Sabtu, 20 Agustus 2016

Ya, Inilah Aku Sekarang

Mungkin teman-teman ada yang bertanya, mengapa memakai celana di atas mata kaki. Tulisan ini saya buat untuk sedikit menjawab pertanyaan itu, karena saya pribadi berpendapat bahwa memakai celana memang harus di bawah mata kaki. Saya akui bahwa masalah ini mungkin adalah masalah khilafiyah. Dalam hal ini, mungkin terdapat perbedaan pendapat atau ikhtilaf di antara para ulama, yang saya sendiri belum memiliki ilmu sampai bisa menjelaskan siapa yang berpendapat apa. Tapi di tulisan kali ini saya akan mencoba menguraikan sedikit pandangan pribadi mengapa akhirnya saya memilih untuk memegang pendapat bahwa celana ataupun kain yang dijulurkan dari atas ke bawah tidaklah diperbolehkan menutupi mata kaki. Kuy yang mau tau sila dibaca.

Alasan pertama, adalah karena saya percaya dan yakin bahwa jika seseorang benar-benar mencintai dan mengagumi seseorang, maka dia pasti akan melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan orang yang dicintainya. Bukankah ketika seorang anak laki-laki sangat mengagumi sosok ayahnya, maka dia akan berusaha mencontoh apa yang diperbuat oleh ayahnya? Bukankah ketika seseorang mengidolakan dan mengagumi tim sepak bola maka ia akan berpakaian seperti tim sepak bola tersebut? Bukankah ketika ada orang yang sangat mencintai dan mengagumi sosok anime maka dia akan rela menggunakan atribut yang sama dengan yang digunakan oleh tokoh pada anime tersebut? Ya, menurut saya pribadi, hal paling mendasar dari mengangkat celana di atas mata kaki adalah sebagai bukti nyata kecintaan dan kekaguman serta mengidolakan manusia paling mulia, paling sempurna dunia dan akhiratnya, rasulullah alaihish sholatu wassalam.

Alasan berikutnya, tentu saja karena memang terdapat 4 hadits rasulullah yang berkaitan dengan celana dan mata kaki ini. Hadits pertama, adalah bahwa rasulullah meyuruh salah seorang shahabatnya yang sholat dengan kondisi celananya menutupi mata kaki untuk mengulangi sholatnya, bahkan rasulullah dalam riwayat itu menyuruh shahabat beliau tersebut untuk mengulang wudhunya. Bukankah ini menunjukkan tidak bolehnya seorang lelaki sholat dalam keadaan mata kakinya tertutup?

Hadits yang ke dua, adalah hadits yang mengatakan bahwa kain yang panjangnya di bawah mata kaki tempatnya di neraka. Pada hadits ini, tidak ada kata-kata kesombongan. Namun, di hadits yang ke tiga yang mengatakan bahwa siapa yang celananya menutupi mata kaki dengan penuh kesombongan, tidak akan mencium bau surga. Ada yang berpendapat bahwa hadits yang ke tiga inilah yang menjadi landasan bahwa yang tidak boleh adalah memanjangkan celana dengan penuh kesombongan. Sedangkan jika kita tidak sombong, maka tidak apa-apa. Allahu a'lam, namun apa yang saya pribadi pahami berdasarkan penjelasan beberapa asatidz, adalah bahwa hadits yang ke dua telah dengan tegas menyatakan bahwa seluruh pakaian yang teruntai menutupi mata kaki, maka tempatnya adalah di neraka. Baik dengan sombong atau tidak. Bukankah dengan tidak mau menuruti perintah rasul yang merupakan pasti perintah Allah, maka kita telah sombong? Bukankah iblis tidak mau mentaati perintah Allah adalah karena kesombongannya? Bukankah dasar utama hukum islam adalah sami'na, wa atho'na. Baik ya Allah, kami telah dengar, maka kami akan patuh. Lalu mengapa ketika dikatakan bahwa yang menutupi mata kaki tempatnya di neraka saya masih tidak bisa taat? Hanya karena malu? Hanya karena tidak modis? Hanya karena tidak enak dilihat? Apa kita punya alasan selain itu sehingga tidak mau menaikkan celana sedikit? Saya yakin pasti itu alasan utamanya. Bukankah itu bentuk kesombongan, tidak mau menuruti aturan Allah hanya karena merasa malu? Saya tidak pernah tau apa alasan lain orang yang tidak mau mengangkat celananya, selain karena alasan malu. 

Hadits yang terakhir, adalah bahwa rasulullah mengatakan bahwa di akhirat nanti tidak akan mendapat pertolongan Allah, bahkan tidak akan dipandang oleh Allah, 3 golongan. Golongan itu adalah musbil, mannan, dan orang yang bersumpah palsu untuk melariskan dagangan. Dalam hadits ini, terdapat kata-kata musbil. Musbil adalah orang yang melakukan isbal, yaitu orang yang celananya menutupi mata kaki. Dalam hadits ini semakin jelas, seluruh orang yang melakukan isbal akan terkena ancaman di hadits ini, baik sombong ataupun tidak. Inilah yang paling menguatkan saya untuk memakai celana yang sedikit di atas mata kaki. Tidakkah kita takut, di saat datang waktu dimana tidak ada satu pun yang dapat menolong selain Allah, di saat hanya ada pertolongan Allah, di saat Allah benar-benar marah, dan di saat itu pula kita tidak mendapat pertolongan Allah. Maka siapa lagi yang akan kita jadikan penolong? Tidak ada, pasti tidak ada! Maka tidak takutkah kita akan hal itu? Hanya karena mata kaki yang tertutup karena malu jika diangkat sedikit dan kita menjadi tidak mendapat pertolongan Allah, bahkan tidak dipandang oleh Allah? Wal iya dzubillah.

Itulah pandangan pribadi saya dan yang membuat saya menjadi yakin untuk meniru manusia paling sempurna dan paling mulia yang pernah ada di muka bumi ini, untuk mengangkat sedikit celana agar tidak menutupi mata kaki. Ada yang berkata, nabi diutus untuk menyempurnakan akhlak, bukan potongan celana. Subhanallah, potongan celana itu termasuk akhlak saudaraku. Islam adalah agama paling sempurna, bahkan akhlak di dalam toilet pun disempurnakan oleh nabi. Apalagi masalah celana. Bukankah nabi mensyariatkan masalah potongan hijab bagi kaum hawa juga disempurnakan oleh rasul? Lalu kenapa kita protes saat rasul mengatur masalah celana bagi kaum adam? 

Saya paling heran ada yang dengan gampangnya berkata, mengatakan bahwa di neraka nanti saat seseorang bertemu dengan hitler, lalu hitler bertanya berapa orang yang telah dibunuh orang tersebut. Orang itu menjawab bahwa ia tidak membunuh satu orang pun, tapi ia masuk neraka karena celananya di bawah mata kaki. Lalu hitler pun menertawakannya dengan terbahak-bahak karena alasan itu. Subhanallah, pertama saudaraku, tidak ada di neraka orang yang tertawa. Sama sekali tidak ada. Dan yang ke dua, ketahuilah bahwa neraka juga punya tingkatan. Tidak mungkin orang yang masuk neraka karena berbuat berbagai maksiat bahkan ia musyrik, akan sama levelnya dengan orang yang masuk neraka karena mungkin sedikit dosanya. Kemudian, ketahuilah teman, seseorang tidak akan masuk surga ataupun neraka karena apa yang telah dilakukannya. Seseorang masuk surga adalah karena Allah ridho padanya, dan seseorang masuk neraka adalah karena Allah tidak ridho padanya untuk memasuki surga.  Tapi, bagaimana bisa Allah akan ridho kepada kita jika kita tidak mau mengikuti syariat-Nya, hanya karena merasa malu dilihat manusia? Surga hanya bisa diraih dengan ridho Allah, dan sungguh ridho Allah hanya bisa diraih jika kita selalu berusaha menjalankan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Terakhir, yang berkata bahwa yang penting tidak sombong, dari pada yang tidak isbal tapi sombong. Maka untuk hal ini, orang yang isbal tapi tidak sombong akan terkena ancaman karena isbalnya. Dan yang tidak isbal tapi sombong, maka dia akan terkena ancaman karena sombongnya. Dua hal itu  adalah dua pembahasan yang berbeda. Itulah beberapa alasan mengapa saya sekarang memilih untuk tidak isbal, atau tidak menutupi mata kaki. Tapi kembali lagi, mungkin ini memang masalah khilafiyah yang ada perbedaan pendapat ulama di dalamnya. Maka silahkan pegang pendapat yang menurut kita benar. Tujuan saya ini hanya ingin menyampaikan pandangan. Allahu a'lam.

Dan untuk menutup tulisan ini, saya ingin berkata, ya inilah aku sekarang. Inilah aku yang berusaha mencontoh semua yang dilakukan oleh manusia terbaik yang pernah hidup di bumi, sejak Nabi Adam sampai hari kiamat. Tidak ada manusia yang lebih  baik darinya. Saya hanya ingin menjadi sepertinya, agar bisa berkumpul dengannya nanti di kampung halaman kita. Allahumma sholli wa sallim ala Muhammad.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar