Rabu, 16 April 2014

Institut Teknologi yang Kurang Berteknologi

Institut Teknologi Bandung. Adalah suatu perguruan tinggi, yang telah berdiri sejak tahun 1920. Dari namanya, kita bisa langsung tahu, bahwa perguruan tinggi ini berada di salah satu kota besar Indonesia. Ya, perguruan tinggi ini berada di ibu kota Jawa Barat. Kota yang acap kali disebut-sebut sebagai kota mode. Kota yang terkenal dengan sebutan ‘Paris Van Java’-nya, Kota Bandung. Di bagian ini, di kata terakhir dari nama perguruan tinggi tersebut, masih sangat sesuai dengan kenyataannya.

Namun, jika kita melihat ke kata sebelumnya, kata ke dua dari nama perguruan tinggi tersebut, kita akan menemukan kata ‘teknologi’. Sebuah kata, yang jika dilihat di Kamus Besar Bahasa Indoenesia akan memiliki arti ‘ilmu pengetahuan terapan’. Inilah yang kemudian menjadi kata kedua dari nama perguruan tinggi tersebut.

Dari sana, seharusnya yang banyak dikembangkan dan dibahas oleh orang-orang yang berada di dalamnya adalah permasalahan teknologi itu, bukan? Seharusnya demikian, menurut penulis. Perguruan tinggi tersebut, idealnya, harus menjadi suatu tempat yang merupakan pusat pengembangan teknologi. Idealnya, banyak teknologi-teknologi baru yang berkembang dan dihasilkan dari perguruan tinggi tersebut. Idealnya, banyak pembahasan-pembahasan dan kajian-kajian ilmiah yang membahas dan mengkaji tentang teknologi. Idealnya, mahasiswa yang menjadi pembelajar di sana sibuk dengan hal-hal yang berbau pengembangan teknologi. Itulah kondisi ideal yang harusnya, menurut penulis, terjadi di perguruan tinggi itu.

Lalu, bagaimana kondisi nyata yang terjadi pada saat ini di perguruan tinggi tersebut? Kenyataan yang terjadi saat ini adalah, masih jauh dari kondisi ideal yang telah disebutkan tadi. Tidak terlalu mengecewakan, memang, penulis akui. Masih ada orang-orang di perguruan tinggi tersebut yang menorehkan prestasi gemilang di bidang teknologi. Masih ada mahasiswa dari perguruan tinggi tersebut yang mampu membuat suatu teknologi baru yang memang belum ada sebelumnya. Ya, masih ada mahasiswa yang berhasil menciptakan suatu temuan baru di bidang teknologi, semisal berbagai jenis robot pintar, yang bahkan mampu menjadi pemenang di suatu ajang perlombaan berskala internasional. Masih ada mahasiswa yang berhasil menciptakan suatu software canggih yang bisa memudahkan pengguna komputer, sesuai dengan kebutuhannya. Masih ada.

Tapi, apakah cukup dengan frasa ‘masih ada’? Frasa ini tentu sangat menggambarkan bahwa hanya sedikit dari belasan ribu mahasiswa di perguruan tinggi ini yang seperti itu. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, ada apa dengan mahasiswa yang lain? Jika ditanya pendapat pribadi penulis, maka jawaban penulis adalah mahasiswa yang lain masih terlalu sibuk dalam hal pembentukan karakter. Kebanyakan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut masih terlalu sibuk berurusan dengan pemenuhan profil kadernya. Mulai dari tahun pertama sampai tahun ke empat, selalu ada yang namanya profil kader yang harus dipenuhi. Alangkah bagusnya jika profil kader tersebut disisipi hal yang berbau teknologi. Misal, untuk jurusan farmasi, pada tigkat dua mahasiswanya harus mampu membuat suatu obat alternatif untuk suatu penyakit ringan, yang kemudian bisa dibagikan ke masyarakat. Untuk tingkat-tingkat selanjutnya penyakitnya lebih berat, misalnya. Atau untuk jurusan penerbangan, mahasiswa tingkat dua harus bisa membuat suatu pesawat tanpa awak yang bisa di kontrol dalam radius tertentu. Untuk tingkat yang lebih tinggi radius harus semakin luas, atau semakin tidak terdeteksi, misalnya. Atau apalah hal berbau teknologi lain yang bisa dikembangkan. Yang jelas, pemenuhan profil kader tidak hanya dalam membentuk karakter.

Ada hal lain yang membuat teknologi tidak terlalu berkembang di perguruan tinggi ini. Itu adalah kurangnya budaya apresiasi. Lihat saja, mungkin ada mahasiswa yang berhasil menciptakan suatu teknologi terbaru. Mungkin ada yang menuntut pemenuhan profil kader dengan cara yang penulis sebut di paragraf sebelumnya. Tapi kemudian orang-orang itu tidak terlalu diapresiasi. Mereka tidak pernah setenar orang-orang, yang katanya, berkarakter, semisal koordinator lapangan suatu acara, atau ketua kaderisasi, atau orang-orang lain yang bergerak dalam hal membentuk karakter. Kebanyakan mahasiswa beranggapan bahwa menjadi orang-orang berkarakter itu jauh lebih keren dari orang yang berhasil menemukan suatu teknologi baru. Inilah salah satu alasan, menurut penulis, mengapa kemudian teknologi tidak terlalu terperhatikan di perguruan tinggi tersebut.

Tak ada salahnya memang, membentuk karakter. Bahkan itu harus. Percuma jika seorang penemu terknologi terbaru, tercanggih, namun temuannya digunakan untuk kejahatan, bukan untuk kemashlahatan manusia. Tapi porsi pembentukan karakter harusnya tidak melebihi porsi untuk berkarya, terutama di bidang teknologi, di perguruan tinggi yang menyandang kata ‘teknologi’ itu. Harusnya lebih besar apresiasi dan dukungan yang diberikan untuk pengembanga dan pembahasan teknologi atau semacamnya. Lebih banyak forum yang bisa membahas tentang keilmuan tiap-tiap jurusannya. Lihatlah, bagaimana suatu perguruan tinggi di negeri paman sam telah berhasil menerbangkan satelit ke luar angkasa. Bagaimana dengan perguruan tinggi di negeri  ini? Entahlah.

Mungkin yang ingin penulis tekankan disini, adalah bagaimana harusnya kita lebih mengapresiasi dan mendukung orang-orang yang ingin berkarya di bidang teknologi. Jangan pernah beranggapan bahwa menjadi ketua suatu himpunan mahasiswa akan jauh lebih hebat dan lebih keren dari pada orang yang hanya sibuk di lab mengurusi percobaannya. Apresiasi itulah yang kemudian bisa membuat teknologi di perguruan tinggi tersebut tidak hanya sebatas nama, tapi juga menjadi ciri khas yang bisa dibanggakan.

Terakhir, bagaimana dengan kata pertama, kata ‘institut’? bukankah institut menunjukkan bahwa perguruan tinggi tersebut adalah perguruan tinggi khusus, yang dalam konteksnya diikuti oleh kata ‘teknologi, maka bukankah harusnya di perguruan tinggi tersebut hanya ada jurusan teknik? Kenyataannya? Ah, sudah pernah ada artikel terdahulu yang membahas masalah ini. Silakan dicek di sini.

Rabu, 09 April 2014

Sebuah Pesta Rakyat; Pesta Demokrasi !

(gambar disadur dari sini)
'pesta demokrasi' itu baru saja berlangsung, hari ini. hari pemilihan para wakil rakyat, terlepas dari apakah nantinya mereka akan benar-benar akan mewakili kita para rakyat atau tidak, namun sejauh ini mereka selalu disebut wakil rakyat, akhirnya tiba. hari ini. semua warga negara yang telah memenuhi syarat bisa menyuarakan haknya pada acara lima tahunan ini. semua warga yang telah memenuhi syarat itu memiliki hak, baik hak untuk memilih orang yang katanya akan menjadi wakilnya di senayan, ataupun hak untuk tidak memilih karena tidak ada yang ia percayai untuk mewakilkannya. bebas. apapun keputusan yang diambilnya, itu merupakan haknya. toh, ini negara bebas, negara demokrasi, bukan?

pesta demokrasi kali ini adalah yang pertama kali penulis ikut serta di dalamnya ini adalah kali pertama penulis bisa ikut menyuarakan aspirasi dari diri penulis untuk bangsa ini ya, mudah-mudahan untuk bangsa ini. ini adalah kali pertama diadakannya pesta demokrasi setelah penulis memenuhi syarat untuk menjadi pemilih, yang dalam hal ini adalah memiliki KTP. dan sebagai rakyat yang punya hak, penulis memilih untuk ikut serta secara aktif dalam pesta demokrasi kali ini. penulis ikut memilih para calon wakil rakyat itu, meski prosesnya bisa dibilang butuh sedikit perjuangan lebih. tapi, ya, penulis pada akhirnya tetap bisa menyuarakan hak untuk memilih itu. penulis ikut mencoblos, untuk pertama kali!

ada beberapa hal pembelajaran yang didapat dari pesta demokrasi yang pertama kali penulis ikuti ini. pertama, bahwa tentunya pesta demokrasi ini memakan banyak sekali uang negara, dengan sistemnya yang masih terbilang konvensional. dengan sistem coblos pada kertas, yang mana ada empat lembar kertas berukuran A3, dan tiap kertasnya diprint berwarna, tentunya itu akan menghabiskan sangat banyak biaya bahkan hanya untuk mencetak surat suara. untuk pembaca yang sedang atau sudah mendalami dunia informatika, dunia programming, tolonglah bantu negeara ini untuk membuat suatu sistem pesta demokrasi yang lebih canggih, lebih modern. pemilihan yang bisa dilakukan secara digital, tanpa harus mengeluarkan banyak biaya, yang katanya bahkan mencapai 170 triliun rupiah! negara ini sangat membutuhkan kalian, insinyur informatika.
contoh surat suara
(gambar disadur dari sini)
ada 4 kertas suara berukuran A3, semua berwarna
(gambar disadur dari sini)
poster yang beredar diberbagai medsos
yang ke dua, sistem koordinasi di negeri ini masih kurang sempurna. terbukti, info tentang cara pindah TPS untuk para perantau, seperti penulis misalnya, masih simpang siur. pada awalnya, dikatakan bahwa para perantau semisal mahasiswa, boleh tetap memilih di daerah tempat tinggalnya di tanah perantauan dengan terlebih dahulu mengurus suatu surat pengantar yang telah disediakan KPU di tiap-tiap lembaga/universitas tempat orang itu bekerja/belajar. namun, setelah itu muncul lagi kabar, juga dari KPU, bahwa untuk para perantau jika ingin memilih tidak harus mengurus surat pengantar tersebut. cukup datang pada hari H dengan membawa KTP, di sekitar jam dua belas siang, maka ia bisa memilih jika ada surat suara berlebih. tapi, tadi ketika penulis datang ke TPS, penulis melihat ada beberapa mahasiswa yang mengambil keputusan ke dua, datang ke TPS tanpa surat pengantar. namun apa yang terjadi? mereka tidak diizinkan untuk memilih, karena dikatakan oleh PPS bahwa harus ada surat pengantar yang disebutkan pada keputusan pertama tadi. PPS menolak keputusan ke dua, dengan dalih bahwa keputusan itu telah dibatalkan di tanggal tujuh april kemarin. simpang siur. bagaimana bisa suatu keputusan tetiba dibatalkan di H-2 pemungutan suara. ada juga yang mengatakan, bahwa keputusan ke dua itu hanya untuk yang berdomisili di daerah TPS tersebut, tapi belum terdaftar sebagai DPT. tetap saja simpang siur, bukan? dan anehnya, tetap saja ada TPS yang membolehkan para perantau memilih hanya dengan memperlihatkan KTP-nya. terlihat sekali kurangnya koordinasi dan sosialisasi keputusan antara KPU dan PPS di tiap TPS-nya.

lalu yang terakhir, penulis lagi-lagi mendapat pembelajaran, bahwa memang rakyat negeri ini, rakyat indonesia, adalah rakyat yang senang dengan pencitraan, cocok sekali dengan yang pernah penulis singgung sebelumnya di tulisan ini. bagaimana tidak, lihat saja hasil 'hitung cepat' atau quick count yang sudah mulai banyak beredar diberbagai stasiun televisi. yang mendapat pilihan tertinggi dari rakyat indonesia pada pesta demokrasi kali ini adalah partai 'merah'. sadarkah, bahwa itu sangat tidak terlepas dari citra si calon presidennya, si 'kotak-kotak'? ya, citra beliau begitu hebat, begitu luar biasa di mata kebanyakan rakyat indonesia dengan jurus 'blusukan' andalannya, sosok ini berhasil mencuri hati hampir semua golongan rakyat. dan momentum habatnya citra sosok ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh partai 'merah' untuk mendulang suara di pesta demokrasi kali ini, dengan motto "coblos merah, kotak-kotak presiden!". dan hasilnya? sangat berhasil! mereka berhasil menjadi peraup suara terbanyak di pesta demokrasi kali ini, meski baru secara 'hitung cepat'. itu sudah lebih dari cukup, untuk menguatkan bahwa memang rakyat negeri ini sangat cinta dan senang dengan yang namanya pencitraan. bahkan, di kampus penulis pun, yang menang pemilihan adalah calon yang citranya lebih bagus dibanding calon lainnya. ya, pencitraan adalah segalanya di negeri ini. bah!

itulah beberapa pembelajaran yang sedikit penuis dapatkan dari pesta demokrasi kali ini, yang pertama kali penulis ikuti ini. terlepas dari itu, semoga mereka yang terpilih menjadi wakil kita, para rakyat, bisa memegang amanah sebaik-baiknya. bisa benar-benar menyuarakan aspirasi kita, para rakyatnya. bukan mementingkan kelompoknya, apalagi peibadinya. semoga negara ini bisa menjadi lebih baik ke depannya, setelah pesta demokrasi kali ini. dan apabila nanti kenyataannya kurang sesuai dari apa yang kita inginkan untuk negeri ini, ingat saja. suara rakyat tidak hanya pada saat pesta demokrasi ini. rakyat tidak hanya bisa bersuara pada saat pemilu. bukan hanya 'lima menit untuk lima tahun'. kita, rakyat, bisa melakukan lebih banyak dari itu. kita bisa menyuarakan aspirasi kita setelah pesta demokrasi ini berakhir, jangan lupakan itu.

Senin, 07 April 2014

Perseteruan Dua Negara Adidaya

secarik cerita menarik, yang memberikan sedikit pembelajaran untuk kita, untuk siapapun. cerita ini terjadi antara dua seteru abadi, antara dua negara adidaya di dunia ya, cerita ini tentang persaingan antara amerika serikat dan rusia. dua negara yang selalu berseteru memang, bukan dalam artian seteru seceara kasat mata, tapi lebih dalam artian persaingan 'menguasai'. atau di tahun 60-an sering didengar dengan istilah perang dingin.

perang dingin, perang yang tak langsung angkat senjata di medan pertempuran. tapi lebih kearah persaingan dibalik layar. contohnya, ah, untuk para pencinta permainan di komputer pasti tahu dan sudah pernah melihat bentuk perseteruan mereka ini. perseteruan mereka terlihat dari sebuah game bernama counter strike. ya, cs. dimana pada permainan ini adalah tentang perang antara dua kubu, teroris dan couter teroris (anti teroris). dimana letak perang dinginnya? lihatlah senjata yang digunakan oleh kedua kubu. pihak teroris akan menggunakan memberi perlawanan menggunakan senjata yang berlabel AK-47, senjata yang brutal, yang dalam sekali menekan pemicunya akan menembakkan beberapa rentetan peluru yang siap menghujam musuhnya. dan senjata brutal ini di dunia nyata adalah suatu senjata yang diproduksi oleh rusia. di sisi lain, pihak counter teroris akan berperang melawan teroris menggunakan senjata yang berlabel M-16 (lebih dikenal dengan maverick), sebuah senjata yang tidak terlalu brutal tapi lebih efektif dalam membunuh musuh karena akurasinya yang sangat tinggi. dengan meminimalkan goncangan saat menembakkan peluru, senjata ini menjadi sangat mematikan meski hanya menembakkan satu peluru dalam sekali menekan pemicunya. dan senjata ini, di dunia nyata, adalah senjata yang diproduksi oleh amerika.
(M-16)
(AK-47)
itu adalah salah satu bentuk persaingan mereka secara tidak langsung. hanya diabadikan dalam bentuk suatu permainan. tidak ada pertumpahan darah yang nyata, tapi bisa memperlihatkan perseteruan mereka negara mana yang membuat game itu? ah, mudah sekali di tebak. tak kan ada negara yang secara gamblang dan terang-terangan mau menjadikan barang dari negaranya digunakan untuk kejahatan seperti terorisme, bukan?

tapi, sebenarnya bukan itu yang ingin penulis sampaikan di tulisan ini. ada satu persaingan lagi di antar dua seteru ini yang menarik bagi penulis. persaingan dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. ke dua negara ini memang menjadi sangat berkembang iptek-nya, karena mereka terus bersaing untuk menjadi yang paling hebat. ternyata, teori common enemy terbukti sangat efektif dan benar. kapan indonesia punya common enemy, jika saat ini masih sibuk saling serang antara partai politik di dalam negeri? ah, sudahlah. bukan ini yang ingin penulis bahas kali ini, bukan tentang indonesia.

yang menjadi perhatian khusus penulis adalah tentang persaingan mereka tentang teknologi antariksa. suatu saat, amerika sedang melakukan penelitian besar-besaran untuk menemukan alat yang bisa digunakan untuk menulis di ruang angkasa. puluhan bahkan ratusan miliar dolar dihabiskan hanya untuk mendanai penelitian untuk menemukan alat tersebut. beberapa bulan telah mereka habiskan untuk menemukan alat tersebut. namun, mereka belum juga bisa menemukan alat tersebut. padahal, berbagai metode dan konsep, yang mungkin seorang sarjana pun belum tentu akan mengerti, telah mereka gunakan untuk menemukan alat tersebut.

hingga akhirnya berita tentang penelitian itu sampai kepada rusia. mereka, sebagai seteru abadi amerika, lantas tak mau kalah. mereka pun ingin mendahului amerika untuk hal ini, setelah sebelumnya mereka mendahului, mengungguli, dan mengalahkan amerika untuk dalam hal antariksa, seperti mengirimkan orang ke luar angkasa, ataupun mengirimkan makhluk hidup non-manusia ke luar angkasam yang dalam hal ini (maaf) anjinglah yang mereka gunakan. kini mereka ingin kembali mengungguli seteru abadinya tersebut. dan ternyata, mereka kembali berhasil!

waw! rusia kembali mengungguli amerika! kali dalam hal menemukan alat yang bisa digunakan untuk menulis di luar angkasa. bahkan, mereka tidak butuh dana sebanyak yang telah dihabiskan oleh amerika untuk menemukan alat tersbut. waktu yang dihabiskan pun sangat sebentar, tak sampai seminggu bahkan. apa rahasianya? apa yang membuat rusia beberapa kali mampu mengalahkan amerika, bahkan dengan pengorbanan yang sangat jauh lebih sedikit?

ternyata oh ternyata, rusia adalah negara yang tak terlalu banyak bereksperimen. mereka lebih menyukai eksekusi dari pada konsepsi. mereka labih memilih langsung jalan ketimbang kebanyakan rencana. dan yang ternyata mereka lakukan adalah, mereka hanya membawa secarik kertas dan sebatang pensil ke luar angkasa! ya, hanya itu, tak lebih. mereka hanya menerbangkan pesawat ulang aliknya ke angkasa luar, bersama beberapa orang, dan secarik kertas beserta sebatang pensil tadi. kemudian mereka mencoba menuliskan pensil diatas kertas di angkasa luar sana. apa yang terjadi? mereka berhasil! ya, mereka berhasil menulis diatas kertas meski tengah berada di luar angkasa. mereka hanya perlu sedikit usaha lebih untuk menekan pensil ke kertas, dan voila! mereka berhasil menulis di luar angkasa! ternaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap menempelnya atom karbon pensil pada kertas. lagi-lagi, rusia mengungguli amerika.

itulah, terkadang memang sesuatu tak butuh terlalu banyak rencana. ada saatnya mencoba melakukan sesuatu tanpa berpikir terlalu panjang adalah hal yang terbaik. tak usahlah banyak berencana, banyak memikirkan konsep, jika pada akhirnya gagal diwujudkan dan hanya menjadi wacana. sudahlah, lakukan saja, coba jalankan. eksekusi. talk less, do more!

terimakasih pada sumber gambar : 
   - bendera amerika dan rusia
   - counter strike
   - M-16
   - AK-47
   - quote

Kamis, 03 April 2014

Gagahnya Gunung Api Purba, Nglanggeran

jalan-jalan men!

ceritanya, akhir minggu lalu (saat long weekend), penulis menyempatkan diri mendaki sebuah gunung berapi. tapi, ada yang sedikit berbeda dari gunung api yang kali ini penulis kunjungi, jika dibandingkan dengan berbagai gunung api lain yang sebelumnya pernah penulis kunjungi. bedanya adalah, gunung api yang kali ini penulis kunjungi adalah berupa gunung api purba. gunung api purba? ya, gunung api purba!

yang membedakan gunung api purba dengan gunung api lain adalah (sebenarnya dari namanya juga sudah keliatan sih, ya), gunung api purba itu aktifnya ya di zaman purba, zaman dahulu kala. gunung api purba ini cuma bisa meletus di zaman dahulu, menurut penelitian, sekitar 60 juta tahun yang lalu. sekarang? gunung api purba ini hanya meninggalkan tampilan eksotismenya, keindahan kenampakan alamnya yang luar biasa! termasuk gunung api purba yang penulis kunjungi akhir minggu lalu. gunung api purba nglanggeran.

(gambar disadur dari sini)
gunung api purba nglanggeran. gunung ini terletak di desa nglanggeran, patuk, gunungkidul, yogyakarta. untuk menuju pintu masuk awal gunung ini bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. tiket masuknya pun sangat terjangkau. hanya 3.000 rupiah untuk siang hari dan 5.000 rupiah untuk malam hari, per orangnya! untuk pemandangan dan kenampakan alam serta track luar biasa yang akan disajikan oleh gunung api purba ini, harga itu bisa dibilang sangat murah. gunung ini kini hanya menyisakan bentuk batuan raksasa hasil erupsi atau letusan gunungnya di zaman dahulu. ya, gunung ini terdiri dari batuan yang luar biasa besarnya! dan batuan itulah yang akan kita lewati, kita panjat, untuk bisa mencapai puncaknya. dengan kata lain, kita harus melakukan panjat tebing untuk bisa sampai di puncak gunung ini! buat para pencinta kegiatan yang memicu adrenalin, tentunya ini akan menjadi tempat yang sangat menarik untuk dikunjugi, bukan? gambaran tracknya kurang lebih kaya gini lah



ya, kira-kira gambaran track atau lintasan yang akan dilewati untuk menuju puncak gunung berapi purba nglanggeran ini ya kaya foto-foto itu lah. nah, menariknya, buat yang kurang suka sama pendakian dengan cara yang sedikit menantang dan memacu adrenalin kaya gitu, pengurus tempat wisata gunung purba ini sudah berbaik hati menyediakan fasilitas yang akan memudahkan para pelancong yang kurang suka track tantangan. pengurus suudah membuat tangga yang akan memudahkan pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam gunung api purba ini tanpa harus memacu adrenalinnya, tanpa harus melakukan adegan 'panjat tebing' untuk mencapai puncaknya. pengurus juga telah merentangkan tali di beberapa titik yang cukup sulit untuk dibangun tangga, yang bisa menjadi pegangan untuk memudahkan pendaki memanjat bebatuan. ah, track yang disediakan dan disajikan oleh gunung api purba nglanggeran ini memang sangat luar biasa, bung! sangat pantas dijadikan tujuan wisata jika sedang berkunjung ke kota pendidikan, yogyakarta.

tak hanya sebatas kenampakan alam dan track luar biasa yang akan ditempuh selama perjalanan, tujuan utama dari suatu pendakian tentunya lebih luar biasa. ya, puncak. puncak gunung api purba nglanggeran ini sangat luar biasa. meski hanya dari ketinggian 700 mdpl, tapi dari puncaknya kita bisa melihat seantero kota yogyakarta! dikala siang, kita disajikan pemandangan hamparan hijaunya dedaunan yang dipadukan dengan warna hitamnya bebatuan hasil letusan gunung api purba ini. dikala malam, kita disajikan pemandangan indah gemerlapnya lampu kota yogyakarta! 

perpaduan track menuju puncak yang sangat mengasyikkan dan menyenangkan dengan pemandangan alam luar biasa yang disajikan di puncaknya, membuat gunung purba ini akan menjadi tempat yang sangat pantas untuk dijadikan tempat berwisata, apalagi dengan harga yang sangat terjangkau. ah, indonesia, alangkah indahnya alam mu. harusnya, tak lagi sepantasnya harga mu hanya sebatas itu. negeri ini indah sekali, tuhan. izinkan kami untuk selalu menjaganya. nikmatilah alam indonesia, kawan. nikmatilah gunung purba nglanggeran!

Selasa, 01 April 2014

Kutipan #9 People Were Created To be Loved

"people were created to be loved.
 things were created to be used.
 the reason the world is in chaos is because 
 things are being loved
 and people are being used"
(via @Laughbook)