ke tujuh anak (satunya moto) |
Petualangan mereka kembali berlanjut! Ya, 7 anak pendaki
semeru melanjutkan perjalanan mereka menuju tempat peristirahatan pertama bagi
mereka, di mana di sana mereka akan bisa mendirikan tenda untuk bermalam,
menyalakan api unggun untuk menghangatkan tubuh, memasak makanan berat untuk
mengisi perut mereka yang telah mulai kosong, dan yang pasti menikmati alam lukisan
sang Maha Indah yang terbentang di kaki gunung semeru, lukisan danau di atas
langit, yang terbentang indah dintara pebukitan yang mengelilinginya, ranu
kumbolo.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan setelah dirasa cukup
untuk rehat mengembalikan ‘sedikit’ tenaga di pos peristirahatan 3. Dengan motivasi
lebih akan segera bertemu ranu kumbolo, mereka berangkat, tanpa tahu medan dan
rintangan apa yang akan mereka temui nantinya.
Baru beberapa meter jauhnya mereka meninggalkan pos 3,
mereka sudah diuji, dicoba ketangguhan dan keinginan mereka untuk mencapai
tujuan. Mereka bertemu medan menanjak yang kemiringannya membentuk sudut melebihi
45 derajat. Tanjakan yang juga memiliki harus mereka tempuh itu lumayan
panjang, sekitar 20 meter jauhnya mereka harus menanjak di tanjakan itu. Belum lagi
kondisi itu dipersulit oleh medan basah di tanjakan itu akibat hujan yang
memang baru saja berhenti mengguyur daerah pegunungan itu. Tak ayal, terpeleset
adalah hal yang acap kali mereka alami di sini. Bahkan, mereka sampai harus mengambil
posisi merangkak, berlutut, agar bisa mendaki tanjakan yang cukup berbahaya itu. Hati-hati dalam
mengambil langkah dan pijakan harus selalu mereka lakukan. Sebab sedikit saja
salah menginjak, bisa bisa mereka terperosok dan terbawa licinnya tanah, menuju
jurang yang ada di kiri mereka. Wapada terhadap tanah bekas pijakan teman di
depan mereka adalah hal yang selalu mereka perhatikan. Sebab jika tidak, mata
mereka akan menanggung akibatnya, kemasukan lumpur basah. Tapi, kebersamaan dan
tolong menolong diantara mereka menjadi kunci bagi mereka hingga berhasil
mencapai puncak tanjakan ini. Meski pakaian, celana hingga bahkan baju mereka
penuh lumpur akibat posisi mereka saat menanjak hampir menyerupai orang merayap,
mereka tetap berhasil melewati rintangan ini. Karena susahnya melewati tanjakan
ini, ditambah lagi medan sebelum tanjakan ini tidak ada apa-apanya jika
dibandingkan dengan tanjakan ini, mereka member julukan padanya, tanjakan
surprise!
Setelah tanjakan itu, mereka kembali menemui
hadangan-hadangan berupa jalan licin akibat dibasahi guyuran hujan yang telah
reda. Beberapa kali salah satu diantara mereka terpeleset. Belakangan diakui
oleh orang yang sering terpeleset ini bahwasanya ia memang kurang konsentrasi,
akibat menahan panggilan alam (buang air) yang sudah ditahannya sedari di pos 3
tadi. Berulang kali ia terpeleset. Untung baginya tidak sampai membuat kakinya
terkilir, keseleo. Hanya membuat teman-temannya yang lain jantungan dan
kepayahan menolongnya yang tergelincir. Perjalanan mereka lanjutkan, walau
kecepatan berjalan mereka menjadi lebih lambat karena menolong temannya yang
sering terpeleset itu.
Akibat jalan mereka yang semakin lambat, sudah 2 jam lebih
mereka berjalan. Belum ada tanda-tanda penampakan dari ranu kumbolo. Kelelahan sudah
mulai menggerogoti seluruh tubuh mereka, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ternyata
memang, mereka ketahui kemudian, bahwa perjalanan menuju pos 4 ini adalah
perjalanan dengan jarak antar pos terjauh sebelum mencapai ranu kumbolo. Mereka
terlanjur menganggap bahwa pos 4 sudah dekat, dari petunjuk jarak yang mereka
baca. mereka tidak membandingkan jaraknya dengan jarak antar pos sebelumnya.
Hari mulai gelap. Kabut senja mulai menyelimuti mereka. Pandangan
mereka sangat terbatas. Hanya 2 meter ke depan! Keputus-asaan mulai menghantui mereka. Pikiran buruk mulai merasuki pikiran mereka. Kenapa tidak
juga sampai mereka di pos 4, kenapa mereka belum juga sampai di ranu kumbolo. Pertanyaan
keputusasaan di benak mereka. Mereka lelah, 5 jam lebih telah berjalan. Harapan
yang mereka harapkan belum juga terlihat. Ditambah senter yang dibawa oleh
beberapa diantara mereka hanya senter handphone, yang cahanya bisa dikatakan
sangat tidak membantu penglihatan mereka. Hingga dari 7 orang jumlah mereka,
hanya 5 senter yang mereka gunakan di kegelapan senja yang telah menyelimuti
mereka. Orang terdepan yang memimpin jalan mereka, yang sebelumnya selalu
meneriakkan semangat kepada ke 6 temannya yang lain, kini mulai diselimuti
putus asa. Kini, hanya tinggal doa yang masing-masing mereka lontarkan di
fikiran mereka. Tiada lagi teriakan semangat. Tiada lagi percakapan dan obrolan
keceriaan. Tiada lagi nyanyian riang yang terlontar dari mulut mereka. Semuanya
panik.
Hingga akhirnya, mereka melihat sebuah pondok, yang
bentuknya mirip dengan pondok-pondok yang ada di pos-pos sebelumnya, pos 1, 2,
dan 3. Mereka menghampiri pondok itu, duduk, isirahat. Mereka lumayan bersyukur
karena menemukan tempat untuk beristirahat. Namun, mereka juga kecewa, dan
putus asa. Di tiang pondok itu mereka temukan kayu dengan tulisan padanya,
tulisan ‘pos 4’. Mereka kecewa. Harapan mereka bahwa pos 4 adalah ranu kumbolo
pudar, hilang, lenyap tertelan tulisan itu. Mereka putus asa untuk bisa
mencapai dan menginap di ranu kumbolo malam itu. Mereka sedih, kecewa, dan putus
asa.
Lalu, apakah yang akan mereka lakukan dengan seluruh
kekecewaan dan keputus asaan itu? Tunggu saja kalnjutan kisah mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar