Jalan-jalan, man!
|
para pendaki gunung papandayan |
Ya, kemarin saya baru saja kembali dari sebuah perjalanan
yang mendekatkan diri dengan alam. Bersama Sembilan orang teman lain, kami
bersepuluh melakukan perjalanan ke salah satu gunung terindah dari sekian
banyak gunung-gunung indah di alam Indonesia ini. Kami baru saja melakukan
pendakian gunung papandayan!
|
salam indah dari papandayan |
Awalnya, anggota kelompok kami yang berasal dari Unit Kebudayaan
Melayu Riau ITB ini berjumlah sebelas orang. Namun di hari keberangkatan,
tepatnya hari Jumat malam, salah seorang anggota mengundurkan diri, dikarenakan
sakit mendadak yang ia rasakan. Jadilah kami hanya beranggotakan sepuluh orang,
termasuk saya. Karena perjalanan akan dimulai Sabtu subuh, kami semua sepakat
untuk tidur di satu tempat yang sama, agar tidak ada yang ketinggalan akibat bangun
kesiangan. Hasilnya, rencana kami berhasil!
Kami memulai perjalanan di Hari Sabtu sehabis sholat subuh,
berangkat menuju terminal cicaheum bandung. Sesampainya di terminal cicaheum,
melihat rombongan kami yang memakai carrier, para sopir dan kenek kendaraan
umum di terminal lansung menghampiri dan menghujani kami dengan pertanyaan,’mau ke mana mas, garut ya?’ Ya, gunung
papandayan memang berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Mungkin, abang-abang
itu bisa menebak tujuan kami dari carier yang bersandang di punggung kami. Tapi
kami lebih memilih untuk membeli sarapan terlebih dahulu. Dan roti bakar pun
menjadi pilihan kami untuk mengisi perut di pagi itu.
Setelah roti bakar kami matang, kami langsung menaiki bis
tujuan Garut, untuk segera memulai perjalanan. Bis dari Bandung menuju Garut
ini umumnya bertarif 15 ribu. Tapi dengan sedikit ilmu lobi-lobi, kami cukup
membayar 13 ribu untuk bisa sampai di terminal Guntur, Garut. Singkat cerita,
setelah 3 jam perjalanan, kami pun sampai di terminal Guntur, Garut. Dari sana,
kami langsung menaiki angkot untuk menuju pertigaan cisurupan. Biaya angkot
dari terminal Guntur menuju pertigaan cisurupan ini adalah 10 ribu perorangnya.
Ketika sampai di pertigaan cisurupan, kami langsung ditawari untuk menaiki
mobil bak terbuka untuk menuju gerbang awal pendakian gunung papandayan. Daripada
berlama-lama, kami langusng setuju untuk menaiki salah satu mobil bak terbuka
tersebut dengan tarif 20 ribu perorangnya. Jalan yang dilewati dari cisurupan
menuju gerbang awal pendakian gunung papandayan ini terbilang sangat menarik. Diawal,
kita akan disuguhi perumahan penduduk yang dihuni oleh orang-orang yang sangat
ramah, selalu tersenyum ketika kita melewati mereka. Ah, ramah memang ciri
orang Indonesia, bukan? Setelahnya, kita akan melewati track jalan yang
berlubang, dan bisa dibilang lubang di jalannya sangat dalam. Itu membuat mobil
bak terbuka harus melewatinya dengan hati-hati. Kita yang berada di atasnya? Tentu
saja akan sangat menikmati goyangan si mobil akibat jalan berlubang itu, cukup
munimbulkan adrenalin.
|
di atas mobil bak terbuka |
Setelah sekitar 20 menit perjalanan di atas mobil bak
terbuka, kami pun sampai di gerbang awal pendakian gunung papandayan. Di sini
para pendaki diharuskan melakukan pendaftaran dan membayar uang registrasi
sebesar 4 ribu perorangnya. Harga yang sangat murah dibandingkan dengan
pemandangan yang akan disuguhi oleh alam gunung papandayan. Di area gerbang
awal pendakian ini juga terdapat warung-warung yang menjual berbagai jenis
makanan, camilan, minuman, dan aksesoris gunung. Di tempat ini juga masih
tersedia kamar kecil untuk para pendaki yang mungkin ingin buarng air terlebih
dahulu sebelum atau sesudah melakukan pendakian.
Setelah persiapan sebelum naik dimatangkan, kami pun memulai
pendakian gunung papandayan. Di awal pendakian, kita akan melewati jalan berupa
bebatuan dan disuguhi pemandangan berupa kawah bekas letusan gunung papandayan
di tahun 2002, yang sampai saat ini kawah tersebut masih aktif mengeluarkan gas
belerang. Sangat disarankan untuk menggunakan masker di track awal pendakian
ini, sebab menghirup gas belerang bisa membuat pusing, bahkan pingsan. Tapi jangan
khawatir, pemandangan alam Indonesia yang tersaji sangat bisa membuat kita
tidak terpengaruh oleh gas belerang yang kita hirup.
|
track awal pendakian yang berbatu |
|
gas belerang yang menemani di awal pendakian |
Setelah melewati track kawah bebtuan dan penuh dengan gas
belerang, kita akan melewati jalan yang cukup kecil. Kita juga akan melewati
sebuah sungai kecil, bisa digunakan untuk membasuh muka agar mengembalikan
kesegaran. Jika ingin sedikit menyusuri sungai ini, kita akan disajikan
pemandangan berupa sebuah curug. Keindahan alam yang sungguh luar biasa!
|
sungai mengalir jernih |
|
curug yang akan ditemui di perjalanan |
Setelah sedikit membasuh muka, kami kembali melanjutkan
perjalanan. Kali ini jalan yang dilalui adalah jalan setapak. Kita akan
disuguhi fenomena bentukan alam berupa singkapan (credit to Angga), sebelum
akhirya sampai di pondok saladah, tempat terkahir di mana kita bisa mendirikan
tenda untuk bermalam. Kami pun segera mencari spot yang nyaman untuk mendirikan
tenda. Setelah selesai mendirikan tenda, kami melakukan kegiatan
bersenang-senang (baca: ngaso, foto-foto, main air, makan, tidur, main , nyanyi,
apapun). Tak terasa malam pun datang menjemput. Setelah puas melihat beribu bintang
di langit, hujan meteor yang kami harapkan tidak kunjung terlihat, dan api
unggun yang tak kunjung nyala, kami memutuskan untuk tidur, dan berencana
melanjutkan perjalanan esok, jam 4 pagi. Semua terlelap dalam dinginnya malam
gunung.
Pukul setengah 4 pagi kami semua telah terbangun. Dengan persiapan
seadanya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung papandayan. Jalur
yang kami pilih adalah jalur melewati hutan mati (death forrest). Namun,
sebelum mencapai hutan mati, kami sedikit tersesat di gelapnya malam di tengah
hutan gunung papandayan. Kami baru berhasil kembali ke jalur yang benar saat fajar
telah muncul di ufuk timur. Beruntung, kami masih bisa menikmati terbitnya sang
mentari (sunrise) dari hutan mati. Kembali, pemandangan kawah bekas letusan
yang dipadukan dengan temaramnya warna sang mentari yang muncul malu-malu,
adalah suatu kombinasi pemandangan yang sangat luar biasa!
|
salam dari mentari pagi gunung papandayan |
“Indah sekali negeri ini, Tuhan. Izinkan kami selalu
menjaganya.”
Meski belum terlalu puas, kami memilih untuk melanjutkan
perjalanan. Dari hutan mati ini, kami menempuh perjalanan mendaki yang cukup
menantang. Kemiringan tanjakan menuju tegal alun ini hampir mencapai 45
derajat. Cukup membuat produksi adrenalin menjadi lebih cepat. Dan setelah sekitar
setengah jam berjalan, kami akhirnya sampai di tempat tujuan, tempat tertinggi
gunung papandayan, tegal alun. Tegal alun adalah suatu padang edelweiss yang sangat
luas. Pemandangan yang sangat menyejukkan hati dan fikiran. Apalagi ditambah dengan
hijaunya hutan dilembah-lembah sekitarnya. Ah, indahnya alam mu, Indonesiaku.
|
tegal alun, padang edelweis |
|
lembah pinggiran tegal alun |
Setelah puas bersama alam tegal
alun, kami pun turun kembali, menuju pondok saladah untuk terlebih dahulu
mengambil barang yang tadi kami tinggalkan di tenda. Selesai beberes barang dan
tenda, kami segera memulai perjalanan turun. Waktu yang dibutuhkan untuk turun
pastinya lebih cepat dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk naik. Dan hanya
dalam waktu 2 jam, kami telah kembali sampai di gerbang awal. Di gerbang awal
ini kita harus kembali melapor bahwa kita telah selesai melakukan pendakian, dan
juga meletakkan sampah yang kita bawa dari gunung di tempatnya demi menjaga
kebersihan alam. Setelahnya, kami pun kembali ke bandung, dengan cara yang sama
seperti berangkat. Yaitu dengan menaiki mobil bak terbuka dari gerbang awal ke
cisurupan dengan biaya 20 ribu perorangnya, lalu naik angkot menuju terminal Guntur
dengan biaya 10 ribu perorangnya, dan terakhir naik bis tujuan bandung dengan biaya
15 ribu perorangnya. Perjalanan kami kali ini ditutup dengan berpisah menuju
kamar kost masing-masing.
Satu hal yang pasti, alam Indonesia
ini sungguh sangat luar biasa indahnya. Jangan pernah sia-siakan itu. Berjalanlah
di bumi Ibu Pertiwi, ke mana pun! Karena dengannya, akan kita temukan bahwa
Indonesia memang negeri yang sangat indah, sangat rupawan. Salam cinta untuk
Indonesia ku!
Terakhir, sedikit senyuman dari
gunung papandayan, Garut, Jawa Barat, Indonesia.
|
ada monster jatuh dari langit |
|
ksatria edelweis, berubah! |
|
jarang-jarang foto di depan curug :v |
|
habis naik tanjakan mamang, letih pisan euy! |
|
ampun, bang! |
|
menikmati indahnya alam #galau |
|
wudhu di telaga hutan mati |
|
boyband hutan mati |
|
menantang mentari |
|
UKMR Naik Gunung Jilid #1 |