Kayanya bahasan tentang nikah sedang naik daun sekarang, saya jadi tertarik ikut menyemarakkan bahasan itu. Semoga daun yang dinaikinya masih cukup luas buat nampung tulisan ini.
Nikah, berasal dari Bahasa Arab nakaha-yankihu. Yang artinya, bisa pembaca temukan sendirilah ya artinya di kamus bahasa arab. Atau di gugel juga bertebaran pastinya. Bukan itu yang mau diangkat di tulisan ini. Tapi ada beberapa hal lain yang ingin saya opinikan tentang nikah di tulisan ini. Apa itu? Kuy dilanjut bacanya.
Pertama, sekarang terdapat perbedaan pendapat di kalangan kaula muda tentang kapan sebaiknya seseorang menikah. Sebagian ada yang berpendapat kalau menikah itu jangan diburu-buru, sebagian lain berpendapat bahwa sebaiknya nikah disegerakan, dan ada juga yang berpendapat nikah yaudahlah kapannya biarkan takdir yang menentukan kita tunggu saja. Di sini saya ingin menanggapi satu persatu, menurut opini pribadi.
Menanggapi pendapat nikah jangan buru-buru, masih banyak yang bisa dilakukan seseorang sebelum nikah, baik lelaki maupun perempuan. Baik, tentunya ini sudah banyak yang mengatakan bahwa siapa bilang dengan menikah seseorang akan menjadi tidak bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukannya ketika dia belum menikah. Tentu saja dia, atau kita, tetap bisa melakukannya. Kecuali dalam hal kedekatan dengan lawan jenis, dan itu pasti. Justru itu adalah manfaat utama menikah, menjaga pandangan dan pergaulan. Tapi, dalam hal selain itu tidak akan ada masalah. Yang mau lanjut belajar, bisa. Yang mau kerja, bisa. Yang mau buka usaha, bisa. Yang mau gendong anak, apalagi. Tapi mungkin buat yang perempuan, ada memang yang suaminya tidak mengizinkan dia buat ngelakuin sesuatu. Contoh, ada orang yang tidak ingin istrinya bekerja. Jika kasusnya seperti ini, memang bagi perempuan yang ingin berkarir akan menjadi suatu penghalang baginya. Namun solusinya gampang sekali. Kalau ada laki-laki yang ngelamar, kasih syarat kalau mau nikah dengan saya izinkan saya kerja. Kalau dia gak mau yowes, sok cari perempuan lain yang mau nikah dan dilarang kerja. Gampang toh, tinggal tolak lamarannya beres.
Tapi ya kembali lagi, menyegerakan menikah menurut opini saya adalah yang terbaik. Kenapa? Karena jelas menyegerakan menikah adalah sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan beliau berkata barang siapa yang tidak mau mengikuti sunnahku maka dia bukan ummatku. Dan pasti setiap syariat ada hikmahnya. Jelas, menikah akan menundukkan pandangan, kecuali mungkin buat yang memang terbiasa matanya kemana-mana. Saya pribadi masih tidak habis fikir, bagaimana seorang yang berusia muda entah itu laki-laki atau perempuan, bisa bertahan dalam kesendirian tanpa memikirkan seorang pun. Menurut opini saya pribadi, tidak mungkin seseorang bisa tidak memikirkan lawan jenis, apalagi di usia muda. Kalaupun bisa, sepertinya membutuhkan usaha yang sangat keras. Terlebih lagi di zaman sekarang ini. Orang berduaan ada di mana-mana. Kayanya gak mungkin orang normal gak ada rasa iri walaupun sedikit melihat orang yang sedang berduaan. Mungkin ada yang bilang, makanya sibukkan diri dengan hal-hal positif. Bukankah menikah memiliki jauh lebih banyak hal-hal positif di dalamnya? Bahkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengatakan bahwa salah satu dari pekerjaan yang tidak akan pernah sia-sia di mata Allah Azza wa Jalla, adalah obrolan antara seseorang dengan pasangan yang halal. Tuh. Ngobrol gak jelas itu pekerjaan yang sia-sia. Apa lagi ngobrolnya sampai begadang, makin sia-sia itu pekerjaannya. Ngabisin waktu, gak ada manfaat, gak dapat pahala, malah dosa mungkin. Tapi kalau ngobrol gak jelasnya sama suami/istri, Allah senang dengan hal itu. Adakah yang lebih baik dari pada membuat Allah senang? Padahal cuma ngobrol, gak jelas lagi yang diomongin. Apalagi kalau kita kerja demi istri, berdandan demi suami. Betapa banyaknya pahal yang bisa diperoleh dari pernikahan. Bahkan surga bisa diperoleh dengan pernikahan buat yang perempuan.
Untuk hal-hal seperti ngejar karir, kuliah yang tinggi, opini saya pribadi sih menikah lebih bermanfaat dari itu. Karena nikah gak pernah menghalangi kita untuk hal-hal itu, tapi hal-hal itu yang menghalangi kita untuk nikah. Berarti lebih baik yang mana? Ngejar karir dan kuliah hukum asalnya adalah mubah, tapi nikah sunnah. Berarti lebih baik yang mana? Apalagi kalau karir dan kuliahnya sambil pacaran.
Untuk yang mengatakan nikah harus disegerakan. Mungkin pendapat ini banyak benarnya, menurut saya. Tapi jangan sampai menyegerakan menikah hanya karena ingin menghalalkan hubungan biologis. Walaupun sebenarnya hal ini benar, itulah manfaat utama menikah, menghalalkan hubungan biologis agar tidak terjadi zina. Apalagi untuk anak muda yang memang hasrat biologisnya tinggi, katanya. Tapi jangan sampai menikah namun sama sekali belum punya sumber pendapatan. Terutama bagi para laki-laki. Karena setelah akad, seluruh tanggung jawab istri ada di tangan suami. Tidak ada lagi tanggung jawab sang istri yang berada di tangan ayahnya. Jadi kalau menikah waktu istri masih kuliah, ya memang yang bayar uang kulaih dan semua tetek bengeknya adalah dengan uang suami. Lah kalau gak ada penghasilan piye mas, jangan sok-sok minta nikah karena biar gak pacaran deh. Omong kosong itu. Tapi sebaliknya, kalau memang udah ada penghasilan yowes sok kalau memang ada yang mau. Walaupun cuma 1 juta perbulan atau walaupun penghasilan gak tetap jumlahnya. Gak ada syarat nikah berpenghasilan tetap atau berpenghasilan besar. Rezki itu Allah yang jamin. Di tulisan sebelum ini saya udah mengutip kalimat seorang ustad dan ahli ekonomi islam, yang intinya kalau ada yang bilang kalau saya nikah nanti istri mau dikasih makan apa, berarti dia mengingkari sifat rububiyah Allah yang Maha Pemberi Rezki. Manusia hanya harus berusaha. Setelah berusaha udah itu urusan Allah. Jadi mau penghasilan kecil atau besar, tetap atau nggak, yaudah itu urusan Allah kalau kita udah usaha. Tapi ya susahnya paling nyari pasangan yang mau nerima keadaan penghasilan itu, hehe. Nah kalau ada yang mau, mbok ya jangan takut toh mas e. Dulu 9 bulan ri perut ibu gak pernah mikir toh mau makan gimana ya caranya. Karena urusan makan itu udah dijamin Allah untuk semua makhluk-Nya, tanpa terkecuali. Allah gak pernah ingkar janji, percayalah.
Jadi intinya menurut saya, laki-laki yang kiranya udah ada penghasilan, nikahlah. Banyak dosa dari mata kita ini. Buat yang perempuan, jangan terlalu gak mau nikah. Untuk ngurus anak gak perlu gelar megister. Bahkan sarjana pun gak perlu. Itu ada kan berita anak seorang (maaf) pemulung dapat gelar cum laude. Dan betapa banyaknya anak orang tidak sekolah jadi hafizh quran, bahkan jadi seorang ulama. Gak ada hubungannya gelar dunia dengan kualitas anak. Percayalah, kualitas seorang anak ditentukan oleh ilmu agama dan akhlak yang dimiliki orang tuanya. Bukan ilmu dunianya.
Dan terakhir, jangan menunggu jodoh, baik laki-laki atau perempuan. Jodoh itu rezki, gak mungkin ujug-ujug datang. Harus usaha. Jangan bilang tunggu takdir. Lah kalau didiamkan gak dicari ya takdirnya jadi begitu, jadi gak dapat-dapat. Jadi jodoh gak pasti datang sendiri ya, hati-hati loh jangan mau nunggu diam aja.
Allahu a'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar