainnya. gue ngebayangin 15 tahun lagi, kita bisa bahagia dengan semua keputusan yang kita ambil diperjalanan menuju kesuksesan yang kita pilih, apapun jenis kesuksesan itu. walaupun 'cuma' jadi ibu rumah tangga, atau 'cuma' jadi ketua RT, kita bisa selalu tersenyum dan membuat orang lain tersenyum dengan semua perbuatan dan perkataan kita. tebarlah selalu manfaat di bumi Allah ini, gicen, sahabatku. 15 tahun lagi, insyaallah, kita adalah orang-orang hebat yang penuh senyuman, yang sukses memaknai setiap detik kehidupan kita, karena sukses tiap orang berbeda, tergantung kita memaknai apa itu sukses. jadi, salam sukses buat gicen yang baru ulang tahun ke empat! gue tunggu cerita sukses versi kalian 15 tahun dari sekarang, yang bukan cuma sekadar angan dan bayang seperti yang kita lakukan sekarang. gue yakin dan percaya, lo bakal jadi orang sukses dengan apapun pilihan lo nantinya.
ya, mungkin cuma seuntai doa dan harapan yang bisa gue kasih sebagai bentuk kado dari gue buat lo semua, sahabat gue, Gradiator, yang sangat super. semoga suatu saat nanti, kita bisa ngerayain milad gicen ini bareng, satu angkatan, entah itu di dunia, ataupun di surga. (atau kalau ada yang mau ngerayain bareng gue doang, juga boleh, hahaha)
kalau sesuai format penulisan, seharusnya ini tulisan berisi bayangan gue tentang gicen 15 tahun yang akan datang, yang kalau kata hamzah, 15 tahun dari sekarang itu kita berumur 34 tahun, usia dimana kita, idealnya, mencapai pucak kesuksesan karir kita. tapi, gue sebenernya bingung, arti 'sukses' itu apa sih? apakah sukses itu kalau kita jadi pegawai teladan di perusahan multinasional atau perusahaan oil and gas, yang bergaji luar biasa besar sampe bisa ngebanjirin jakarta dengan kerupuk yang dibeli pake sepertiga gaji biar jakarta ga banjir karna air lagi? atau sukses itu kita jadi CEO, pemimpin suatu perusahaan yang walaupun gajinya kalah jauh dibanding yang pertama gue sebutin tai tapi kita bisa memerintah orang, bukan diperintah? atau sukses itu kita punya perusahaan sendiri jadi kita bebas melakukan apapun, ga terikat dengan apapun? atau sukses itu jadi investor yang tinggal ongkang-ongkang kaki nunggu persenan dari keuntungan investasi kita? atau sukses itu bisa dapet duit dari hasil ngelakuin sesuatu yang memang hobi kita jadi kita ga pusing-pusing buat dapet duitnya? atau sukses itu adalah orang yang kita harapkan jadi pendamping hidup kita benar-benar adalah tulang rusuk kita dan menjadi orang tua dari anak-anak kita nanti? sukses itu sebenarnya apa sih? cuma satu jawab yang terlintas difikran gue. entahlah.
jujur, gue juga bingung sih kalo ditanya ngebayangin anak gicen sukses nanti itu kaya apa. yang jelas gue berharap dan berdoa, semua anak gicen nanti bisa bahagia dan gembira dengan apapun yang terjadi pada hidup dan dirinya 15 tahun yang akan datang. gue pengen, anak gicen bisa bermanfaat buat semua orang sekitarnya, minimal buat saudara-saudara terdekatnya lah, buat tetangga-tetangganya. maksimal ya bisa jadi penggebrak perubahan dunia atau apalah, yang penting membawa manfaat buat manusia lainnya. gue ngebayangin 15 tahun lagi, kita bisa bahagia dengan semua keputusan yang kita ambil diperjalanan menuju kesuksesan yang kita pilih, apapun jenis kesuksesan itu. walaupun 'cuma' jadi ibu rumah tangga, atau 'cuma' jadi ketua RT, kita bisa selalu tersenyum dan membuat orang lain tersenyum dengan semua perbuatan dan perkataan kita. tebarlah selalu manfaat di bumi Allah ini, gicen, sahabatku. 15 tahun lagi, insyaallah, kita adalah orang-orang hebat yang penuh senyuman, yang sukses memaknai setiap detik kehidupan kita, karena sukses tiap orang berbeda, tergantung kita memaknai apa itu sukses. jadi, salam sukses buat gicen yang baru ulang tahun ke empat! gue tunggu cerita sukses versi kalian 15 tahun dari sekarang, yang bukan cuma sekadar angan dan bayang seperti yang kita lakukan sekarang. gue yakin dan percaya, lo bakal jadi orang sukses dengan apapun pilihan lo nantinya.
ya, mungkin cuma seuntai doa dan harapan yang bisa gue kasih sebagai bentuk kado dari gue buat lo semua, sahabat gue, Gradiator, yang sangat super. semoga suatu saat nanti, kita bisa ngerayain milad gicen ini bareng, satu angkatan, entah itu di dunia, ataupun di surga. (atau kalau ada yang mau ngerayain bareng gue doang, juga boleh, hahaha)
"idul milad,
GYCENTIUM CREDAS DISORATOR
never broken always unit, 'cause we're the best no matter what"
Senin, 09 September 2013
Teruntuk Gicen Bandung Comunity
Alhamdulillah, acara enyambutan keluarga baru Ikatan Alumnu
Insan Cendekia (IAIC) region Bandung udah selesai. Acara tahunan yang diadakan
buat menyambut anak-anak IC yang baru lulus dari IC di tahun itu akhirnya bisa
terlaksana di dua hari kemarin, Sabtu-Minggu, 7-8 September 2013. Ada satu hal
di perjalanan pulang dari lokasi penyambutan kemaren yang membuat gue sadar
suatu hal. Kejadiannya itu adalah gue ngeliat anak-anak main bola. Jadi ada dua
orang boach yang sedang bermain bola, dengan hanya melakukan tendanga pinalti.
Yang satu menjadi penendang dan satunya jadi kiper.nah ceritanya yang nendang
ini setiap dia habis nendang selalu berteriak dengan lantang dan penuh
kegembiraan, meneriakkan kata,’GOOOAAAAALLL!!’ Padahal tidak semua tendangan
yang ia lakukan membuat bola memasuki gawang yang mereka buat dengan meletakkan
2 sandal pada suatu jarak tertentu, lebih banyak melencengnya malah. Tapi si
penendang tidak peduli, ia tetap gembira meneriakka kata ‘GOAL’. Dan hebatnya,
anak yang menadi kiper tetap terlihat sangat gembira. Seperti tidak
memperdulian apakah itu goal atau tidak, ia selalu tertawa saat ia berhasil
menangkap bola ataupun tidak berhasil. Mungkin yang ada di dalam pikirannya
yang penting gembira bersama temannya yang menjadi penendang bola.
Terakhir, gue pengen ngucapin makasih banyak buat semua anak gicen bandung, makasih buat waktu lo semua, makasih udah bikin tujuan gue buat bareng kalian tercapai, gu seneng. Gue bakal kangen waktu-waktu pusing bareng kalian kaya seminggu kemaren. Gue seneng bisa punya temen kaya kalian, Gicen Bandug Community. Mungkin ga ada lain yang bisa gue kasih ke lo semua, selain Cuma ucapan sederhana, terima kasih buat lo semua. Semoga sukses buat kita semua.
Inilah yang membuat gue sadar, kenapa gue mau ngurusin
penyambutan IAIC ini. Walaupun sudah jauh sebelum hari H, bahkan 2 bulan
sebelumnya, gue udah harus nyari tempat buat ngadainnya di tempat yang jauhnya
lumayan bikin ‘bagian tubuh yang digunakan buat duduk’ pegel karena duduk di
motor terlalu lama. Walaupun gue harus dikeselin sama anak-anak gicen bandung
sejak H-7 sampai hari H penambutan. Tapi gue tetep seneng. Soalnya yang ada di
fikiran gue cuma satu goal, satu tujuan. Gue ga peduli dihari H banyak yang marah
ke gue, yang kesel ke gue. Gue ga peduli entah acara penyambutan itu sukses
atau ngga. gue ga peduli angkatan atas ngecap gue gabisa ngurus suatu acara.
gue ga peduli banyak yang complain ke gue soal tempat yang jauh, terlalu
dingin, gaada tempat tidur yang nyaman, makanan kurang memuaskan, acara ga
jelas, tempat pelantikan yang terlalu bikin cape dan pegel, atau apapun yang
harusnya bikin gue ngerasa gagal. Tapi gue sedikitpun ga ngerasa gagal, ga
ngerasa sedih, ga ngerasa kesel. Karena gue tau. Sebenernya tujuan gue itu buat
kerja bareng anak-anak gicen yang super duper wuper itu. Gue gatau bakal bisa
kapan lagi ngurusin sesuatu bareng mereka, rempong bareng mereka, sibuk
bareng-bareng dengan mereka. Gue tau, mungkin ini kesempatan terakhir bisa
sibuk bareng mereka, sebelum nanti kita udah sibuk di himpunan, unit, atau
jurusan masing-masing. Yang pengen gue kejar dari penyambutan kemaren, jujur,
cuma waktu kerja dan repot ngurusin sesuatu bareng temen-temen gicen. Jadi
mungkin acaranya ga sukses, tapi tujuan gue tercapai. Dua hari kemaren gue
seneng, gue bisa bareng mereka yang aneh-aneh itu.
Terakhir, gue pengen ngucapin makasih banyak buat semua anak gicen bandung, makasih buat waktu lo semua, makasih udah bikin tujuan gue buat bareng kalian tercapai, gu seneng. Gue bakal kangen waktu-waktu pusing bareng kalian kaya seminggu kemaren. Gue seneng bisa punya temen kaya kalian, Gicen Bandug Community. Mungkin ga ada lain yang bisa gue kasih ke lo semua, selain Cuma ucapan sederhana, terima kasih buat lo semua. Semoga sukses buat kita semua.
Kamis, 05 September 2013
Satu Puisi Oleh Soe Hok Gie
ceritanya, waktu acara pementasan Open House Unit (OHU), yang merupakan rangkaian dari acara OSKM ITB, ada suatu unit kajian yang menampilkan sebuah musikalisasi puisi yang dibawain sama komandan lapangan (danlap) OSKM. di sana, gue denger puisinya lumayan berat, tapi indah dan bermakna. terus entah kenapa gue tertarik dan penasaran sama puisi itu. gue nanya temen sebelah yang nonton bareng, dia bilang kalo itu puisinya Soe Hok Gie. pada kenalkan? kalo ga kenal lain kali mungkin di ceritain deh tentang Soe hok Gie, yang harusnya jadi idola kita, mahasiswa.
nah dari sana, gue mulai iseng buat nyari puisinya itu, sampe dapetlah musikalisasi puisi itu dalam bentuk file .mp3. dan disini gue pengen berbagi aja, berbagi salah satu puisinya Gie yang menurut gue sarat makna, dan sedikit 'mengacaukan' fikiran kita dengan lirik puisinya. sila dibaca!
ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke Mekkah
nah dari sana, gue mulai iseng buat nyari puisinya itu, sampe dapetlah musikalisasi puisi itu dalam bentuk file .mp3. dan disini gue pengen berbagi aja, berbagi salah satu puisinya Gie yang menurut gue sarat makna, dan sedikit 'mengacaukan' fikiran kita dengan lirik puisinya. sila dibaca!
(gambar disadur dari sini) |
ada orang yang menghabiskan waktunya berjudi di Miraza
tapi aku ingin habiskan waktuku di sisimu sayangku
bicara tentang anjing-anjing kita yang nakal dan lucu
atau tentang bunga-bunga yang manis di lembah mandalawangi
ada serdadu-serdadu amerika yang mati kena bom di danau
ada bayi-bayi yang mati lapar di biavra
tapi aku ingin mati di sisimu, sayangku
setelah kita bosan hidup dan terus bertanya-tanya tentang tujuan hidup
yang tak satu setanpun tahu
mari sini, sayangku
kalian yang pernah mesra
yang pernah baik dan simpati padaku
tegaklah ke langit luas atau awan yang mendung
kita tak pernah menanamkan apa-apa
kita takkan pernah kehilangan apa-apa
nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan
yang ke dua, dilahirkan, tetapi mati muda
dan yang tersial adalah merumur tua
berbahagialah mereka yang mati muda
makhluk kecil, kembalilah dari tiada ke tiada
berbahagialah dalam ketiadaanmu
-Gie
jujur, bait pertama dan setangah pertama bait ke dua itu mantep banget kata-katanya. tapi yang jadi perhatian gue bukan itu, tapi kata-katanya dari setengah terakhir bait ke dua sampai habis. rangkaian kata yang jadi kalimat hasil pemikiran Gie itu luar biasa. benarkah nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan? kita ga perlu susah-susah hidup, bukan? 'berbahagialah dalam ketiadaanmu', benarkah mereka yang tidak pernah benar-benar ada bahagia? entahlah. yang jelas, sekarang kita hidup dan harusnya, kita harus punya tujuan hidup, yang kata Gie, 'yang bahkan tak satu setanpun tahu'. dan yang pasti, tujuan hidup kita sesuai firman Allah,'dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk menyembahku'. ya, itulah tujuan kita, yang benar ternyata, setan tak tahu apa tujuan hidup, karena 'mungkin' Allah tak pernah memberi tahu mereka. beruntunglah kita, manusia, yang telah dijawabkan oleh Allah secara langsung, dikasih tahu jawaban dari pertanyaan yang mungkin pertanyaan yang sangat berat untuk dijawab.
Selasa, 03 September 2013
Ketika OSKM Berakhir
OSKM ITB, suatu ajang tahunan, yang sebenernya ditujukan untuk menambut mahasiswa baru (maba). Orientas Studi Keluarga Mahasiswa ITB, harusnya sih acara ini diadain buat maba. tapi, kayanya yang bakalan lebih inget dan terkenang acara ini adalah anak-anak tahun ke dua yang jadi panitia di acara ini. bisa dibilang, anak-anak tahun ke dua yang diacara ini bakal dapat banyak hal-hal yang bermanfaat. ga cuma sekadar gimana ngurusin acara atau ngurusin maba. lebih dari itu, anak-anak tahun ke dua yang ikut acara ini bakal ketemu banyak teman baru
ya, teman baru. inilah hal paling berharga yang bakal didapat kalo ikutan acara OSKM ini. acara yang demi nyambut maba, anak-anak tahun ke dua yang jadi panitia harus di diklat (diospek) selama satu bulan untuk diklat terpusat. nah kalo yang pengen terjun langsung ke lapangan ketemu maba harus nambah lagi diklat satu bulan lebih lagi. nah di rangkaian diklat inilah semua panitia akan 'dipaksa' berkenalan dengan semua panitia lain. apalagi didiklat divisi lapangan. bayangkan, dalam waktu sebulan panitia akan dipaksa berkenalan dengan 200 orang lebih yang baru aja ketemu. sebuah kaderisasi yang hebat kalo menurut gue. yang di tekenin adalah kekeluargaannya, bukan pembodohannya. pokoknya di diklat itu bakal secara tidak langsung 'dipaksa' buat kenal semua orang baru itu. dan hebatnya, semua itu ga sia-sia. karna punya banyak teman itu hebat, luar biasa, menyenangkan. banyak bangetlah keuntungan yang bakal di dapat kalo punya banyak teman. contoh nih ya, lagi jalan pulang, kalo banyak teman bakal ada aja yang ngajakin pulang bareng (bukan modus), entah itu pulang jalan bareng, naik motor, atau bahkan naik mobil. ya lumayankan. terus di kampus ga bakal ngerasa sepi deh. tiap jalan ada aja yang pengen kita tegur atau yang negur kita. jalan dikit dipanggil, jalan lima langkah lagi, dipanggil lagi berasa orang terkenal deh. nah itulah yang sekarang gue rasain ketika OSKM berakhir. alhamdulillah temen gue makin banyak, keluarga gue makin banyak. manteplah. apa lagi keluarga arga pancaka (apa itu? tunggu tulisan berikutnya) orang-orang yang berkarakter sama, entah kenapa bisa kumpul disini. dan di arga pancaka, kekeluargaannya bener-bener hebat, luar biasa! mungkin lain kali diceritain khusus tentang si arga pancaka ini.
dan ketika OSKM berakhir juga, gue kenal dengan orang-orang hebat di kampus. bersukur banget bisa mengenal dan dikenal mereka. orang-orang yang pikirannya luas, hebat. orang-orang yang memiliki idealisme kuat. orang-orang yang mau berkontribusi lebih untuk tuhan bangsa dan almamater. mudah-mudahan, gue bisa jadi kayak mereka, bisa berkontribusi lebih untuk tuhan, bangsa, dan almamater, salam ganesha!
ya, teman baru. inilah hal paling berharga yang bakal didapat kalo ikutan acara OSKM ini. acara yang demi nyambut maba, anak-anak tahun ke dua yang jadi panitia harus di diklat (diospek) selama satu bulan untuk diklat terpusat. nah kalo yang pengen terjun langsung ke lapangan ketemu maba harus nambah lagi diklat satu bulan lebih lagi. nah di rangkaian diklat inilah semua panitia akan 'dipaksa' berkenalan dengan semua panitia lain. apalagi didiklat divisi lapangan. bayangkan, dalam waktu sebulan panitia akan dipaksa berkenalan dengan 200 orang lebih yang baru aja ketemu. sebuah kaderisasi yang hebat kalo menurut gue. yang di tekenin adalah kekeluargaannya, bukan pembodohannya. pokoknya di diklat itu bakal secara tidak langsung 'dipaksa' buat kenal semua orang baru itu. dan hebatnya, semua itu ga sia-sia. karna punya banyak teman itu hebat, luar biasa, menyenangkan. banyak bangetlah keuntungan yang bakal di dapat kalo punya banyak teman. contoh nih ya, lagi jalan pulang, kalo banyak teman bakal ada aja yang ngajakin pulang bareng (bukan modus), entah itu pulang jalan bareng, naik motor, atau bahkan naik mobil. ya lumayankan. terus di kampus ga bakal ngerasa sepi deh. tiap jalan ada aja yang pengen kita tegur atau yang negur kita. jalan dikit dipanggil, jalan lima langkah lagi, dipanggil lagi berasa orang terkenal deh. nah itulah yang sekarang gue rasain ketika OSKM berakhir. alhamdulillah temen gue makin banyak, keluarga gue makin banyak. manteplah. apa lagi keluarga arga pancaka (apa itu? tunggu tulisan berikutnya) orang-orang yang berkarakter sama, entah kenapa bisa kumpul disini. dan di arga pancaka, kekeluargaannya bener-bener hebat, luar biasa! mungkin lain kali diceritain khusus tentang si arga pancaka ini.
dan ketika OSKM berakhir juga, gue kenal dengan orang-orang hebat di kampus. bersukur banget bisa mengenal dan dikenal mereka. orang-orang yang pikirannya luas, hebat. orang-orang yang memiliki idealisme kuat. orang-orang yang mau berkontribusi lebih untuk tuhan bangsa dan almamater. mudah-mudahan, gue bisa jadi kayak mereka, bisa berkontribusi lebih untuk tuhan, bangsa, dan almamater, salam ganesha!
Senin, 02 September 2013
Keindahan Rahasia
"biarlah suatu rahasia tetap menjadi rahasia, karna bukanlah rahasia jika ia tidak lagi rahasia, dan suatu rahasia akan lebih indah dan menarik ketika dibiarkan mebjadi sebuah rahasia. tahukah kau, rahasia juga memiliki waktu dimana tiba saatnya rahasia itu diungkapkan, dan ketika rahasia itu diungkap, bukan terungkap, itulah saat kepuasan dan kelegaan menyelimutimu. karenanya, biarkan semua rahasia tetap menjadi rahasia hingga tiba waktunya, hingga rahasia itu menjadi indah pada saatnya"
Langganan:
Postingan (Atom)