Minggu, 26 April 2015

Dia

Mungkin dia tak pernah takut akan kegagalan.
Mungkin dia tak pernah bersedih saat kegagalan itu menghampirinya.
Mungkin dia terlihat kuat walaupun semua orang telah menganggapnya payah dan gagal.
Tapi lihatlah ia sekarang.
Ia tampak rapuh.
Ia tampak payah.
Ia tampak murung.
Ia jatuh dan terpuruk.
Karena yang paling menyakitkan untuknya adalah bahwa orang yang selama ini mendukung dan menguatkannya, kini telah menganggap bahwa ia memang salah
Bahwa ia telah gagal
Bahwa ia telah membuat kecewa orang yang tak pernah ia ingin kecewakan
Bahwa ketakutan itu kini menghampirinya
Ketakutan yang selama ini paling ia benci

Selasa, 21 April 2015

Cerita Kita

Aku ingin bercerita sedikit, tentang aku dan kamu - tentang kita. Bolehkan?
Ini adalah cerita singkat tentang permulaan kita. Tidak, kali ini bukan tentang bagaimana proses kita bertemu pertama kali; atau dalam hal ini mungkin lebih tepatnya aku memperhatikanmu pertama kali. Bukan itu yang ingin aku ceritakan padamu di sini, bukan tentang gadis kecil berbaju garis ungu. Bukan kok, sama sekali bukan tentang itu.

Aku hanya ingin sedikit bercerita bagaimana kau bisa menjadi begitu berarti untukku.
Bagaimana? Awalnya adalah saat aku mulai menemukan dan menyadari kebahagiaan itu selalu ada jika berada di dekatmu. Saat aku mulai dan selalu merasa kepayahan untuk menahan senyumku saat bertatapan denganmu. Saat aku merasa, seakan kau bisa membawa kebahagiaan yang tiada habisnya untukku. Aku merasa ada sesuatu padamu.

I can say that you are the right girl in the right time for me. Karena sejujurnya aku sudah mulai tak peduli dengan yang namanya cinta, sampai kau hadir dan memberiku sedikit cahaya harapan itu. Saat itu aku memutuskan untuk mencoba mengikuti cahayamu itu. Dan entah bagaimana, aku merasa bahwa aku menemukan cinta itu di palung hatimu. Sejak saat itu, aku sangat ingin tenggelam ke dalamnya, tapi aku tak bisa. Hatimu saat itu masih gelap untukku. Hanya sedikit cahaya yang kau beri untukku.

Itulah sedikit ceritaku tentang kita, yang telah berlalu. Maka kini, biarkan aku mengatakannya, izinkanlah aku untuk menyelami palung hatimu itu sampai ke bagiannya yang terdalam. Terangilah jalanku untuk menggapai cintamu, agar aku bisa melabuhkan separuh jiwaku hanya untukmu. Agar aku bisa selalu menjadi tempatu kembali dan bersandar. Agar aku dan kamu selalu jadi kita.

Jumat, 10 April 2015

Ada Apa, Kenapa, Mengapa

Mengapa kau pergi wahai waktu
Ku kira kau akan selalu menunggu
Menemani saat ku termangu
Tapi kau tetap meninggalkanku
Tinggalkanku sendiri ditelan bayang semu

Mengapa kau menghilang wahai bulan
Begitu saja lenyap bagai ada yang menelan
Tak bisakah kau temani diriku yang kian rentan
Jiwaku sudah tak sanggup melawan
Tanpamu aku kan dilahap kegelapan

Mengapa kau tak memanggilku lagi wahai gunung
Tak ibakah kau melihatku kini mematung
Kau biarkan mimpiku tentangmu terus saja menggantung
Dan tak bisa ku gapai seakan ku dipasung
Padahal dalam hati ku selalu meraung

Mengapa kau begitu dingin wahai malam
Terus saja membuat menggigil dalam masa suram
Dihempaskan lebih dalam ke dalam bayang kelam
Mengubur semua harapan lebih dalam
Bahkan api semangat itupun kau buat padam

Ada apa dengan kalian semua
Mengapa kalian menjadi begitu berbeda
Aku sudah sangat lelah dengan dunia
Hanya kalian yang bisa membuatku lega
Tapi mengapa kalian kini malah menambah luka

Ku kira waktu mau menunggu, nyatanya ia tetap berlalu
Ku kira itu cahaya terang bulan, nyatanya hanya cahaya lampu
Ku kira gunung setia memanggilku, nyatanya aku yang mendambamu
Ku kira malam selalu menyejukkan
Nyatanya dinginnya malam ini membuatku merindukan kehadirannya yang selalu mengahatkanku

Kamis, 09 April 2015

Apapun Itu

Untuk apa kalian mencoba dan meberanikan diri, temanku?

Kalian pasti memiliki pandangan masing-masing tentang hal ini. Tapi aku yakin, kalian juga pasti memiliki sedikit banyak kegelisahan dengan apa yang saat ini ada di tempat kita berada. Kegelisahan bahwa masih sangat banyak mungkin yang harus dibenahi. Bahkan bukan tidak jarang kalian memberi kritikan dan saran untuk kondisi yang ada saat ini. Maka semoga semangat perubahan selalu bersama kita, teman. Dukunganku terus bersama kalian.

Karena kita tahu, bahwa langsung menyalakan lilin jauh lebih baik dari pada hanya memaki kegelapan.

Senin, 06 April 2015

Jangan Takut Jatuh, Anakku

Jangan pernah takut jatuh, anakku. Cobalah terus agar kelak kau menjadi pandai. Jangan biarkan kekhawatiran akan jatuh membuatmu berhenti mencoba melakukan apa yang seharusnya ingin kau lakukan. Bahwa sungguh kau telah gagal ketika kau tidak mencoba hanya karena takut jatuh, karena jatuh itu sendiri bukanlah suatu kegagalan. Tidak ada yang menganggapmu gagal ketika kau jatuh, anakku. Semua pasti mengerti bahwa kau sedang mencoba melakukannya. Karena kita bukanlah orang yang tidak mungkin jatuh. Kita pasti jatuh saat mencoba melakukan sesuatu. Dan sekali lagi, itu tidaklah suatu kegagalan, selama kita mampu kembali bangkit dan terus berusaha melakukannya. Bahkan, terkadang kita terjatuh hanya agar kita bisa memahami bagaimana rasanya menyentuh tanah. Agar kita tak selalu merasa tinggi, bahwa terkadang kita akan berada di bawah. Karena begitulah kehidupan di dunia ini.

Tak ingatkah kau, bagaimana dulu saat pertama kali belajar bersepeda? Bahwa kau tetap ingin bisa bersepeda, meski kau telah jatuh berkali-kali dan membuat banyak luka di tubuhmu. Maka mengapa kini kau sebegitu takutnya akan jatuh, Nak? Jika keinginanmu untuk berhasil tidak lagi sebesar dulu hingga kau sebegitu takutnya jatuh, maka kuatkanlah lagi keinginanmu itu. Bulatkan lagi tekadmu untuk mendapatkannya. Jangan takut jatuh, Anakku, meski kini saat kau jatuh bukan hanya tubuhmu yang akan terluka. Tapi mungkin ia juga akan melukai hati dan jiwamu.

Tapi tenanglah. Semua luka itu pasti akan pulih. Bukankah banyaknya luka yang membuat seekor singa sang raja hutan lebih disegani? Maka tak usahlah kau risaukan ketakutanmu akan jatuh. Karena jatuh tak selamanya menyakitkan.
Bukankah kau pernah menyaksikan bahwa bintang akan lebih mengagumkan saat ia jatuh?
Bukankah kau pernah merasa bahwa hujan akan lebih menyegarkan ketika ia jatuh?
Dan bukankah kau juga pernah melihat bahwa dedaunan akan lebih indah saat ia jatuh?
Lalu mengapa kita harus takut jatuh, Nak. Semua orang pasti pernah jatuh.

--------------------------------------------------------------

Aku ingin menjadi bintang, hujan, dan daun. Agar aku bisa jatuh dengan mengagumkan, menyegarkan, dan indah. Kemudian, biarkanlah aku jatuh di hatimu. Tinggal kau pilih yang mana, aku sebagai bintangmu, hujanmu, atau daunmu. Asal untukmu, aku mau saja.

Rabu, 01 April 2015

Surat Seorang Kakak Untuk Adiknya

Untukmu, adikku.

Hari telah larut, Dik. Malam sudah terlalu malam, ia sudah mencapai fasa tergelapnya. Mari, tidurlah sejenak. Sehari lagi di kehidupan panjang ini telah kita lewati, biarpun nasib semakin tak pasti. Mungkin kau juga sudah mulai lelah dengan semua ini. Aku bisa dengan jelas melihatnya dari pancaran di wajahmu. Tatapanmu kini telah sayu, matamu dalam. Senyummu kini semakin berat, bibirmu sulit terangkat.

Untuk itu, Adikku, mari kita berdoa. Sementara biarkan semua lelah letih ini terlupa. Seperti yang pernah ibu ajarkan, tuhan bagi siapa saja. Meskipun kita bukan siapa-siapa di sini, di dunia ini, doa kitapun pasti ia dengarkan. Bila kita pasrah diri, tawakkal.

Esok hari perjalanan kita masih sangat panjang, Adikku. Sudahlah, tak usah terlalu kau risaukan. Mari tidurlah, lupakan sejenak semua masalah. Beban, derita, dan lelahmu lepaskanlah semua itu untuk paling tidak sesaat. Dengarkan nyanyian dari dedaunan yang bergesekan dihembus angin malam yang menyejukkan.

Usahlah kau tangisi nasib kita hari ini. Karena begitulah hidup ini, Dik. Kadang kau memang harus merasakan semua ini, agar nanti kau bisa menjadi orang yang tangguh di mata keluargamu. Agar kau bisa menjadi sosok pemimpin yang arif di mata istrimu. Agar kau bisa menjadi ayah yang bijak di mata anak-anakmu. Agar kau bisa menjadi sosok panutan bagi orang-orang sekitarmu. Kau pasti bisa melalu ini. Sudah cukup untuk hari ini, kau telah berusaha. Kau sudah terlalu lelah.

Bagaimana Rasanya?

Bolehkah aku bertanya, bagaimana rasanya rindu yang selesai?

Karena sepertinya aku sudah lupa bagaimana rasanya. Aku lupa bagaimana rasanya rindu yang selesai, sejak hari itu. Sejak hadirnya dirimu dalam kisahku. Aku tak tahu bagaimana aku bisa selalu merindumu. Pun aku tak tahu bagaimana kehadiranmu di dekatku begitu ku tunggu, selalu. Seperti malam ini. Padahal aku tahu bahwa kita baru saja bertemu beberapa jam yang lalu. Tidak, kita bukan hanya bertemu, kita bahkan menghabiskan waktu bersama beberapa jam yang lalu. Tapi rinduku ini tak pernah selesai. Saat ini aku kembali merindukanmu.

Maka maafkan jika aku terlalu menyita waktumu. Memintamu meluangkan banyak waktu untukku. Terkadang aku hanya tak bisa melawan rindu yang tak pernah selesai itu. Aku tak tahu bagaimana menghadapinya, selain dengan bertemu denganmu. Menghabiskan waktuku bersamamu tak pernah menggangguku. Bahkan, sejujurnya aku selalu berandai agar waktuku bersamamu takkan pernah habis. Aku begitu ingin memperbudak waktu, supaya aku bisa selalu bersamamu. Tak ada yang berubah. Sayangnya aku hanya manusia biasa, aku bukanlah dewa yang bisa memperbudak waktu.

Maka tetaplah bersamaku, biarpun waktu terus berlalu.