Tuhan, aku jauh lebih suka ciptaan-Mu dibandingkan cipataannya ciptaan-Mu. Ya, aku lebih suka mahakarya-Mu dibandingkan mahakarya manusia, apapun!
Aku pernah diperlihatkan berbagai gedung tinggi ciptaan manusia, mewah, pencakarlangit. Mereka menyebut itu sangat indah. Tapi buatku, itu biasa saja. Karena aku pernah Engkau perlihatkan berbagai gunung ciptaan-Mu. Tak ada sedikitpun kemewahan disana malah kesederhanaanlah yang diajarkannya. Dia bukan pencakar langit, dialah sang penopang langit. Aku lebih suka padanya, pada gunung, dibandingkan pada gedung. Aku jauh lebih tertarik berjalan di gunung, daripada di gedung.
Aku pernah melihat bagaimana kilau kemilaunya lampu-lampu kota, berbagai warna, sangat indah dipandang dari ketinggian, kata mereka. Tapi buatku, itu biasa saja. Karena aku pernah Engkau perlihatkan kerlipan cahaya buatan-Mu, cahaya bintang gemintang di langit malam. Menenangkan, tak pernah sedikitpun menyilaukan. Aku jauh lebih menyukai cahaya bintang, daripada cahaya lampu.
Aku pernah mendengar berbagai jenis irama, bertempo pelan dan cepat, bisa mempengaruhi suasana hati, kata mereka. Tapi buatku, itu biasa saja. Karena Engkau pernah memperdengarkan padaku suara semesta-Mu, yag jauh lebih merdu. Lebih menenangkan, meskipun tanpa tempo sedikitpun. Aku lebih suka suara semesta, daripada alunan musik.
Dan dari semua ciptaan-Mu yang indah, Kau begitu luar biasa telah menciptakan dia, yang bisa mengalihkan keindahan ciptaan-Mu yang lain. Dia, yang saat bersamanya gunung bukan lagi untuk menikmati kesendirian, tapi untuk menikmati kebersamaan. Dia, yang saat bersamanya bintang menjadi terlihat sedikit, kalah oleh pesonanya. Dia, yang saat bersamanya bukan suara semesta yang ingin didengar, tapi semua kisahnya.
Karena dia, begitu indah.
Kamis, 29 Januari 2015
Selasa, 27 Januari 2015
Menjadi Diriku
A : Hei, ada apa? Kau terlihat tak seceria biasanya?
B : ........
A : Jangan katakan kau seperti ini karena hal itu?
B : Kau tahu, terkadang aku lelah dengan semua ini, aku harus menjadi seseorang yang bukan diriku
A : Dulu sudah ku katakan bukan, bahwa menjalani kehidupanmu yang sekarang ini sangat tidak mudah, tidal seperti yang kau bayangkan. Semua tidak akan selalu berjalan sesuai rencanamu. Tapi kau selalu merasa yakin dengan dirimu, kau terlalu naif.
B : Ya, memang aku terlalu naif dengan keputusanku itu. Tapi jika aku punya begitu banyak pilihan untuk menjadi orang yang seperti apa, mengapa tak bisa ku temukan pilihan untuk tetap menjadi diriku sendiri, untuk menjalaninya dengan caraku?
A : Bukan saatnya menyesali yang terjadi, semua ini adalah bagian dari sebuah rencana besar kehidupanmu yang pasti akan sangat menyenangkan. Kau tahu, justru dengan sikapmu yang seperti ini kau bukanlah dirimu, kau yang ku kenal adalah kau yang selau tersenyum.
B : Ya, mungkin kau benar, aku harusnya bisa menempatkan diriku pada suatu situasi.
A : .......
B : Kau tahu, kini aku sadar sesuatu.
A : Apa?
B : Aku sadar, bahwa hanya denganmu aku bisa tetap menjadi diriku sendiri, dan itu selalu membuatku merasa bahwa kau begitu hebat. Aku selalu ingin denganmu, karna aku temukan kebahagiaan dengan menjadi diriku sendiri saat bersamamu. Kau tahu, mungkin kau juga termasuk bagian dari rencana besar itu.
B : ........
A : Jangan katakan kau seperti ini karena hal itu?
B : Kau tahu, terkadang aku lelah dengan semua ini, aku harus menjadi seseorang yang bukan diriku
A : Dulu sudah ku katakan bukan, bahwa menjalani kehidupanmu yang sekarang ini sangat tidak mudah, tidal seperti yang kau bayangkan. Semua tidak akan selalu berjalan sesuai rencanamu. Tapi kau selalu merasa yakin dengan dirimu, kau terlalu naif.
B : Ya, memang aku terlalu naif dengan keputusanku itu. Tapi jika aku punya begitu banyak pilihan untuk menjadi orang yang seperti apa, mengapa tak bisa ku temukan pilihan untuk tetap menjadi diriku sendiri, untuk menjalaninya dengan caraku?
A : Bukan saatnya menyesali yang terjadi, semua ini adalah bagian dari sebuah rencana besar kehidupanmu yang pasti akan sangat menyenangkan. Kau tahu, justru dengan sikapmu yang seperti ini kau bukanlah dirimu, kau yang ku kenal adalah kau yang selau tersenyum.
B : Ya, mungkin kau benar, aku harusnya bisa menempatkan diriku pada suatu situasi.
A : .......
B : Kau tahu, kini aku sadar sesuatu.
A : Apa?
B : Aku sadar, bahwa hanya denganmu aku bisa tetap menjadi diriku sendiri, dan itu selalu membuatku merasa bahwa kau begitu hebat. Aku selalu ingin denganmu, karna aku temukan kebahagiaan dengan menjadi diriku sendiri saat bersamamu. Kau tahu, mungkin kau juga termasuk bagian dari rencana besar itu.
Masa Lalu
Tentang masa lalu, terkadang adalah suatu hal yang menarik untuk diceritakan. Di lain sisi, terkadang ia menjadi suatu yang sangat tak ingin diungkit kembali. Tapi bukankah masa lalu adalah hal yang sangat berharga untuk dijadikan pembelajaran ke depannya. Lalu mengapa terkadang kita enggan untuk mengetahui masa lalu? Mengapa kita enggan untuk mengetahui sejarah?
Ya, sejarah adalah suatu hal yang sangat penting untuk dipelajari, untuk diambil pembelajarannnya. Bahkan ada yang mengatakan 'bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya'. Tapi apa yang terjadi pada bangsa ini? Pelajaran sejarah menjadi waktu yang digunakan untuk 'istirahat', bahkan tidur. Sedikit sekali orang yang tertarik dengan pelajaran satu ini. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Setelah membaca tulisan seorang dosen disini, mungkin jawabannya adalah karena sejarah yang diceritakan kembali di masa ini, hanya mengambil bagian konflik fisiknya saja. Tak pernah sejarah menceritakan konflik perasaan yang terjadi di kala itu. Tidak ada penggambaran emosi pada sejarah yang diajarkan, yang diceritakan. Padahal, cerita tentang perasaan dan emosi lah yang membuat suatu tulisan dan cerita lebih menarik. Sepertinya kita harus banyak belajar bagaimana caranya menggambarkan perasaan dan emosi dengan baik dalam sebuah sejarah. Sepertinya bangsa ini akan lebih suka dan mencintai sejarah, dan menjadi bangsa yang besar.
Dan tentang sejarah, tentang masa lalu, ia tak pernah pergi meninggalkan kita, justru kita yang perlahan bergerak menjauh darinya.
Ya, sejarah adalah suatu hal yang sangat penting untuk dipelajari, untuk diambil pembelajarannnya. Bahkan ada yang mengatakan 'bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah bangsanya'. Tapi apa yang terjadi pada bangsa ini? Pelajaran sejarah menjadi waktu yang digunakan untuk 'istirahat', bahkan tidur. Sedikit sekali orang yang tertarik dengan pelajaran satu ini. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Setelah membaca tulisan seorang dosen disini, mungkin jawabannya adalah karena sejarah yang diceritakan kembali di masa ini, hanya mengambil bagian konflik fisiknya saja. Tak pernah sejarah menceritakan konflik perasaan yang terjadi di kala itu. Tidak ada penggambaran emosi pada sejarah yang diajarkan, yang diceritakan. Padahal, cerita tentang perasaan dan emosi lah yang membuat suatu tulisan dan cerita lebih menarik. Sepertinya kita harus banyak belajar bagaimana caranya menggambarkan perasaan dan emosi dengan baik dalam sebuah sejarah. Sepertinya bangsa ini akan lebih suka dan mencintai sejarah, dan menjadi bangsa yang besar.
Dan tentang sejarah, tentang masa lalu, ia tak pernah pergi meninggalkan kita, justru kita yang perlahan bergerak menjauh darinya.
Minggu, 25 Januari 2015
Beruntunglah Indonesia
'Beruntunglah Indonesia, karena memiliki begitu banyak gunung api'
Ya, negeri ini memiliki begitu banyak gunung berapi. Bahkan, sampai-sampai negeri ini masuk kategori 'ring of fire'. Memang, artian sesungguhnya dari frasa ini tidak sedikitpun menunjukkan bahwa negeri ini beruntung. Sebaliknya, malah frasa ini menunjukkan bahwa negeri ini kurang beruntung. Kenapa, karena memang 'ring of fire' adalah sebutan untuk daerah yang hampir pasti (karena tak ada yang benar-benar pasti di dunia) akan sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi. Alasannya? Ah, yang bertanya lebih tau dari yang ditanya.
Lalu, di mana letak beruntungnya negeri ini jika 'ring of fire' menimbulkan bencana?
Negeri ini beruntung karena namanya, 'ring of fire', terdengar keren. Itu yang pertama. Tapi bukan yang utama. Karena alasan utamanya adalah yang disenutkan di awal tulian ini. Karena berarti negeri ini, negeri Indonesia, pasti memiliki banyak sekali gunung berapi.
Apa untungnya punya gunung berapi? Banyak, teman! Salah satunya, pasti tahu yang namanya teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi. Teknologi ini paling bisa digunakan di daerah gunung berapi. Karena uap air yang memutar turbin untuk menggerakkan generator hingga menghasilkan listrik, bersumber dari air yang dipanaskan menggunakan si panas bumi itu sendiri. Ya, panas bumi, yang pastinya adalah magma. Magma yang berposisi dekat permukaan tentunya kebanyakan, bahkan hampir semua, berada di kawasan gunung berapi. Karena itulah, negeri ini sangat beruntung memiliki banyak sekali gunung berapi, karena banyak sumber 'pemasak air' yang disediakan langsung oleh alam secara cuma-cuma. Hanya tinggal bagaimana negeri ini pandai memanfaatkannya.
Dan alasan lainnya, mendaki gunung itu menyenangkan, bukan?
Maka beruntunglah negeri ini, Indonesia, karena memiliki begitu banyak gunung api.
Tapi kita lebih beruntung, bisa menikmati begitu banyak gunung yang disajikan oleh tanah tempat kita dilahirkan.
Ya, negeri ini memiliki begitu banyak gunung berapi. Bahkan, sampai-sampai negeri ini masuk kategori 'ring of fire'. Memang, artian sesungguhnya dari frasa ini tidak sedikitpun menunjukkan bahwa negeri ini beruntung. Sebaliknya, malah frasa ini menunjukkan bahwa negeri ini kurang beruntung. Kenapa, karena memang 'ring of fire' adalah sebutan untuk daerah yang hampir pasti (karena tak ada yang benar-benar pasti di dunia) akan sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi. Alasannya? Ah, yang bertanya lebih tau dari yang ditanya.
Lalu, di mana letak beruntungnya negeri ini jika 'ring of fire' menimbulkan bencana?
Negeri ini beruntung karena namanya, 'ring of fire', terdengar keren. Itu yang pertama. Tapi bukan yang utama. Karena alasan utamanya adalah yang disenutkan di awal tulian ini. Karena berarti negeri ini, negeri Indonesia, pasti memiliki banyak sekali gunung berapi.
Apa untungnya punya gunung berapi? Banyak, teman! Salah satunya, pasti tahu yang namanya teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi. Teknologi ini paling bisa digunakan di daerah gunung berapi. Karena uap air yang memutar turbin untuk menggerakkan generator hingga menghasilkan listrik, bersumber dari air yang dipanaskan menggunakan si panas bumi itu sendiri. Ya, panas bumi, yang pastinya adalah magma. Magma yang berposisi dekat permukaan tentunya kebanyakan, bahkan hampir semua, berada di kawasan gunung berapi. Karena itulah, negeri ini sangat beruntung memiliki banyak sekali gunung berapi, karena banyak sumber 'pemasak air' yang disediakan langsung oleh alam secara cuma-cuma. Hanya tinggal bagaimana negeri ini pandai memanfaatkannya.
Dan alasan lainnya, mendaki gunung itu menyenangkan, bukan?
Maka beruntunglah negeri ini, Indonesia, karena memiliki begitu banyak gunung api.
Tapi kita lebih beruntung, bisa menikmati begitu banyak gunung yang disajikan oleh tanah tempat kita dilahirkan.
How Can You be...
Do you know, now i'm stuck.
I can't fool myself, i'm in love with you.
Like it or not, you have to deal with it.
Thanks to you, i can't breath well everytime i think of you.
And thanks to you, i have the worst feeling ever.
I don't know how many times a day i'm in love with you.
But, that's okay, i will do it again, and again, and again.
Because the beating of my heart is lost.
And it's looking for a rythm like you.
I don't know how
But you are so amazing
I can't fool myself, i'm in love with you.
Like it or not, you have to deal with it.
Thanks to you, i can't breath well everytime i think of you.
And thanks to you, i have the worst feeling ever.
I don't know how many times a day i'm in love with you.
But, that's okay, i will do it again, and again, and again.
Because the beating of my heart is lost.
And it's looking for a rythm like you.
I don't know how
But you are so amazing
Sabtu, 24 Januari 2015
Jarak, Waktu, dan Taman...
Jarak. Terkadang ia diperlukan untuk memperbaiki sesuatu yang namanya rindu. Tanpa jarak, rindu bukanlah apa-apa, kita tiada kan pernah merasakannya. Seperti spasi, jarak akan menciptakan kalimat menjadi sarat makna. Spasi yang memberikan kesan menarik pada sebuah tulisan. Pun jarak. Dengan hadirnya telah tercipta begitu banyak makna, begitu banyak cerita. Tapi hei, bukankah ia juga mencipta begitu banyak luka? Ya, aku begitu naif jika berkata, "hadirmu adalah sebuah kebiasaan di hati dan fikiranku, meski kita terpisah oleh jarak". Karena meski aku dan kau tahu bahwa itu benar, namun jika kejujuran diungkapkan, luka itu pasti ada, pasti kita rasakan. Luka di balik jiwa yang tak pernah butuh pemulihan apa-apa kecuali jumpa.
Waktu. Terkadang kita terlalu bodoh hingga memasrahkan semua padanya, menyerahkan apa yang layak kita perjuangkan padanya, seakan kita tak bisa melakukan apa-apa. Dan dengan sok bijak berkata, "biarlah waktu yang kan menjawab". Padahal waktu terlalu angkuh untuk melihat betapa jahatnya rindu yamg mendera. Ia tak pernah mau tahu. Tidak, ia memang tak bisa tahu. Ia bahkan tak pernah bisa berbuat apa-apa, apalagi mendekatkan dua insan, mendekatkan kita. Lalu apakah kita hanya akan termangu melihatnya berlalu, sambil terus menunggu dan bertanya 'apa yang akan terjadi selanjutnya’? Yang ku tahu, kita tidak selemah itu. Yang ku tahu, kita lebih kuat dari waktu, kita lebih nyata dari waktu. Dan sepertinya waktu pun kini telah berada di pihak kita. Maka tiada yang harus kita takutkan, selain tuhan. Tidak badai, tidak pula gempa. Apalagi hanya angin biasa.
Rasanya, tak ada lagi yang perlu kita tunggu. Aku akan menjemputmu di suatu taman. Taman itu tak memiliki air mancur, tidak ada kolam ikan, tiada satu hiasan apapun. Taman itu tidak indah, sebab kehadiranmu saja sudah mengindahkan semuanya. Bahkan taman itu tanpa bunga. Sebab kau lah bunganya.
Waktu. Terkadang kita terlalu bodoh hingga memasrahkan semua padanya, menyerahkan apa yang layak kita perjuangkan padanya, seakan kita tak bisa melakukan apa-apa. Dan dengan sok bijak berkata, "biarlah waktu yang kan menjawab". Padahal waktu terlalu angkuh untuk melihat betapa jahatnya rindu yamg mendera. Ia tak pernah mau tahu. Tidak, ia memang tak bisa tahu. Ia bahkan tak pernah bisa berbuat apa-apa, apalagi mendekatkan dua insan, mendekatkan kita. Lalu apakah kita hanya akan termangu melihatnya berlalu, sambil terus menunggu dan bertanya 'apa yang akan terjadi selanjutnya’? Yang ku tahu, kita tidak selemah itu. Yang ku tahu, kita lebih kuat dari waktu, kita lebih nyata dari waktu. Dan sepertinya waktu pun kini telah berada di pihak kita. Maka tiada yang harus kita takutkan, selain tuhan. Tidak badai, tidak pula gempa. Apalagi hanya angin biasa.
Rasanya, tak ada lagi yang perlu kita tunggu. Aku akan menjemputmu di suatu taman. Taman itu tak memiliki air mancur, tidak ada kolam ikan, tiada satu hiasan apapun. Taman itu tidak indah, sebab kehadiranmu saja sudah mengindahkan semuanya. Bahkan taman itu tanpa bunga. Sebab kau lah bunganya.
Kamis, 22 Januari 2015
Kereta Tenaga Listrik
Kereta ku ternyata tak berjalan perlahan-lahan. Kereta ku langsung berjalan kencang, sangat cepat, mengabaikan semua yang harapan penumpangnya untuk menikmati perjalanan. Mengabaikan semua ketidaksiapan penumpangnya, tak peduli, kereta ku langsung melaju. Kereta ku, kereta tenaga listrik.
Ya, disini aku berbicara jurusan (lagi), teknik tenaga listrik. Jurusan yang langsung memberikan tugas pendahuluan (TP) praktikum kedapa mahasiswanya di hari pertama kuliah, di awal smester baru. Hei, bukankah untuk sekadar lari pagi pun kita butuh pemanasan. Tapi, kembali lagi, hidup memang (h)arus kuat. Tak peduli apapun, TP berjumlah 80 soal hang harus ditulis tangan di lembar folio itu tetap diberikan hari senin kemarin, diawal perkuliahan, dan dikumpulkan keesokan paginya tepat jam 7. Hidup (h)arus kuat, bukan. Tidur di malam pertama kuliah hanya mitos.
Lalu praktikumnya? Tentunya langsung berjalan di minggu pertama kuliah. Bersantai di minggu pertama kuliah di jurusan ini juga mitos, teman. Tapi, sekali lagi, hidup (h)arus kuat! Sekencang dan secepat apapun kereta kita berjalan, kita yang harus membiasakan diri, beradaptasi, untuk bisa bertahan didalamnya. Jika tidak, mungkin pingsan, atau stres bahkan. Yah, sepertinya perjalanan ini akan cukup melelahkan. Tapi pasti akan menyenangkan jika perjalanan ini ada teman berbagi cerita, seperti dia.
Terakhir, akhirnya surat itu ku tanda tangani juga. Surat pernyataan siap mati, surat yang cuma ada di kereta tenaga listrik. This is it!
Minggu, 18 Januari 2015
Perjalanan Kereta
"Keretamu perlahan-lahan akan berjalan pergi, meninggalkan seluruh kenyataan" (sumber)
Ya, besok keretamu akan memulai perjalanannya, keretamu akan pergi, membawa serta dirimu dan seluruh beban yang kau pikul dipundakmu itu. Besok keretamu akan pergi, meninggalkan seluruh kemyataan bahwa kau belum cukup siap untuk perjalanan kali ini, yang seperti kau bayangkan selama ini, mungkin akan cukup melelahkan dari perjalanan yang pernah kau tempuh sebelumnya. Perjalanan yang mungkin akan terasa lebih panjang dari sebelumnya.
Besok keretamu akan memulai perjalanannya, keretamu akan pergi, membawa serta dirimu dan seluruh harapan yang disandarkan dibahumu itu. Besok keretamu akan pergi, perlahan meninggalkan kenyataan bahwa kau masih belum memiliki bekal dan persiapan yang cukup untuk perjalanan itu. Tapi perjalanan itu tetap harus kau mulai, seiring dengan datangnya hari esok saat dimana keretamu perlahan beranjak pergi. Pergi menempuh perjalanan yang mungkin sebenarnya enggan kau tempuh.
Tapi sekali lagi, besok keretamu perlahan-lahan akan berjalan pergi, tak peduli seberat apapun beban yang kau pikul, tak peduli seminim apapun bekal dan persiapanmu. Kau perlahan juga akan pergi, kemanapun keretamu membawa. Kini, yang bisa kau lakukan hanyalah menikmati perjalanan yang disajikan keretamu. Yang bisa kau lakukan hanyalah mengambil sebanyak-banyaknya hikmah pembelajaran dari perjalanan berat dan panjangmu. Karena tak peduli kau berkata apa, keretamu perlahan tetap akan berjalan pergi, membawa serta dirimu.
Hei, sepertinya perjalanan pajang nan melelahkan ini akan terasa menyenangkan, jika kita menjalaninya bersama. Kita lebih hebat dari aku, bukan?
Ya, besok keretamu akan memulai perjalanannya, keretamu akan pergi, membawa serta dirimu dan seluruh beban yang kau pikul dipundakmu itu. Besok keretamu akan pergi, meninggalkan seluruh kemyataan bahwa kau belum cukup siap untuk perjalanan kali ini, yang seperti kau bayangkan selama ini, mungkin akan cukup melelahkan dari perjalanan yang pernah kau tempuh sebelumnya. Perjalanan yang mungkin akan terasa lebih panjang dari sebelumnya.
Besok keretamu akan memulai perjalanannya, keretamu akan pergi, membawa serta dirimu dan seluruh harapan yang disandarkan dibahumu itu. Besok keretamu akan pergi, perlahan meninggalkan kenyataan bahwa kau masih belum memiliki bekal dan persiapan yang cukup untuk perjalanan itu. Tapi perjalanan itu tetap harus kau mulai, seiring dengan datangnya hari esok saat dimana keretamu perlahan beranjak pergi. Pergi menempuh perjalanan yang mungkin sebenarnya enggan kau tempuh.
Tapi sekali lagi, besok keretamu perlahan-lahan akan berjalan pergi, tak peduli seberat apapun beban yang kau pikul, tak peduli seminim apapun bekal dan persiapanmu. Kau perlahan juga akan pergi, kemanapun keretamu membawa. Kini, yang bisa kau lakukan hanyalah menikmati perjalanan yang disajikan keretamu. Yang bisa kau lakukan hanyalah mengambil sebanyak-banyaknya hikmah pembelajaran dari perjalanan berat dan panjangmu. Karena tak peduli kau berkata apa, keretamu perlahan tetap akan berjalan pergi, membawa serta dirimu.
-------------------------------------------------------------------------------
Malam Itu
Akhirnya malam itu tiba juga, malam yang ku nantikan sejak awal, sejak awal aku merasakan adanya keajaiban pada dirimu. Malam yang menjawab akhir kita, dan inilah akhir yang kita ciptakan. Sebuah akhir untuk memulai awal yang baru. Sebuah awal dimana aku dan kita bertemu.
Malam itu, seperti yang biasa kau lakukan di tengah perbincangan kita, tiba-tiba kau terdiam. Sementara ku sibuk menerka apa yang ada di fikiranmu, saat itulah, akhirnya semesta memilih malam itu untuk menjadi lembaran baru cerita kita. Memang, malam itu terlalu singkat untuk sebuah lembaran kisah yang panjang. Banyak cerita yang ingin ku sampaikan di awal lembaran kita, tapi malam itu enggan bertahan. Malam itu perlahan-lahan pergi, digantikan oleh terang.
Malam jangan berlalu, jangan datang dulu terang. Karena malam itu telah lama ku tunggu, ku ingin berdua denganmu. Aku ingin bercerita lebih lama denganmu malam itu. Karena berbicara denganmu selalu bisa membuat semua lebih bersahaja. Biarkan pagi datang, saat aku telah memanggil terang. Tapi malam itu perlahan-lahan tetap akan bergerak pergi, seiring dengan datangnya terang. Ah, pencuri kau, terang.
Dan terang membangunkanku, tersenyum, apakah malam itu mimpi? Entahlah :)
Kamis, 08 Januari 2015
Jangan Tunggu Aku di Puncak
Aku ingin berjalan di atas gunung. Bukan untuk menyendiri dan menyepi, tapi untuk menikmati perjalanan denganmu. Maka jangan tunggu aku di puncak, mendakilah bersamaku.
Aku ingin menapaki puncak gunung. Bukan untuk mengukur batas diriku, tapi untuk berjuang dan saling menguatkan denganmu. Maka jangan tunggu aku di puncak, mendakilah bersamaku.
Aku ingin menatap bintang dari atas gunung. Bukan untuk menikmati keindahan malam ini sendiri, tapi untuk berbagi cerita tentang bintang denganmu. Maka jangan tunggu aku di puncak, mendakilah bersamaku.
Aku ingin menikmati terbitnya sang mentari pagi dari puncak gunung. Bukan untuk melihat cahayanya, tapi untuk melihat cahaya diwajahmu saat tersenyum menatapnya. Maka jangan tunggu aku di puncak, mendakilah bersamaku.
Aku ingin menikmati dinginnya kabut tipis di lembah gunung. Bukan agar kedinginan ini menusuk tulangku, tapi agar obrolan bisa menghangatkan kita. Maka jangan tunggu aku dipuncak, mendakilah bersamaku.
Jangan tunggu aku dipuncak, mendakilah bersamaku. Karena aku ingin berjalan bersamamu, bercerita tentang suatu apapun selain tentang kita. Ya, aku sangat ingin kita bercerita. Entah kamu.
Aku ingin menapaki puncak gunung. Bukan untuk mengukur batas diriku, tapi untuk berjuang dan saling menguatkan denganmu. Maka jangan tunggu aku di puncak, mendakilah bersamaku.
Aku ingin menatap bintang dari atas gunung. Bukan untuk menikmati keindahan malam ini sendiri, tapi untuk berbagi cerita tentang bintang denganmu. Maka jangan tunggu aku di puncak, mendakilah bersamaku.
Aku ingin menikmati terbitnya sang mentari pagi dari puncak gunung. Bukan untuk melihat cahayanya, tapi untuk melihat cahaya diwajahmu saat tersenyum menatapnya. Maka jangan tunggu aku di puncak, mendakilah bersamaku.
Aku ingin menikmati dinginnya kabut tipis di lembah gunung. Bukan agar kedinginan ini menusuk tulangku, tapi agar obrolan bisa menghangatkan kita. Maka jangan tunggu aku dipuncak, mendakilah bersamaku.
Jangan tunggu aku dipuncak, mendakilah bersamaku. Karena aku ingin berjalan bersamamu, bercerita tentang suatu apapun selain tentang kita. Ya, aku sangat ingin kita bercerita. Entah kamu.
Kamis, 01 Januari 2015
Waktu..?
Halo semua! Perkenalkan, namaku Hapis. Baru kali ini aku menulis disini, tak seperti Andi yang sudah dua kali menulis disini. Dan kalau dia membahas tentang cinta, aku lebih suka membahas hal yang berbau ilmiah. Untuk kali ini, dikali pertama aku menulis disini, aku ingin sedikit menulis tentang waktu. Ya, tentang waktu.
We all have our time machines.
Some take us back, they're called memories. Some take us forward, they're called dreams.
waktu.. waktu adalah suatu yang abstrak didalam hidup ini. waktu adalah suatu hal yang mungkin bisa dianggap hal paling berharga di dunia ini dan bahkan juga bisa dianggap hal yang paling sepele di dunia. waktu bisa membuatmu jatuh dengan penyesalan dan bisa membuatmu bangkit dengan harapan.
satu hal pertanyaan yang membesit dibenak ini, apa waktu bisa diulang? apa waktu bisa kembali? apa waktu bisa diubah? agar semua kesalahan dan penyesalan di masa yang lampau bisa kita ulangi dan kita ubah? yah pertanyaan itu sudah memiliki jawaban. waktu tidak dapat diulang, kita tidak dapat kembali ke masa lalu. kita hanya dapat melihat masa lalu dalam sebuah kenangan. setidaknya hal itulah yang akan memberikan kita pelajaran agar lebih baik kedepan. membuat kita bangkit dan tidak melakukan kesalahan yang sama kedepan. membuat kita lebih berhati-hati dalam memilih jalan hidup kedepan. agar kita menjadi yang lebih baik kedepan. yah di masa yang akan datang kelak, hal itu akan menjadi mimpi-mimpiku. kita tidak tau apa yang akan terjadi kedepan. yang hanya kita bisa lakukan hanya berharap dan bermimpi setinggi-tingginya
karena
dia bisa mengatur
dia bisa diatur
dia hanya tidak bisa kembali lagi.
dia adalah waktu.
Oleh: Tengku Hafizh Vahryan Yahya
Entah di Masa Depan
Waktu pergantian tahun. Aku tidak termasuk orang yang mengistimewakannya. Dalam keyakinanku, hari ini tiada bedanya dengan hari-hari lainnya. Karenanya, disini bukan suatu kejadian di waktu setahun kebelakang yang akan aku tuliskan. Bukan pula rencana dalam jangka waktu setahun ke depan. Biarlah orang lain yang membahasnya, dalam tulisan mereka. Yang ingin ku tulis disini, adalah tentang waktu itu sendiri.
Ya. Waktu, adalah suatu dimensi ke empat yang saat ini dimiliki oleh umat manusia. Ah, tidak. Manusai saat ini belum memilikinya, hanya bisa mengetahuinya. Waktu, adalah dia yang selalu bergerak tak pernah berhenti, atau setidaknya hingga saat ini. Sampai nanti sangkakala ditiup, waktu akan terus bergerak, tiada sedikitpun berhenti. Banyak kini teori yang mulai membahas tentang waktu. Ada yang berpendapat bahwa waktu bisa memanjang dan memendek, bisa berjalan leboh cepat atau lebih lambat, tergantung dari sudut pandang orang yang menjalami waktu itu sendiri. Ya, dilatasi waktu. Banyak yang berharap dan bermimpi, bahwa pengetahuan tentang dimensi waktu ini akan terus berkembang dan berkembang. Hingga pada saatnya nanti, manusia akan benar-benar nisa menguasai waktu, baik kembali mengulang waktu, ataupun mempercepat waktu. Banyak orang bermimpi bahwa itu bisa terjadi suatu saat nanti.
Tapi, menurutku itu tak akan bisa terjadi. Mungkin sebagiannya bisa, tapi tidak sebagian lain. Mungkin manusia bisa mempercepat waktu, atau dalam kata lain pergi ke masa delan. Tapi pergi ke masa lalu? Ah, tidak mungkin, menurutku. Mengapa?
Gampang. Kita bisa pergi ke masa depan, dengan rekayasa. Bagaimana jika kita berjalan melebihi kecepatan cahaya, atau berada di suatu tempat yang perbedaan waktunya dengan bumi sangat jauh, lalu kita baru kembali ke bumi setelah beberapa waktu. Bukankah saat kembali kita sudah menemukan bumi masa depan? Ya, kita akan berada di masa depan. Tapi untuk ke masa lalu, apa yang bisa kita lakukan? Tak ada, bukan? Hanya satu yang mungkin menjadi mesin waktu untuk pergi ke masa lalu, yang lasti dimiliki semua orang. Dialah kenangan. Hanya itu yang bisa membawa kita kembali ke masa lalu.
Hei, kalaulah pergi ke masa depan memang bisa dilakukan, sudikah kau ke masa itu bersamaku? Karna aku tahu, bersamamu saat ini adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan. Entah di masa depan.
Ya. Waktu, adalah suatu dimensi ke empat yang saat ini dimiliki oleh umat manusia. Ah, tidak. Manusai saat ini belum memilikinya, hanya bisa mengetahuinya. Waktu, adalah dia yang selalu bergerak tak pernah berhenti, atau setidaknya hingga saat ini. Sampai nanti sangkakala ditiup, waktu akan terus bergerak, tiada sedikitpun berhenti. Banyak kini teori yang mulai membahas tentang waktu. Ada yang berpendapat bahwa waktu bisa memanjang dan memendek, bisa berjalan leboh cepat atau lebih lambat, tergantung dari sudut pandang orang yang menjalami waktu itu sendiri. Ya, dilatasi waktu. Banyak yang berharap dan bermimpi, bahwa pengetahuan tentang dimensi waktu ini akan terus berkembang dan berkembang. Hingga pada saatnya nanti, manusia akan benar-benar nisa menguasai waktu, baik kembali mengulang waktu, ataupun mempercepat waktu. Banyak orang bermimpi bahwa itu bisa terjadi suatu saat nanti.
Tapi, menurutku itu tak akan bisa terjadi. Mungkin sebagiannya bisa, tapi tidak sebagian lain. Mungkin manusia bisa mempercepat waktu, atau dalam kata lain pergi ke masa delan. Tapi pergi ke masa lalu? Ah, tidak mungkin, menurutku. Mengapa?
Gampang. Kita bisa pergi ke masa depan, dengan rekayasa. Bagaimana jika kita berjalan melebihi kecepatan cahaya, atau berada di suatu tempat yang perbedaan waktunya dengan bumi sangat jauh, lalu kita baru kembali ke bumi setelah beberapa waktu. Bukankah saat kembali kita sudah menemukan bumi masa depan? Ya, kita akan berada di masa depan. Tapi untuk ke masa lalu, apa yang bisa kita lakukan? Tak ada, bukan? Hanya satu yang mungkin menjadi mesin waktu untuk pergi ke masa lalu, yang lasti dimiliki semua orang. Dialah kenangan. Hanya itu yang bisa membawa kita kembali ke masa lalu.
Hei, kalaulah pergi ke masa depan memang bisa dilakukan, sudikah kau ke masa itu bersamaku? Karna aku tahu, bersamamu saat ini adalah ketidakmungkinan yang selalu aku semogakan. Entah di masa depan.
Langganan:
Postingan (Atom)