Rabu, 30 Oktober 2013

Kekeluargaan Vs Profesionalitas

ada satu hal menarik yang muncul dari pertanyaan salah seorang teman penulis, yang ditanyakannya pada saat acara Roadshow IAIC, ketika materi pengenalan IAIC. IAIC saat itu, juga masih sampai saat ini, 'hanya' merupakan suatu ikatan alumni dari madrasah aliyah tempat penulis sempat menempuh pendidikan. tapi saat itu, diacara roadshow itu, teman penulis yang bernama, anggap saja bidin (bukan nama asli), bertanya seperti ini,'apakah suatu saat nanti IAIC, Ikatan Alumni Insan Cendekia ini bisa menjadi salah satu partai politik?' mungkin, tak tahu apakah ini hanya pendapat penulis atau bukan, pada saat itu pertanyaan ini terdengar begitu menggelitk. memang, maksud dari teman penulis, si bidin ini bertanya adalah sangat bagus. ia ingin membangun suatu partai politik, yang bisa menjadi contoh, menjadi tauladan, untuk partai-partai politik lainnya yang ada nantinya, untuk bisa menggerakkan bangsa indonesia ini ke arah yang lebih baik, ke arah kemajuan. tapi pada saat itu, pertanyaan itu masih terdengar begitu menggelitik, karena pemikiran itu terlalu luas, dimana menjadikan sebuah ikatan alumni untuk menjadi sebuah organisasi, sebuah partai, yang notabene dalam taraf yang lebih intens.

namun, lewat ulisan kali ini, penulis ingin mencoba menanggapi pertanyaan bidin tersebut dengan serius, dengan cara mencoba memberi pendapat penulis tentang jawaban dari pertanyaan tersebut. pada dasarnya, inti dari tulisan ini bukanlah untuk menjawab pertanyaan tersebut, melainkan lebih kepada tentang hal yang menjadi alasan dalam menjawab pertanyaan tersebut. menurut pemikiran dan pendapat pribadi penulis, Ikatan Alumni Insan Cendekia, IAIC, mungkin tidak akan bisa menjadi sebuah partai politik. mengapa?

ada satu alasan mendasar yang membuat penulis berpendapat demikian. itu adalah karena kelebihan utama yang dimiliki oleh tiap angkatan di Insan Cendekia, kelebihan yang disebut sebagai kekeluargaan. ya, kekeluargaan di internal tiap angkatan di Insan Cendekia terjalain dan terbentuk dengan sangat kuat. salah satu bukti, ini penulis ambil dari sebuah postingan dari teman penulis yang lain, bukan bidin

ya, lihatlah pada bagian yang dilingkari, terlihat jelas bahwa setiap angkatan di Insan Cendekia merasakan suatu ikatan keluarga, suatu rasa kekeluargaan yang begitu hebat. inilah suatu kelebihan, yang kemudian menjadi kekurangan bagi IAIC untuk bisa menjadi suatu organisasi yang serius. karena untuk bisa menjadi suatu organisasi sekaliber partai politik, yang akan menjadi calon penggerak bangsa, bukan lagi kekeluargaan yang harus diutamakan. bahkan mungkin kekeluargaan harus dibuang, harus disingkirkan, demi suatu integritas. yang harus dijunjung tinggi untuk suatu organisasi yang ingin menjadi organisasi yang hebat dan besar adalah profesionalitas, bukan kekeluargaan. adalah suatu hal yang memiliki kemungkinan keberhasilan sangat kecil, jika ingin menggabungkan dua konsep ini dalam sautu organisasi. karena profesionalitas dan kekeluargaan adalah dua hal yang saling bertolak belakang.

saat profesionalitas meginginkan ketegasan, kekeluargaan menginginkan toleransi.saat profesionalitas menginginkan pendekatan rasional, kekeluargaan menginginkan pendekatan emosional. saat profesionalias menginginkan kualitas, kekeluargaan menginginkan kuantitas. saat profesionalitas menginginkat bakat, kekeluargaan menginginkan kerabat. ya, dua hal tersebut memang sangat bertolak belakang. akan sangat sulit sekali menatukan ke dua hal tersebut. karena kekeluargaan dan profesionalitas akan selalu berlawanan dan berkebalikan.

itu jugalah hal yang membuat acara-acara yang diadakan oleh angkatan IC, akan sedikit lebih banyak mengalami hambatan. ya, karena kami memiliki sedikit lebih banyak ikatan kekeluargaan tersebut. karena kami keluarga, yang akan selalu memberi toleransi, mengedepankan emosional hati, dan mengedepankan jumlah. itulah kami, keluarga Ikatan Alumni Insan Cendekia.

Senin, 28 Oktober 2013

Gaya Saat Berfoto

wah, untuk yang satu ini, mungkin agak random nih postingannya. jadi ceritanya dari tadi asik baca-baca artikel di internet (ga dibaca sih sebenernya, cuma buka buat minta foto). nah, disini tertemukanlah sebuah fakta menarik tentang gaya berfoto. ternyata, gaya berfoto seseorang itu ada hubungannya dengan usianya. hubungannya berbanding terbalik antara usia dan jumlah jari tangan yang dipake, maksudnya? semakin tua usia seseorang, maka semakin sedikitlah jumlah jari dalam satu tangan yang digunakannya untuk bergaya saat berfoto! (hahaha) percaya ga, percaya ga? kalo ga percaya, coba deh buat yang punya adek atau ponakan, atau bocah kecil lain di rumah (atau anak tetangga juga boleh deh gapapa), terus suruh foto. kalo dia tipe yang suka gaya (ga pemalu), dia bakal bergaya dengan asiknya, dengan gaya melambaikan tangan membuka kelima jari tangannya, layaknya orang yang sedang dadah atau ingin menggapai sesuatu (bener ga?)
nih beberapa contoh foto lima jari ala bocah
ini lagi marah, tetep lima jari (gambar disadur dari sini)

ini sok imut tetep lima jari (gambar disadur dari sini)

mau nangis juga tetep lima jari (gambar disadur dari sini)

atau lagi cengok juga kekeuh lima jari (gambar disadur dari sini)

terus, naik ke tahap selanjutnya. remaja. nah di tahap ini nih, jari yang di pake udah semakin berkurang. ada yang cuma make tiga jari yang melambangkan metal (telunjuk, jempol, kelingking) (alay ya), atau bisa juga cuma dua jari melambangkan peace (telunjuk dan tengah), atau juga satu jari doang, jempol doang.pokoknya jarinya ga utuh deh. kalo ga percaya, buat yang anak sma atau mahasiswa terutama, liat aja gaya foto temen kalian yang narsis kalo di foto, buktiin deh! (bener ga?)
nih beberapa contoh foto beberapa jari dari remaja (maaf yang fotonya dipake) (ngambil random dari yang ada)
tuh si wawi kesenengan ngeliat taman teletabis di semeru, terus foto gaya dua jari

ini tri sapek yg kece ikutan ke semeru, di dalam jeep yg empet-empetan sempat foto, dengan gaya dua jari

ini si boam abis performance, gaya foto tetep remaja, tiga jari

tuh salman, meski udah brewokan, gaya foto tetep remaja, tiga jari, fadli tetep satu jari
 nah yang terakhir buat orang tua (terutama bapak-bapak). kalo gaya orang tua tuh udah ga pake jari-jarian lagi (udah malu-malu kali ya). biasanya orang tua itu malah nyembunyiin jari-jarinya dengan cara memegang tangan kanan dengan tangan kiri. kalo ga percaya, liat aja foto-foto calon walikota, calon gubernur, atau calon presiden yang dipajang di baligho (bener ga?) buat orang tua, fotonya ga bisa ditampilin, demi kenyamanan bersama, dan bentuk hormat kita buat orang tua.tapi, emang benerkan, emang ada orang tua yang masih make gaya beberapa jari waktu foto?

Sabtu, 26 Oktober 2013

Pilihlah yang Seiman

tulisan kali ini ditulis dari sebuah pertanyaan yang muncul dari seorang teman, yang kemudian memunculkan diskusi menarik. pertanyaannya sangat  menarik dan urgensi pembahasannya lumayan tinggi. pertanyaan ini berhubungan dengan 'pesta rakyat' yang akan dilaksanakan di tahun depan, 2014. 'pesta rakyat', ya, pemilihan umum. di sana terdapat dua pemilihan, yaitu pemilihan legislatif dan pemilihan indonesia 1, pemilihan pemimpin negara, pemilihan presiden. itulah dua agenda besar negara ini yang akan dilaksanakan di tahun depan, yang harusnya, sebagai warga negara kita harus cerdas untuk mengikuti 'pesta rakyat' itu.

tapi ditulisan ini, penulis bukan ingin memberi pencerdasan tentang pemilu itu sendiri, bukan, bukan itu. masalah pencerdasan pemilu mungkin nanti akan ada pelaksanaannya dari penyelenggara pemilu itu sendiri. namun yang ingin penulis angkat ditulisan kali ini adalah masalah menjatuhkan pilihan kita terhadap siapa yang akan kita pilih nantinta pada saat pemilu tersebut. dan lebih spesifik, disini penulis akan berbagi sedikit ilmu yang telah penulis dapat dari hasil diskusi tersebut, yang mana disini adalah menentukan pilihan dari sudut pandang islam. tapi disini penulis juga bukan ingin mempromosikan siapapun calon di pemilu nantinya, bukan itu. hanya ingin sedikit berbagi tentang ilmu yang telah disampaikan allah melalui firmannya, alquran.

ya, dari sudut pandang islam. buat para muslim yang ada di indonesia, mungkin ada hal yang harus dan sangat penting untuk diperhatikan dalam memilih nantinya. apa itu? penulis menemukan sebuah ayat menarik yang terdapat dalam alquran, surat almaidah ayat 57:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman

di ayat ini, allah melarang kita untuk menjadikan pemimpin kita, atau dalam bahasa sekarang, allah melarang kita memilih pemimpin yang mana dia adalah orang yang masih berpegang kepada kitab sebelum alquran, atau orang-orang kafir maupun musyrik. disinilah hal yang ingin penulis tekankan pada semua pembaca, bahwasanya sebaik-baik pemimpin yang kita pilih, adalah orang yang memiliki aqidah yang benar, aqidah islam. janganlah kita memilih orang yang berbeda aqidah dengan kita, sehebat apapun orang itu dalam memimpin. mengapa? karena ada satu hal, yang berkaitan dengan aqidah juga, yang juga dijelaskan allah di dalam alquran, bahwa orang-orang itu tidak akan senang sebelum kita meninggalkan agama kita. karena itulah, hal yang harus pertama kita perhatikan pada saat memilih pemimpin adalah masalah aqidah. jangan sampai salah memilih pemimpin membuat kira menyimpang dari iman yang telah kita pegang dan yakini.
pilihlah umat rasulullah salallahu alaihi wasallam
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِي - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/02/tafsir-al-maidah-ayat-57-64.html#sthash.0Erd7E7m.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/02/tafsir-al-maidah-ayat-57-64.html#sthash.0Erd7E7m.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/02/tafsir-al-maidah-ayat-57-64.html#sthash.0Erd7E7m.dpuf
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِي - See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/02/tafsir-al-maidah-ayat-57-64.html#sthash.0Erd7E7m.dpuf

Selasa, 22 Oktober 2013

Inikah Pendidikan yang Terjamin?


 "ya kalo uang segitu, di jogja udah lebih dari cukup mas buat hidup sehari-hari'

kalimat ini terucap dari seorang pedagang di kota bandung, tempat penulis kini berdomisili. kalimat 'uang segitu' di ucapannya itu adalah tentang uang kuliah yang harus dibayar pada tahun ini. ya, masalah uang kuliah. masalah ini memang menjadi hal yang harus segera diatasi dan dicari solusinya. sedikit berbagi, pada saat penulis mengikuti sidang penerimaan mahasiswa baru, saat itu menteri pendidikan yang sedang menjabat berkata,'tahun depan masuk kuliah akan digratiskan'

tapi kenyataannya bagaimana? memang, di tahun setelah penulis di terima menjadi mahasiswa itu, di kampus penulis tidak ada lagi pembayaran uang pangkal. tapi ternyata, dibalik tidak adanya uang pangkal itu, mahasiswa diwajibkan membayar uang semester yang naik 100% dari tahun sebelumnya! memang benar apa yang dikatakan pak menteri pendidikan setahun yang lalu, kalau tahun ini masuk kuliah gratis. tapi yang gratis ternyata memang hanya sekadar untuk masuknya saja, tapi tidak untuk kuliahnya, kuliah tetap bayar! bahkan, jika dikalkulasikan, total biaya yang harus dibayarkan oleh mereka yang tidak ada uang masuk akan lebih besar, lebih mahal dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya. akibatnya, telah terjadi di kampus penulis, bagaimana 404 orang mahasiswa baru tahun ini, terancam cuti kuliah karena permintaan pengunranga uang kuliahnya yang selangit itu tidak diterima. bagaimana indonesia bisa maju jika tidak semua rakyatnya bisa mencicipi pendidikan yang sama? padahal di dalam Undang-Undang Dasar negara ini, di pasal 31, telah dijelaskan bahwa setiap warga negara indonesia, BERHAK menerima pendidikan, dan pemerintah WAJIB membiayainya. tapi apa kenyataannya?

bagaimana bisa semua warga negara berkuliah, jika biayanya masih selangit seperti itu. seperti yang dikatakan oleh pedagang tadi, ya kalau uang sebesar itu, di beberapa kota dan desa yang ada di negara ini, sudah bisa dijadikan biaya hidup. ya, secara kasar, pasti banyak yang berfikir, kalau udah ada dan bisa makai uang segitu, ngapain dipakai buat kuliah yang secara kasat mata tidak menarik untuk dijalani. lebih baik uang itu langsung di pakai untuk biaya hidup, tidak harus repot-repot mengurus perkuliahan. ya, itu pemikiran yang tidak sepenuhnya salah, bahkan mungkin benar. andai kuliah di negara ini digratiskan, atau paling tidak dijadikan seperti bayar SPP di SD, orang-orang akan lebih tertarik untuk paling tidak mencicipi terlebih dahulu bagaimana nikmatnya pembelajaran yang akan didapat dari dunia mahasiswa.

harusnya, pemerintahan sudah menganggarkan biaya yang besar untuk pendidikan di negeri ini, tidak hanya 20% dari APBN. padahal, dari 20% itu, sudah banyak terpakai untuk biaya-biaya di luar biaya pendidikan. pemerintah harus segera menaikkan APBN untuk pendidikan, agar negara yang kaya ini bisa segera melangkah menjadi negara maju. karena, saat ini, tengah memiliki keuntungan demografi. apa itu? keuntungak demografi it adalah saat ini di indonesia memiliki jumlah penduduk yang berusia muda, berusia di sekitar 14 sampai 23 tahun, berusia terbaik untuk mendapat pendidikan, yang sangat banyak, sangat berlimpah. karena itulah, kita harus bisa memanfaatkan keuntungan demografi ini, yang akan sangat mungkin menjadikan negara ini menjadi negara maju, jika keuntungan ini dimanfaatkan dan ditangani dengan benar. ya, inilah indonesia, memiliki banyak sekalai kekayaan. hanya tinggal bagaimana kita, tidak hanya pemerintah, bisa memanfaatkan segala kekayaan itu.

Senin, 21 Oktober 2013

Bagaimana Malaikat Tahu?

alquran, kalam allah yang padanya terdapat berbagai jenis pembelajaran. pembelajaran yang ada di alwuran ini bisa dikatakan PASTI benar, karena ilmu yang ada pada alquran itu merupakan langsung turun dari sang maha memiliki ilmu, sang maha agung, allah s.w.t. siapapun yang ingin menemukan suatu jawaban apapun, dari ilmu apapun, silakan dicari jawabannya pada mukjizat rasulullah s.a.w. ini, insyaallah pasti akan ditemukan petunjuk dari jawaban itu. karena memang, alquran merangkum segala jenis pembelajaran, tidak hanya tentang agama islam saja.

ditulisan kali ini, penuulis ingin berbagi sedikit hal pembelajaran yang tersirat di dalam alquran. jika dilihat pada surat albaqarah ayat 30, yang ayatnya seperti ini:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُون

 ayat ini memiliki arti "Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui""

ada hal menarik yang terdapat di ayat ini, yaitu ketika malaikat tahu bahwa nantinya, sifat alami manusia itu adalah berbuat kerusakan dan menumpahkan darah di muka bumi. dari mana malaikat tahu hal itu, padahal saat itu manusia hanya nabi adam, yang bahkan baru diciptakan?

setelah beberapa diskusi dengan beberapa teman, penulis menemukan beberapa jawaban. ada beberapa hal menarik yang terdapat pada jawabannya. yang pertama, bahwa allah telah memberitahukan, allah telah memberi perintah dan ilmu pada malaikat untuk bertanya hal itu pada allah. seperti yang dijelaskan dalam alquran juga, surat alzalzalah ayat 5, yang memiliki arti,"karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya." dari ayat ini terlihat jelas, bahwa segala ilmu yang ada pada kita, pada alam ini, semua itu adalah ilmu milik allah. karena itulah, seperti yang disebutkan sebelumnya, jika memiliki pertanyaan apapun tentang alam ini, atau tentang apapun, sila dicari jawabannya di alquran, insyaallah pasti akan ditemukan jawabannya, kembalikanlah semuanya pada sang pemilik ilmu yang agung, allah azza wa jalla.

jawaban yang kedua dari ayat ini adalah, bahwa sebelum manusia memang telah ada makhluk yang menyerupai manusia, yang memang kerjaannya hanya berbuat kerusakan di muka bumi. ya, mugkin ini membenarkan teori tentang adanya makhluk berdiri dan bertulang punggung, yang ada sebelum manusia. makhluk-makhluk seperti homo sapiens dan bangsa-bangsa pitecantrophus serta yang lainnya, yang juga telah memiliki akal. inilah makhluk menyerupai manusia, yang selalu berbuat kerusakan di muka bumi, hingga malaikat mempertanyakan apakah manusia, yang secara kasar hampir sama dengan makhluk-makhluk tersebut, bisa menjadi khalifah yang adil di muka bumi.

lihatlah betapa agungnya alquran, bahkan ilmu prasejarah pun telah dijelaskan dalam alquran. hanya tinggal bagaimana kita bisa menemukan jawaban dari pertanyaan yang kita miliki dalam alquran, kita perlu mengkaji alquran lebih jauh dan lebih dalam untuk bisa memaknai setiap ayat dalam alquran. karena didalam setiap ayat alquran memang memiliki pembelajaran yang sangat luar biasa, yang bisa digunakan manusia untuk menjawab pertanyaan apapun. karena itu adalah kalam sang maha memiliki almu.

Kamis, 10 Oktober 2013

Untuk Apa Kuliah?

untuk apa kuliah? ada yang bisa langsung menjawab dengan yakin?

di tulisan kali ini, mungkin akan sedikit mengkritisi pola pikir mahasiswa, khususnya ITB, di saat sekarang ini. ada suatu hal yang penulis pikir sudah terjadi penyimpangan pada pola pikir mahasiswa di zaman sekarang ini. apa itu? itu adalah tujuan utama untuk apa kita melanjutkan studi, melanjutkan pendidikan ke jenjang, ke tahap perkuliahan, hingga kita menyandang status mahasiswa. untuk apa kuliah? itu adalah hal filosofis, hal yang paling mendasar yang harusnya difikirkan secara baik dan benar oleh semua mahasiswa.

di masa ini, ada yang salah dalam pola pikir mahasiswa tentang tujuannya mengikuti atau malanjutkan pendidikan di tahap perkuliahan. yang paling salah, adalah mahasiswa yang tidak tahu untuk apa dia berkuliah. ya, penulis berani menyatakan hal itu salah, mengapa? bukankah suatu tindakan yang kita lakukan haruslah memiliki dasar yang kuat dan tujuan yang jelas? jika tidak ada dasar yang kuat dan tujuan yang jelas dalam melakukan suatu hal, itu sama saja kita seperti orang bodoh yang hanya ikut-ikutan saja. kuliah hanya untuk keren-kerenan saja? hanya untuk mendapatkan status mahasiswa dan sarjana saja? tidak sedangkal itu. jika kita tidak memiliki alasan dan tujuan yang jelas dalam berkuliah, yang akan terjadi pada diri kita nantinya telah banyak tercermin dari para sarjana yang ada saat ini. apa yang mereka dapatkan setelah mereka mendapatkan gelar sarjana itu? tidak ada, ya, tidak ada apa-apa yang akan didapat oleh orang-orang yang berkuliah tanpa alasan dan tujuan yang jelas. ujujng-ujungnya mereka hanya akan menjadi orang-orang yang tidak tahu akan berbuat apa setelah kulaih. kebanyakan dari orang-orang yang berkuliah tanpa alasan dan tujuan yang jelas ini akan menjadi, maaf, pengangguran. karena memang mereka tidak memiliki arah yang jelas tentang apa yang akan mereka lakukan setelah mereka melakukan kuliah, mereka itu tanpa tujuan. atau paling hebat, mungkin orang-orang ini bisa menjadi pegawai perbankan.

lalu ada juga yang berkuliah dengan suatu alasan dan tujuan dan jelas, yang pada intinya berorientasi pada kebahagiaan pribadi (di dalamnya termasuk orang-orang yang hanya ingin membahagiakan ke dua orang tua dan suami/istri serta anak mereka nantinya). ini memang lebih baik dari orang-orang yang tanpa tujuan dan alasan yang jelas. disini, setidaknya, orang-orang ini telah memiliki alasan dan tujuan yang jelas dalam melakukan dan melanjutkan pendidikan ke tahap perkuliahan. di fase inilah kebanyakan mahasiswa, khususnya ITB, berorientasi. di sinilah kebanyakan mahasiswa berada. bisa kita lihat, maaf jika saya mengambil sampel anak ITB karena itu yang sering saya temui, bahwa kebanyakan dari kita, mahasiswa, yang ingin dilakukan setelah menempuh dan menyelesaikan kuliah dan mendapat status sarjana, adalah untuk bekerja, bekerja, dan bekerja. dan rerata, kebanyakan malah, tujuan tempat bekerja itu adalah perusahaan multinasional seperti google, samsung, dll, atau bekerja di oil and gas company seperti schlumberger, total, hallyburton dll, atau perusahaan-perusahaan besar lainnya yang nantinya bisa dikatakan pasti memberi gaji yang besar, sangat besar bahkan, kepada kita yang bekerja disana. ya itulah kebanyakan tujuan dari kebanyakan mahasiswa sekarang.

tapi apa yang bisa kita lakukan adalah lebih dari hanya sekadar kebahagiaan pribadi kawan. tahukah, jika dari sekitar sepuluh ribu universitas tersebar dari sabang hingga merauke, bahkan dengan ditambah dengan yang berkuliah di luar negeri, semua itu hanya mampu menampung sekitar 10% rakyat indonesia untuk berkuliah. tidak semua orang berkesempatan mendapat status mahasiswa dan berkuliah. sadarkah kita, bahwa sebenarnya di tangan kita inilah terdapat tanggung jawab yang besar untuk bangsa ini ke depannya. kitalah, para mahasiswa, yang akan mampu dan memiliki hal lebih nantinya, setelah kita menyelesaikan perkuliahaan itu, untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. perna mahasiswa itu bukan hanya sekadar bualan dan omongan kosong belaka. kita memang adalah agen perubahan. jika kita hanya sebatas memikirkan kebahagiaan pribadi, hanya sekadar membahagiakan orang tua, toh dengan tidak kuliah pun kita masih bisa melakukannya bukan. bukankah ada perkerjaan yang bisa menghasilkan banyak harta tanpa harus berkuliah terlebih dahulu? jika kita masih sedangkal itu, apa yang kita dapat setelah kuliah? kerja di perusahaan-perusahan tadi, bergaji besar, tapi jadi (maaf) kacung seumur hidup? kita bisa lebih dari itu. kita bisa memberi manfaat buat negara ini dengan ilmu apapun yang kita dapatkan di perkuliahan. kita bisa menebar manfaat untuk orang-orang sekitar kita. toh jika kita menjadi orang yang bisa memperbaiki negara ini, tidak mungkin kan keluarga kita tidak senang dan bangga terhadap kita? bisa lebih bangga malah dibanding hanya sebatas menjadi pekerja bergaji besar.

karena itulah, ayolah perbaiki niat dan tujuan kita dalam menempuh masa kuliah. niatkanlah dan tujukanlah apa yang kita dapt hari ini untuk membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. banyak hal yang bisa kita lakukan kok untuk memperbaiki bangsa ini, tebar manfaat sebear-besarnya untuk bangsa dan negara ini. jangan lagi hanya memikirkan diri sendiri. jangan lagi bersikap apatis, sebodo dengan masalah-masalah yang ada di bangsa ini, jangan lagi ada pikiran "yang penting saya sukses". kita bisa lebih dari itu loh. jadilah generasi yang kritis, tanggap, dan konstruktid terhadap isu-isu dan masalah-masalh yang ada di bangsa ini. jadilah orang-orang yang selalu berbuat kebaikan dan menebar manfaat, untuk tuhan dan bangsa ini. karena kita, yang berkesempatan mengikuti tahap kuliah, adalah orang-orang yang memiliki hal lebih untuk melakukannya. jadi, sudah tahukan, untuk apa kuliah?

Rabu, 09 Oktober 2013

Realita Generasi Masa Kini

seorang sosiolog, yang mungkin tidak terlalu masyhur, membuat sebuah pernyataan dari penelitian yang telah dilakukannya terhadap generasi yang ada saat ini. sosiolog tersebut memberi nama, atau julukan lebih tepatnya, kepada generasi muda yang ada saat ini, yaitu manusia-manusia yang lahir dalam rentang tahun 1990-an hingga 2000-an awal. generasi ini disebutnya dengan "Generation Y". ya, itulah sebutan yang diberikannya pada orang-orang yang telah ditelitinya.

dalam hasil penelitiannya terhadap orang-orang yang termasuk pada golongan yang ia sebut sebagai Generation Y ini, ia mengatakan bahwa ada beberapa karakteristik umum yang terdapat pada hampir seluruh Generation Y ini. sifat-sifat tersebut adalah pemalas, narsistik, tidak peka terhadap masalah dan isu yang ada, dan tidak visioner. jika anda termasuk ke dalam Generation Y ini, anda merasa memiliki sifat seperti yang dikatakan oleh sosiolog ini? kalaupun anda tidak, akuilah jika memang benar jika kebanyakan dari teman-teman seangkatan kita yang memiliki sifat itu.

lalu mengapa hal itu bisa terjadi? mengapa generasi kita, Generation Y ini bisa memiliki sifat-sifat itu? tak dapat dipungkiri, jika memang reolusi industrilah yang telah membuat Generation Y ini memiliki sifa-sifat tersebut. bagaimana tidak? lihatlah, akibat revolusi indutri yang sebegitu hebatnya, hingga kini muncul barang-barang super canggih, semisal tablet, smartphone, atau apapun itu. memang, hal tersebut merupakan suatu perkembangan ilmu pengetahuan yang luar biasa. tapi lihatlah apa efek samping yang bisa ditimbulkan oleh barang-barang tersebut. efek sampingnya, dikatakan oleh sosiolog tadi, adalah munculnya Generation Y itu. bagaimana?

jawabannya sangat mudah ditemukan. pertama, pemalas. lihatlah bagaimana anak-anak di masa ini, yang berumur dibawah sepuluh tahun, bahkan mungkin masih balita, tapi telah memiliki barang-barang tersebut, telah bisa dengan bebas menggunakan barang-barang tersebut. lihatlah bagaimana anak-anak itu menjadi sangat jarang berinteraksi dengan teman-temannya, bahkan mungkin untuk sekadar ngobrol langsung masih lebih sedikit mereka lakukan jika dibandingkan dengan balas-balasan mention, atau chating, atau apalah itu. padahal, tak jarang mereka berada di satu lokasi, yang sebetulnya, bisa mereka lakukan dengan obrolan secara tatap muka. tapi apa? alat-alat itu tadi terlalu memfasilitasi mereka, membuat mereka malas. yang ada di fikiran mereka, 'kalau bisa ga gerak kenapa harus gerak'. lihatlah betapa alat-alat itu membuat mereka menjadi pemalas, bahkan mungkin walau hanya untuk sekadar menggerakkan bibir untuk berbicara. selain itu, perhaikanlah, jika seorang anak telah memiliki alat-alat itu, takkan lagi mereka bermain keluar rumah, seperti untuk bermain bola, layangan, atau bahkan walau hanya untuk bermain kelereng, atau lompat tali mngkin. mereka terlalu malas untuk melakukan itu, akibat telah asik dengan permainan yang ada di alat-alat tersebut.ya, mereka menjadi malas, terbuktikan?

dari sisi narsistik, lihat saja. betapa banyak media sosial yang terfokus pada memperlihatkan foto-foto? apapun foto pasti di unggah ke media tersebut. entah itu instag*am, P*th, atau apapunlah. bahkan makanan pun difoto, terlalu narsistik bahkan. dari sisi tidak peka terhadap masalah yang ada, lihatlah berbagai realita sosial yang ada saat ini. bandingkan, berapa banyak orang yang membuka media sosial, apapun itu, dan berapa banyak yang membaca koran atau media sumber berita lainnya. lihat pula bagaimana media berita pun telah lebih mementingkan isu tidak bermutu seperti vikinisasi atau apapun itu, dibandingkan dengan kasus suap ketua MK. karena apa? nilai jual mereka akan lebih tinggi dengan memberi berita sejenis vikinisasi tersebut daripada memberikan informasi tentang kasus-kasus yang padahal lebih harus diketahui para pemuda-pemudi bangsa ini. namun apa, kita terlalu malas untuk sekadar mengetahui lebih dalam dari suatu berita.

dan dari segi tidak visioner, hal itu dikarenakan mereka terjebak dalam keadaan deilusion. keadaan dimana mereka mempunyai mimpi, yang mungkin mereka dapat dari game yang mereka mainkan di alat-alat tersebut, atau darimana pun, akan tetapi mereka tidak tahu langkah-langkah, step apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai mimpi itu. mereka hanya berkhayal dan bermimpi, tanpa tindakan nyata untuk merealisasikan mimpi itu. karena memang mereka masih terjebak dengan selalu menggenggam alat-alat itu tadi. mereka tidak berusaha mewujudkan mimpi-mimpi itu. mereka memiliki mimpi, tapi tanpa disertai dengan visi dan misi yang jelas. dan itu jelas hanyalah tak lebih dari sebatas bunga tidur.

lalu, apakah harusnya tidak ada revolusi industri dan tidak ada semua alat-alat tersebut? tidak juga, bukan begitu cara menanggapinya. hal yang harus diperbaiki adalah dari sisi pribadi dari Generation Y tadi. orang-orang yang termasuk didalamny haruslah mampu mengatasi tantangan negatif yang datang dari revolusi industri dan teknologi itu. jangan sampai terjebak dalam kemalasan hanya karna ketagihan membuka media sosial yang ada. jangan sampai terjebak dalam keadaan tidak visioner karena terjebak dalam bayang semu mimpi virtual yang didapat dari permainan-permainan yang ada. idealnya Generation Y ini mulai menghilangkan tiga sifat yang disebutkan oleh sosiolog tadi sebagai ciri utama Generation Y itu sendiri. Generation Y harus mampu menjawab tantangan perkembangan zaman, yang jika tidak diatasi dengan baik, bisa malah memberi berbagai dampak negatif dalam jangka panjang. mulailah berubah dari diri sendiri, hilangkan sifat malas, tinggalkan zona nyaman, dan buatlah visi besar, yang tidak lagi hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga untuk nusa bangsa dan agama

Senin, 07 Oktober 2013

Tes Kewarasan

tersebutlah tiga orang tak waras yang telah bertahun-tahun berada dan mendekam di dalam rumah sakit bersalin, eh rumah sakit jiwa maksudnya. mereka telah menghabiskan seoaruh dari usia mereka dan melewatkan hari-hari di setengah umur mereka di rumah sakit untuk orang yang kurang sehat (emang ada rumah sakit buat yang sehat) jiwanya tersebut. yang bahkan meskipun mereka tidak waras, mereka telah hapal dan tahu seluruh seluk beluk tidap sudut ruangan yang ada dirumah sakit tersebut, saking telah lamanya mereka berada dirumah sakit itu. mereka telah memiliki pengalaman luar biasa di sana. bahkan kalau ada pasien baru, itu wajib lapor dan nyetor makanan ke mereka bertiga. udah jadi yang 'megang' lah di sana, saking lamanya.

suatu hari, dokter yang juga telah menjadi dokter berpengalaman di rumah sakit itu, yang telah sejak awal bersama ketiga pasien itu, merasa bahwa ketiga orang itu telah terlalu lama berada di rumah sakit itu, dan mungkin sudah saatnya mereka bebas untuk menghirup udara bebas di luar sana, menikmati kehidupan yang keras di luar rumah sakit. ia juga menganggap ketiga orang pasien itu telah menunjukkan tanda-tanda cinta, eh maksdnya tanda-tanda kewarasan mereka. karenanya, dokter tersebut ingin memperbolehkan mereka untuk keluar dari rumah sakit. tapi tidak gegabah, dokter tersebut tetap mengetes ketiga pasien tadi untuk mengecek kadar kewarasan mereka. akhirnya hari tes untuk ketiga pasien itupun tiba.

sang dokter memanggil pasien pertama, dan terjadilah percakapan di antara mereka
dokter (d) : jadi ceritanya sebentar lagi kau akan ku biarkan pergi dari rumah sakit ini, jadi apa yang mau kau lakukan kalau kau udah keluar nanti?
pasien (p) 1 : wah aku mau beli mobil dok!
d : aih, bagus kali keinginan kau! mau kau apakan mobil tu? mau narik kau ya, mau jadi supir?
p1 : ah bukanlah dok, mau ku lepaskan rodanya, ku cabut bannya, terus kujadikan pelampung untuk renang!
d : aih, belum sehat lah kau! buat apa kau beli mobil cuma buat ngambil bannya, masuk lagi kau ke kamarmu!

ternnyata pasien pertama masih tak waras. sang dokter pun memanggil perserta, eh, pasien berikutnya
d : jadi kau mau ku tes buat keluar dari rumah sakit ini, siap?
p2 : oh siap sangat dok!
d : oke, tiga kali tiga berapa?
p2 : sembilan dok!
d : wah hebat kau! udah waras kau ternyata ya
p2 : oh iya lah dok, aku kan mikir pake ini (sembari menunjuk bagian atas mukanya)
d : aih hebat kau! apa yang kau tunjuk itu?
p2 : dengkul dok!
d : alah kau! belum sehat juga kau rupanya! balek kau ke kamarmu!

ternyata yang kedua juga belum sehat fikirannya, badannya sih sehat.akhirnya pasien terakhir pun dipanggil
d : jadi kau..(belum selesai berbicara)
p3 : ah aku udah tau lah dok, mau kau tes kan kewarasanku? silakan lah dok, udah waras lah aku ni
d : aih hebatnya kau! sudah tau kau, okelah, coba tiga kali tiga berapa?
p3 : sembilan dok!
d : (dalam hati: wah hebat dia, tai mungkin dia ngintip temannya yang tadi dites, dia aja tau kalau mau dites, aku harus tes dia sekali lagi) oke betulnya kau! coba lagi, lima kali lima berapa?
p3 : (dengan yakin dan mantap) dua puluh lima!
d : (dalam hati : wah memang udah sehat dia) aih hebat kau! yasudah, kemaskan lah barang kau, kau boleh keluar dari sini!

akhirnya pasien ketiga tadi kembali ke kamarnya, menemui kedua temannya yang tak lulus tadi. terjadi percakapan di antara mereka
p2 : bagaimana hasil tesmu bro? (orang gila gaul)
p1 : iya, gimana? lulus kau?
p3 : dokternya ternyata gila, masa dia nanya lima kali lima berapa, ku jawab dua puluh lima, udah iya pulak katanya, padahal kan lima kali lima empat puluh, hahaha

ternyata, entah siapa yang gila...

Sabtu, 05 Oktober 2013

Berislamlah Karena Alasan

ada satu pertanyaan yang harus mampu kita jawab, yang bersangkutan dengan keberagamaan kita, tentang alasan kita dalam beragama. ya, pertanyaan itu adalah, mengapa kita islam? hal ini harus mampu kita, sebagai seorang muslim, jawab dengan lantang dan sangat yakin. mungkin ada yang belum menemukan jawabannya, dan menjawab jika islam karena dia beruntung karena telah terlahir dari orang tua yang telah beragam islam. tidak kawan, tidak cukup hanya sekadar itu yang menjadi dasar alasan kita dalam memilih islam sebagai agama yang kita anut. karena, jika kita hanya memiliki dasar seperti itu dalam beragama, lalu bagaimana dengan orang yang tidak beruntung sama sekali karena telah terlahir dari orang tua yang sama sekali tidak mengenal islam. jika hanya karena orang tua, berarti mereka yang tidak beruntung itu tidak bisa disalahkan jika mereka tidak islam, karena yang salah adalah orang tuanya, atau bahkan orang tuanya juga tidak salah karena, mungkin, orang tuanya tersebut juga tidak islam karena orang tua mereka tidak islam, atau begitu selanjutnya hingga yang salah hanyalah nasab mereka yang pertama kali tidak islam, dan keturunan-keturunannya selanjutnya itu hanya tidak beruntung sehingga tidak bisa disalahkan jika mereka tidak islam. tidak kawan, semua ini bukan hanya tentang dari keluarga yang beragama apa seseorang dilahirkan, tidak hanya tentang itu.

hal lain yang akan muncul jika kita beralasan hanya karena orang tua, mungkin ada yang pernah bertanya di dalam benaknya, apakah adil jika seorang manusia yang semenjak lahir tidak dikenalkan dengan ajaran islam, apakh itu adil? mereka memang tidak pernah tahu tentang islam, bagaimana pula mereka bisa memilih islam. mungkin juga ada yang pernah terbersit karena hal ini, terbersit meragukan keadilan sang maha adil, nauzubillah. kembali, masalah agama tidak hanya sekadar masalah nasab saja. allah itu benar-benar maha adil.

mengapa? dalam masalah agama, sebenernya allah udah memberi hidayah yang sama besarnya buat tiap orang yang ada di dunia ini. baik dia sejak lahir beragama islam ataupun tidak. tidak hanya kepada yang sejak lahir telah muslim, tapi juga yang tidak. allah akan tetap membukakan dan memberikan pintu hidayah pada mereka. karena sesungguhnya mereka itu memiliki sedikit getaran di hatinya ketika melihat islam. mereka akan tergetar hatinya ketika mendengar bacaan kalam allah, alquran, mereka akan tergetar hatinya ketika mendengarkan azan berkumandang, ketika para lelaki berbondong-bondong menuju masjid di hari jumat. setiap saat mereka melihat islam, allah akan menggetarkan hati mereka. secara alam bawah sadar, mereka memiliki keinginan untuk mengetahui islam secara lebih jauh. inilah hidayah allah yang diberikan pada mereka tapi apa? terkadang mereka sendirilah yang menafikkan keinginan alam bawah sadar mereka itu. mereka memalingkan getaran hati yang telah diberikan allah itu, dan lebih memilih mempertahankan agama mereka karena merasa telah dari lahir beragam itu, dan gengsi jika harus mengakui kebenaran islam. ya, mereka hanya tidak mau, bukan tidak diberi hidayah. mereka hanya mengikuti orang tua.

karena itulah, kita sebagai seorang yang berislam, harus memiliki satu alasan yang kuat mengapa kita memilih islam. alasan itu, adalah karena kita telah mendalami islam, telah tau islam, dan telah yakin dengan islam dari apa yang telah kita pelajari tersebut. kita telah memantapkan diri kita bahwa islam memang agama yang haq, agama yang benar. inilah alasan yang harus kita miliki, karena kita telah mendalami islam. masalah keturunan, itu hanya suatu bentuk hidayah yang diberikan allah. tapi tidak bisa dijadikan alasan. lihatlah, betapa banyak orang yang berbuat kerusakan padahal mengaku beragama islam. itu karena mereka tidak punya alasan yang kuat dalam beragama islam itu. mereka tidak mendalaminya, hayna sebatas keturunan. karena sesungguhnya dengan kita lebih mendalami agama allah ini, allah akan membuat kita lebih yakin dan mantap dengan apa yang kita pegang. allah akan membuat kita semakin mantap dengan keislaman kita. tidak seperti orang yang beragama lain yang mendalami agamanya. karena dalam kasus itu, allah juga akan membuat dia semakin sadar jika agamanya itu sebenarnya adalah agama yang salah. semakin tinggi ilmu agama lain yang dimiliki seseorang beragama tersebut, sesungguhnya allah telah membuat hatinya lebih tergetar bahwa islamlah agama yang benar. namun, kembali lagi tergantung pada orang itu. kebanyakan dari mereka tidak mau dan malu mengakui bahwa islamlah yang benar. karena mereka saja tidak akan senang hingga kita masuk agama mereka, apalagi jika mereka yang memeluk agama kita, bisa kebakaran jenggot mungkin.

karena itu, ayolah, dalami islam, agama kita, yang saya bisa dan berani katakan, pasti adalah agama yang benar. ayolah, kita dalami agama allah ini supaya kita tidak mudah digoyahkan keimanan kita, supaya agama kita tidak mudah dibeli begitu saja saat kita kelaparan, saat kita jatuh cinta, bahkan saat kita diancam akan dibunuh sekalipun. kita tetap bisa mempertahankan keyakinan agama yang kita anut. hanya dengan mendalami islam. ya, hanya dengan itu. jangan sampai kita berislam hanya karena keturunan. karena seperti yang saya katakan tadi, betapa banyak orang yang mengaku muslim, tapi mereka bertindak sama sekali tidak mencerminkan islam. karena islam itu pasti benar, tapi muslim tidak semuanya adalah orang yang benar. nauzubillah, semoga kita menjadi dan termasuk muslim yang berislam dengan benar dan sempurna.

wahai zat yang maha membolak-balikkan hati, mantapkanlah hati kami untuk tetap berada dijalan agamamu, bantulah kami untuk menjaga keimanan kami, untuk tetap selalu menjadi hambamu. aammiin.


Kamis, 03 Oktober 2013

Semoga Kita Termasuk Kedalamnya

"dan yang akan memasukinya (surga) adalah sebagian besar dari orang-orang sebelum kamu  (Muhammad) dan sebagian kecil dari orang-orang setelahmu"

sepenggalan arti dari ayat al-quran, yang mana merupakan sebuah hal yang pasti, karna merupaka ucapan dari yang maha menepati janji. suatu hal yang pantas kiranya untuk direnungi bersama. mengapa hanya sebagian kecil dari umat di zaman setelah rasulullah s.a.w. mengapa hanya sebagian kecil dari zaman di saat kita hidup sekarang ini. agaknya kita perlu lebih banyak refleksi diri, memantaskan diri, agar kita termasuk golongan yang sedikit tersebut, aammiin

Asal Mula Indonesia

Ada satu dari beberapa pertanyaan yang muncul di dalam kajian ilmu kemasyaraktan yang gue dapat malam ini, yang sampai bisa membuat gue bertekad buat ngisi blog gue yang kayanya udah mulai berdebu dan banyak sawang (jaring laba-laba)nya. Sori, gue lupa gimana tepatnya redaksi kalimat dari pertanyaan itu. Tapi intinya dari pertanyaan itu adalah gini, gimana kalau seandainya dulu bangsa ini, bangsa yang sekarang dipanggil Indonesia ini, ga pernah ada yang menjajah? Gimana kalau seandainya dulu portugis, belanda, ataupun jepang, ga pernah datang buat menjajah bangsa yang sekarang ada ini? Apakah bangsa ini bakal tetap ada di zaman sekarang ini?

Itu dia inti dari pertanyaan yang ditulisan ini pengen gue bagi, meskipun baginya entah sama siapa. Ga pernah kefikiran sih sebelumnya, khususnya buat gue sendiri, jawaban dari pertanyaan itu. Bahkan mungkin pertanyaan itu aja ga pernah muncul di dalam pemikiran gue. Tapi sekarang, gue ketemu sama pertanyaan kaya gitu, yang sekarang menurut gue itu pertanyaan yang aneh, tapi punya makna. Coba deh fikirin, andai aja dulu kondisi bangsa ini ga dijajah, ya Indonesia kayanya ga bakal ada, iya kan?  Apa sih yang sebenernya bikin indonesia itu jadi ada? Perasaan dulu sebelum dijajah belanda, atau portugis yang datang pertama kali, adanya Cuma kerajaan-kerajaan, bukan Indonesia. Sebenernya yang dulu itu dijajah, secara logika bukan Indonesia. Kenapa? Ya karna Indonesia itu belum ada. Kapan Indonesia ada? Kapan Indonesia itu berarti dari sabang sampai merauke? Sebenernya arti Indonesia yang dipake sukarno dalam teks proklamasi,’atas nama bangsa indonesia’ itu apa sih? Emang dia udah nanya dari sabang sampe merauke kalau itu emang atas nama mereka?

Mungkin, kalau baca-baca sejarah, kalau diujuk-ujuk, orang-orang dari seluruh penjuru yang sekarang jadi daerah Indonesia, dari sabang sampai merauke itu mendeklarasikan kalau mereka bagian Indonesia itu sejak sumpah pemuda. Disumpah pemuda itu, orang-orang dari berbagai rumpun daerah yang berbeda menyatakan kalu dia berstatus Indonesia. Ya, mungkin dari situ Indonesia itu ada. Jadi, jelaskan? Kalau gitu kita harus berterima kasih dong buat penjajah kita, yang udah membuat Negara ini jadi ada. Coba kalau gak dijajah, bayangin aja, suku di Indonesia banyak banget loh. Bedanya bisa beda banget gak ada kemiripan sama sekali lagi. Mana bisa kalau gak dilatar belakangi sama rasa sependeritaan, suku-suku yang ada di bangsa ini bisa bersatu. Ternyata emang Indonesia ada itu ya karna kita dijajah, jadi daerah-daerah jajahan itu yang sekarang jadi Indonesia kan? Kalau aja dulu Sumatra, atau jawa yang jajah bukan belanda. Missal aja yang menjajah jawa itu inggris, beuh maju banget dah tuh ‘negara Sumatra’ sekarang. Tapi Sumatra ga bakal jadi bagian Indonesia kalau kaya gitu ceritanya. Negara Indonesia itu bagian-baigannya sekarang ya semua bekas jajahan belanda. Jadi yang nyatuin kita itu belanda! Jago sih belanda, gajah mada aja gagal nyatuin nusantara. Malah dengan keangkuhannya buat berkuasa, bukan nyatuin, gajah mada malah bikin perang saudara, ampe sekarang masih adakan bekas ulah gajah mada yang bikin slek dua suku di jawa. Bad luck gajah mada.


Ya, jadi itu sih jawabannya. Kalau aja dulu gak ada penjajah, maka gak bakal ada lah Indonesia ini. Kalau kaya kata iklan,’dulu sebelum dijajah Indonesia gak ada, tapi setelah dijajah Indonesia jadi ada, terimakasih penjajah’.