Tuhan, aku jauh lebih suka ciptaan-Mu dibandingkan cipataannya ciptaan-Mu. Ya, aku lebih suka mahakarya-Mu dibandingkan mahakarya manusia, apapun!
Aku pernah diperlihatkan berbagai gedung tinggi ciptaan manusia, mewah, pencakarlangit. Mereka menyebut itu sangat indah. Tapi buatku, itu biasa saja. Karena aku pernah Engkau perlihatkan berbagai gunung ciptaan-Mu. Tak ada sedikitpun kemewahan disana malah kesederhanaanlah yang diajarkannya. Dia bukan pencakar langit, dialah sang penopang langit. Aku lebih suka padanya, pada gunung, dibandingkan pada gedung. Aku jauh lebih tertarik berjalan di gunung, daripada di gedung.
Aku pernah melihat bagaimana kilau kemilaunya lampu-lampu kota, berbagai warna, sangat indah dipandang dari ketinggian, kata mereka. Tapi buatku, itu biasa saja. Karena aku pernah Engkau perlihatkan kerlipan cahaya buatan-Mu, cahaya bintang gemintang di langit malam. Menenangkan, tak pernah sedikitpun menyilaukan. Aku jauh lebih menyukai cahaya bintang, daripada cahaya lampu.
Aku pernah mendengar berbagai jenis irama, bertempo pelan dan cepat, bisa mempengaruhi suasana hati, kata mereka. Tapi buatku, itu biasa saja. Karena Engkau pernah memperdengarkan padaku suara semesta-Mu, yag jauh lebih merdu. Lebih menenangkan, meskipun tanpa tempo sedikitpun. Aku lebih suka suara semesta, daripada alunan musik.
Dan dari semua ciptaan-Mu yang indah, Kau begitu luar biasa telah menciptakan dia, yang bisa mengalihkan keindahan ciptaan-Mu yang lain. Dia, yang saat bersamanya gunung bukan lagi untuk menikmati kesendirian, tapi untuk menikmati kebersamaan. Dia, yang saat bersamanya bintang menjadi terlihat sedikit, kalah oleh pesonanya. Dia, yang saat bersamanya bukan suara semesta yang ingin didengar, tapi semua kisahnya.
Karena dia, begitu indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar