inlah ke tujuh anak itu (satunya moto) |
Perkataan yang terlontar dari seorang yang ku kagumi, ku
hormati, dan ku segani. Diceramahi panjang lebar, tapi bagiku, itu sangat
bermakna. Sebagai seorang pecinta alam, aku tersadar dengan perkataannya kala
itu. Ternyata, alam tidak hanya menyediakan sekadar keindahan untuk kita
nimkmati. Tidak hanya pandangan jasmani yang ditunjukkan oleh alam, tapi juga
pandangan rohani, sebuah pembelajaran. Pembelajaran yang telah dipersiapkan dengan sangat hebat luar biasa, oleh sang maha pencipta, sang maha kuasa, pemilik seluruh semesta alam dan isinya.
Mungkin, disini akan mulai diceritakan bagaimana kisah
kembara 7 anak, yang berusaha mencari pembelajaran dari alam, sembari menguak keindahan gunung tertinggi di tanah jawa, semeru, beserta puncaknya, istana para dewa, mahameru.
Bagi siapapun penikmat dan pecinta gunung, pasti tahu. Selama
perjalanan, alam tak kan pernah mentolerir sedikitpun kesalahan yang kita
lakukan. Mulai dari persiapan yang matang. Bayangkan, apa jadinya seorang
pendaki tanpa membawa tenda, dimana mereka berteduh dan berlindung, tanpa ada
makanan yang cukup, apa mereka bisa mencari makanan di alam liar sana? Ah, sebuah
pertanyaan yang tak perlu dijawablah.
Ke tujuh anak ini, memahami itu secara jelas. Mereka berusaha
mempersiapkan segala sesutunya sebelum berangkat menuju istana para dewa. Mulai
dari peralatan dan bekal yang harus dibawa, surat yang dibutuhkan, hingga fisik
dan mental dengan berolahraga lebih dari biasanya dan meminta izin tentunya
(sebetulnya ada yang tidak berolahraga). Mereka mencoba mempersiapkan dengan
matang, hingga hari keberangkatan tiba. Barang bawaan mereka terkemas di dalam
tas yang akan mereka bawa, tidak dapat dikatakan rapih, malah serabutan. Untungnya,
alam mengajarkan sesuatu kepada mereka, saling tolong menolong. sesampainya di stasiun malang, mereka bertemu
dengan dua orang pemuda, yang membutuhkan bantuan untuk menyewa mobil menuju
lokasi, dan mereka mau diajak menyewa bersama. Dan dua pemuda inilah yang kemudian
membantu, lebih tepatnya sangat membantu, dengan meneluarkan semua barang
mereka dari dalam tas, dan menata ulang semua barang tersebut. Alam mengajarkan,
yang dibutuhkan di dunia ini adalah teman, yang dengan senang hati saling
menolong. Mereka pun terbantu.
Namun, ternyata alam kembali mengajarkan sesuatu. Tidak hanya
sebatas persiapan yang dibutuhkan untuk melakukan sesuatu yang menuntut
keberhasilan dan tantangan yang besar. Tapi persiapan yang matang dengan telah
belajar banyak tentang hal yang harus dipersiapkan. Karena, sesampainya mereka
dilokasi pendakian, di Ranu Pane, salah satu dari tujuh anak ini (sebut saja namanya Wawi) mengalami
rasa mual, yang ternyata dikarenakan oleh perubahan tekanan dan ketinggian
secara mendadak dan drastis, yang membuat munculnya gejala tersebut. Ke tujuh
anak itu sama sekali tidak mengetahuinya. Dan tiadalah satu pun dari mereka
yang membawa obat yang dapat mengatasi hal itu. Tertundalah perjalanan mereka
selama lebih kurang 60 menit. Dan setelah si Wawi baikan (karena udah tidur
sejam lebih), ke tujuh anak itu pun akhirnya memulai perjalanan, menuju istana
para dewa. Dan nantinya, mereka masih akan mendapat banyak sekali pembelajaran
dari alam yang mereka pijak, lalui, dan nikmati.
Wawi...?! hmm... temen kamar doni kah itu..? haha :D
BalasHapusasiik nih bun :D
siapa lagi don, haha
BalasHapustapi, ssstt, diam2 aja lah don